>

Total Tayangan Halaman

Rabu, 19 Januari 2011

Syeikh Muhamad bin Muhammad Dhiya'i


Beliau lahir di desa Hud tahun 1940 . Belajar sekolah dasar dalam ilmuj Syari'ah Islam pada Syaikh Ahmad Faqihi , mufti Ahlus Sunah . Setelah beliau menamatkan ilmu syari'ah pada Madrasah Sulthan Ulama di kota Lanja . Beliau pindah ke Madinah al Munawaroh untuk meneruskan ke Fakultas Syari'ah Universitas Islam Madinah dan tamat pada tahun 1970 .
Secara lauas beliauy dipandang sebagai murid kesayangan Syaikh Abdul Aziz bin Baz , mufti kerajaan Saudi .

Seusai menamatkan kuliahnya beliau kembali ke Bandar Abas di Iran . Beliau sebagai guru bahasa Arab , khatib dan Imam Jum'ah di kota itu .

Sejak tahun 1981 pemerintah iran mulai menekan dirinya .Beliau di tangkap setelah melakukan wawancara dengan Majalah Al Mujtama' ( 5/10/1982 ) dan di penjarakan selama 4 bulan . Lalu beliau selalu terus menerus di awasi oleh fihak keamanan dan kemudian di tangkap kembali . Penyebabnya kerena Syeikh Dhiya'i mengkritik keputusan pemerintah yang menyatakan bahwa fatwa fatwa Khomeini di wajibkan bagi seluruh kaum Muslimin .Beliau menolak keputusan pemerintah agar semua kaum muslimin memberikan loyalitas kepada Ali Khomaeni sebagai Marja' Taqlid bagi seluruh kaum muslimin. Syeikh Dhiya'i menolak seruan itu dengan alasan menurut keyakinan Ahlus Sunah beramal tidak boleh atas dasar taqlid .

Syeikh Dhiya'i sebelum akhir hayatnya berperan aktif dalam memelihara ketenangan di kawasan Ahlus Sunah Bandar Abas dan Laristan , setelah kaum muslimin melakukan protes terhadap penghancuran masjid Suni di Masyhad bulan Febuari 1994 . Tekanan justru semakin berat dan kuat setelah Syeikh Dhiya'i aktif memprakarsai pengumpulan dana untuk membangun kembali masjid Masyhad danb membuka kembali masjid Muzhfaryan di Siraz serta melepaskan ikatan yang di paksakan atas sekolah sekolah dan tempat tempat ibadah kaum Suni di seluruh Iran .


Rekayasa Pemerintah


Pada tanggal 20 juli 1994 keplolisian Iran mengumumkan bahwa Syeikh Dhiya'i meninggal karena kecelakaan mobil . Hal itu diumumkan satu pekan setelah beliau raib pada waktu beliau memenuhi panggilan pihak keamanan untuk menjalani pemeriksaan dan interogasi .Pada awalnya , Syeikh Dhiya'i yang baru beberapa hari pulang dari Teheran untuk menjalani penyelidikan atas darinya , beliau di panggil oleh wali kota Laristan . Dalam panggilan itu beliau di nyatakan tidak boleh di temani oleh siapapun . Hal itu sesuai dengan isi panggilan dan ketentuan tanngalnya , dan Syeikh Dhiya'i pun berangkat .

Akan tetapi sampai tiga hari kemudian , berliau belum juga pulang , juga tidak ada kabar . Setelah di cek ke kantor Walikota , para penguasa kota itu menyatakan bahwa Syeikh telah berangkat ke Teheran untuk menjalani penyelidikan dan pemeriksaan atas dirinya .
Pihak keluarga lalu memutuskan untu pergi ke Teheran guna mengetahui nasib Syeikh Dhiya'i . Akan tetapi mereka tidak mendapat kabar apapun tentang keadaan dirinya dari pihak keamanan di Teheran . Dua hari setelah itu pihak keluarga Syeikh dikejutkan berita dengan kematian beliau .

Pemerintah Lanjah menghubungi keluarga Syeikh Dhiya'i di daerah Bandar Abbas dan memberitahu bahwa Syeikh telah meninggal akibat mobil yang dikendarainya terbalik . Hal itu ketika beliau menuju Tehrran. Demikianlah kisah kematian Syeikh Dhiya'i menurut versi pemerintah dan pihak keamanan .

Mendengar berita itu , keluarga Syeikh bergegas pergi menuju tempat terjadinya kecelakaan sebagaimana telah di beritakan oleh pihak kepolisian . Ketia mereka sampai di suatu tempat di kawasan kota Bastak yang dikatakan sebagai tempat terbaliknya mobil yang di tumpangi Syeikh Dhiya'i , Pihak keluarga tidak menemukan sesuatu yang menunjukan adanya kecelakaan di tempat itu . Pihak keluarga semakin gelisah . Kekhawatiran bercampur dengan ketakutan semakin menghantui pihak keluarga yang ditinggalkan .

Dua hari kemudian , seorang tentara mendatangi rumah Syeikh Dhiya'i dan mengajak keluarga beliau ke tempat terjadinya kecelakaan yang menyebabkan kematiannya . Tentara itu membawa keluarga Syeikh ke jembatan Mahran yang tingginya 15 meter dan terletak persis dekat Markas Kepolisian Mahran .
Petugas itu mengatakan bahwa mobil yang dikendarai Syeikh berada di bawah jembatan itu . Memang di bawah jembatan itu terlihat sebuah mobil yang berhenti normal dan sedikit rusak di bagian bodinya . Akan tetapi tidak terdapat tanda tanda darah bekas satui kecelakaan . pihak keluarga semakin ragu tentang kebenaran cerita pihak keamanan bahwa kematian Syeikh akibat kecelakaan mobil .

Kepada majalah Al Mujtama' pihak keluarga Syeikh Muhamad Dhiya'i menjelaskan , " Kepala Syeikh rusak berat dan mukanya hancur sehingga sukar di kenali . Melihat kerusakan kepala dan muka seperti itu jelas bahwa kematiannya sama sekali bukan karena kecelakaan . Bahan kimia asam yang telah merusak wajah dan mayatnya " .

Sayyid Murtadha Husaini , juru bicara Syeikh Dhiya'i dalam pernyataan yang di kutip berbagai kantor berita pada tanggal 28 Juli 1994 menyatakan : " Mayat Syeikh Dhiya'i yang di terima keluarga benar benar hancur dan sangat mengerikan " . Ia menambahkan , " Kedua lengan dan kakinya remuk . Kepalanya hancur akibat kena pukulan benda keras berkali kali . Kesemuanya itu bukan karena kecelakaan " .

Jujurkah pemerintahan Syi'ah Iran terhadap slogan slogan Islamnya ???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar