>

Total Tayangan Halaman

Senin, 25 April 2011

TAWAKAL

" Dan bertawakallah kepada ( Allah ) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang " . ( QS : Asy Syu'araa' 217 )





Seorang manusia yang sedang berjalan menuju Allah Ta'ala , tentunya dia membutuhkan satu bekal utama yaitu taqwa . Sedangkan ketaqwaan itu tidak mungkin di raihnya manakala orang tersebut tidak mempunyai ilmu ( ilmu ilmu syareat ) , Sedangkan ilmunya itu tidak akan membawa manfaat bagi dirinya manakala ia tidak mempunyai sifat yakin , jika keyakinan tidak di punyainya maka untuk bertawakal akan sangat sulit .
Tawakal kepada Allah hanya di miliki oleh orang orang yang imannya kuat dan mantapnya keyakinan seseorang akan kebenaran Islam . Sedangkan orang orang yang imannya lemah , ragu ragu atau bimbang akan kebenaran Islam , maka orang tersebut tidak memiliki sifat tawakal , walaupun paling kecil , hal itu di karenakan hilangnya keyakinan atas dirinya akan janji janji Allah dan janji RosulNya ( baik itu di dalam Al Qur'an maupun As Sunah ) .



Apa itu tawakal . dan bagaimana tawakal itu seharusnya menurut kacamata Islam ??


Tawakal dengan bahasa mudahnya adalah : Hanya bergantung kepada Allah di setiap keadaan . Apapun keadaanya , apakah dalam keadaan susah atau sempit atau dia dalam keadaan lapang ketawakalanya tidak berkurang karena keadaan .
Tawakal juga bermakna : Satu bentuk kepasrahan diri kita kepada Allah Azza Wajalla , menurut apa yang di kehendaki Allah SWT atas dirinya itu .
Berkata Imam Ahmad bin Hammbal : " Tawakal adalah amalan hati . Karena tawakal merupakan amalan hati , maka tawakal bukan dinyatakan dengan lesan dan anggota badannya " .
Semua penduduk langit dan bumi berada dalam tawakal kepada Allah , walaupun berbeda beda dalam bertawakal .

Di dalam riwayat At Tirmidzi di sebutkan dari Umar bin Khattab r.a secara marfu' di jelaskan :
" Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar benar tawakal , niscaya Allah Azza Wajalla akan melimpahkan rizki kepada kalian sebagaimana Allah Ta'ala memberikan rizki kepada burung , yang pergi pada pagi hari dengan perut kosong dan kembali pada sore hari dalam keadaan perut kenyang " .
Pada hadits tersebut menjelaskan tentang puncak tertinggi dari tawakal . Hal itu pernah di contohkan oleh Rosulullah Saw dalam satu riwayat bahwa pernah dalam satu bulan dapur beliau tidak mengeluarkan asap ( dalam arti memasak makanan ) , beliau lalui dengan air dan kurma .
Pernah pula jika di dalam rumah beliau tidak ada makanan , maka beliau pun berpuasa . Apakah beliau itu orang yang miskin ?? Tidak . Beliau orang yang kaya , karena seper lima harta rampasan perang untuk beliau dan jika beliau mau , maka beliau pun bisa hidup bergelimang harta . Beliau orang yang kaya , karena istri istri beliau di cukupi kebutuhan hidupnya selama setahun penuh ( bekan seperi orang hari ini , harian mingguan atau paling banter bulanan saja ) . Akan tetapi hasil dari seper lima itu baliau infakkan semua dan kembali kepada kaum muslimin ( adakah pemimpin hari ini yang seperti itu ??? ) .

Bentuk tawakal seperti hadist diatas juga pernah di contohkan oleh Abu Bakar Ash Sidiq r.a , Ketika Rosululah mengumumkan mobilisasi umum untuk persiapan perang tabuk . Satu perang yang sangat berat pada waktu itu . Apa yang di perbuat Abu Bakar r.a  . Akan tetapi Umar r.a takluk di hadapan Abu Bakar r.a dalam soal infak. Ya . Umar bin Khattab r.a mengifakkan setengah dari hartanya dan masih menyisakan setengahnya lagi untuk keluarganya . Akan tetapi lain halnya Abu Bakar r.a . Di kumpulkanya seluruh hartanya itu dalam karung dan di serahkan semua di hadapan Rosulullah untuk biaya perang tabuk  . Maka Rosulullah bertanya kepada Abu Bakar r.a : " Apa yang kau sisakan untuk keluargamu ?? " . Maka Abu Bakarpun menjawab : " Allah dan RosulNya dalam tanggungannya " ( tidak ada yang tersisa di rumah ) . Dengan kejadian tersebut lantas Umar bin Khattab berkata dalam hati : " Aku tidak mungkin lagi menyamai amalnya Abu Bakar " .
Demikianlah hasil dari didikan iman . Jika iman dan keyakinan telah mengakar kuat di dalam dada .

Di dalam Shahihain ( hadits shahih ) di sebutkan tentang 70 ribu dari umat Muhammad yang masuk Janah tanpa hisab . Mereka adalah orang orang yang tidak mempercayai sedikitpun mantra atau jampi jampi , tidak percaya tatoyyur atau meramal yang buruk  ( seperi kejatuhan cicak di kepalanya , jika ada burung tertentu bunyi tertanda akan ada orang yang mati , menabrak kucing , dls ) , tidak mengobati dengan sundutan api , tidak meminta di ru'yah dan hanya bertawakal kepada Allah 100 % .

Di dalam hadist yang lain di sebutkan , dari Annas bin Malik r.a berkata , bahwasanya Rosulullah Saw bersabda :
" Barangsiapa mengucapkan ( saat keluar rumah ) dengan asma' Allah , ' Aku bertawakal kepada Allah , tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah ' , maka di katakan kepadanya , kamu mendapat petunjuk , dilindungi dan di cukupkan . Lalu setan berkata kepada setan yang lainnya ,' Bagaimana miungkin kamu bisa memperdayai orang yang telah mendapat petunjuk , dilindungi dan di ukupi ?? " .


Macam Macam Tawakal


1. Tawakalnya pewaris para Nabi . Mereka bertawakal dalam rangka memenuhi hak hak syareat , lebih mementingkan faktor faktor yang dapat merusak Islam . Mereka dalam bertawakal dalam rangka menegakan dienullah dan menghentikan kerusakan dari orang orang yang membuat kerusakan dimuka bumi .
Dia berharap apa yang diinginkannya itu di cintai Allah dan di rindhoi Allah , dengan begitu ia mendapat kesudahan yang terpuji . ( Inilah tawakalnya orang orang yang beriman ) .

2. Tawakalnya orang awam artinya : Mereka bertawakal kepada Allah karena sesuatu yanghendak di dapatkannya , entah itu rizki , kesehatan , pertolongan saat melawan musuh , ingin mendapatkan istri dan ingin mendapatkan anak , dls . Jika sesuatu yang di inginkannya itu di benci Allah ( karena menyimpang dari syareat ) , maka apa yang di perolehnya itu justru akan membahayakan dirinya atau agamanya ( dan itu harus di waspadai ) .

3. Tawakalnya orang kafir . Artinya : Mereka bertawakal dalam rangka melakukan kemaksiatan , kesyirikan dan kekafiran kepada Allah . Jika yang diinginkannya itu terlaksana , maka hal itu akan semakin menambah jaunya dia dengan Rabbnya dan akan semakin menambah kekafirannya ( dari sebelumnya telah kafir ) . Atau dengan bahasa yang lain , hal itu sebagai istidraj yang tidak di sadarinya ( tertutupnya dari mengetahui letak kesalahan dirinya ).


Tuntutan Dari Tawakal 


Menurut Ibnu Qoyim tawakal itu membutuhkan suatu tuntunan yang harus di penuhi oleh orang yang bertawakal , antara lain :

1. Seseorang haruslah mengetahui Allah , Sifat sifatNya , ke Maha KuasaanNya , Kecukupan , Kesendirian dalam berkehendak , kembalina segala urusan makhluk kepada IlmuNya , dan semua yang terjadi atas berkat kehendak dan kekuasaan Allah semata . Hal ini tidak dapat di pungkiri oleh semua makhluk dan harus di yakini .

2. Menetapkan sebab akibat . Siapa yang meniadakan hal ini berarti tawakalnya ada yang tidak beres .
Manusia di berikan kelebihan oleh Allah berupa akal , yang mana dengan akal tersebut dapat mengambil suatu tindakan apa saja yang terbaik bagi manusia . sedangkan kaitannya dengan tawakal untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya haruslah di sertai satu usaha dengan menggunakan sarana dan prasarana yang dimiliki . Jika usahanya itu telah maksimal barulah menyandarkan usahanya itu pada ketetapan Allah , entah apa yang diinginkannya itu di kabulkan oleh Allah apa tidak .

contoh kasus :

* Jika seseorang ingin kenyang , orang tersebut tidak bisa hanya berdo'a kepada Allah saja supaya Allah memberikan dia kekenyangan , tanpa di lakukan satu usaha . Akan tetapi orang tersebut haruslah berusaha untuk mengambil sesuatu ( makana atau minuman ) , berusaha untuk memasukan makanan atau minuman tersebut kemulutnya dan di telannya . Baru setelah itu Allah akan memberikan satu kekenyangan ( itupun relatif bagi setiap orang )

* Jika seseorang ingin pergi meninggalkan rumah ( entah itu lama atau cepat sekalipun ) pastilah orang tersebut mengunci semua pintu dan jendela ( itulah satu bentuk usahanya dari menetapi sebab ) baru setelah itu di serahkan seluruh urusannya kepada Allah ( itulah satu bentuk tawakalnya  ) . Ternyata setelah dia kembali rumahnya dalam keaadan aman  ( itulah buah tawakal yang harus di sukuri ) , akan tetapi ternyata setelah dia kembali rumahnya di acak acak orang ( itu juga buah dari tawakal yang harus di sabarinya ) .
Lain halnya , jika seseorang ingin meninggalkan rumah , akan tetapi semua pintu dan jendela terbuka dan harta bendanya kelihatan semua dari luar , dia tidak berusaha untuk menguncinya dan orang tersebut hanya bertawakal kepada Allah saja ( satu bentuk usaha dari menetapi sebab yang salah ) , tau tau setelah dia kembali ke rumahnya keadaan seluruh rumah ambur adul dan banyak barang yang hilang ( itulah buah dari tawakal yang salah ) maka jangan salahkan siapapun kecuali dirinya sendiri .

Mengenai menetapkan sebab akibat ini ,  Allah Azza Wajalla  berfirman :
" Maka di sebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka . Sekiranya kamu bersikap keras lagi bersikap kasar , tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu . Karena itu maafkanlah mereka . Mohonkanlah ampun bagi mereka . dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam masalah itu ( urusan peperangan dan duniawi lainnya ) Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad , maka bertawakallah kepada Allah . Sesunguhnya Allah menyukai orang orang yang bertawakal kepadaNya " . ( QS : Ali Imran 159 )

Pada QS : Ali Imran 159 tersebut , memberikan satu gambaran tentang bagaimana cara seorang pemimpin itu dalam mengemban tugas kepemimpinan yaitu mengedepankan musyawarah tentang satu masalah yang sedang di hadapi dan juga cara dalam bertawakal .
Dalam ayat tersebut , seorang pemimpin harus bisa mengendalikan egonya , tidak bersikap arogan dan bersikap lemah lembut ( mentang mentang pemimpin di bersikap semaunya ) dalam memecahkan permasalahan yg sedang di hadapinya ( harus bisa menjaga dari para anggotanya untuk tidak bersikap tergesa gesa , menjaga agar buah agar jangan sampai buah yang belum masak itu di petik dan untuk bisa meraih satu pemahaman dan satu visi dan misi dari para anggotanya membutuhkan satu proses yang panjang dan perlu ada keseriusan dari semua anggotanya ) . Dia hanya memberikan satu arahan arahan saja sesuai dengan ilmu yang di milikinya dan keaadan di lapangan .
Akan tetapi itu semua dia kembalikan pada hasil putusan musyawarah . Apabila satu hasil musyawarah itu telah diambil secara bulat , maka kewajiban seluruh peserta musyawarah itu untuk melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab  dan juga mengantungkan tawakalnya kepada Allah ( apapun yang terjadi atas hasil keputusan musyawarah itu di lapangan ) .

Walaupun seorang pemimpin itu tau hasil akhir dari musyawarah itu jika di laksanakan akan berakibat buruk , karena hal itu untuk mendidik satu generasi , maka sesorang pemimpin juga harus melaksanakan hasil putusan musyawarah itu , walaupun pahit dan juga harus bisa mengendalikan emosinya .
Baru setelah semuanya melaksanakan hasil putusan musyawarah itu dan semuanya merasakan hasil pahit yang di dapat , maka seorang pemimpin harus bisa memaafkan mereka semua dan mengendalikan emosinya ( janganlah mengatakan : " sudah saya peringatkan sedari awal untuk tidak melakukan hal itu , itulah akibatnya " ) , akan tetapi harus di katakan dengan ramah dan lemah lembut ( karena hal itu akan membekas di hati ) .

3. Memantapkan hati pada pijakan tauhid .
Tawakal seorang hamba tidak dianggap benar jika tauhidnya rusak , karena hakikat tawakal adalah tauhidnya hati . Seberapa jauh pemahaman akan kemurnian tauhid seseorang , maka sejauh itu pula kebenaran tawakalnya .

4. Menyandarkan hati hanya kepada Allah saja dan meresa tenang karena bergantung kepada Allah saja .
Hatinya tidak risau jika apa yang diinginkannya itu tidak  terkabulkan dan hatinya tidak gelisah pada saat menghadapi apa yang di bencinya , di hadapinya dengan tenang ( hal ini berkaitan antara tawakal dan sabar ) . Dia mempunyai satu pengharapan , semoga Allah akan membalasnya dengan yang lebih baik di akherat kelak .
Hal itu sebagaimana di firmankan Allah dalam QS : Ath Tholaq 3 :
" Dan memberinya rizki dari arah yang tidak di sangka sangka . Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah , niscaya Allah akan mencukupkan ( keperluannya ) . Sesunguhnya Allah melaksanakan urusan yang di kehendakiNya . Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap tiap sesuatu " .

5. Berbaik sangka kepada Allah Ta'ala
Seberapa jauh baik sangkamu kepada Allah , maka sejauh itu pula bentuk ketawakalanmu kepadaNya . Janganlah kita berprasangka buruk kepada Allah , karena kita tak tau apa hikmah di balik itu semua . Boleh jadi sesuatu yang di berikan Allah kepada kita itu adalah sesuatu yang harus di sukuri ( walaupun kelihatannya sedikit ) , atau sebagai bentuk ujian terhadap keimanannya , yang dengannya apakah dia bersabar menerima ketetapan Allah itu apa tidak , atau pemberian itu sebagai bentuk peringatan keras agar supaya tersadar dari kerusakan yang telah di lakukannya sehinga dia mau kembali kepada Allah .

Dalam hadist qudsy dari Abu Hurairah r.a berkata , bahwa Rosulullah Saw bersabda : " Allah Ta'ala berfirman ,' ( putusan yang ) Aku ( tetapkan adalah ) sesuai dengan persangkaan hamba Ku terhadap Ku ..." . ( HR . Bukhari dalam kitabu tauhid )

* Allah memberikan hujan ( ada yang senang atas karunia tersebut , juga ada yang susah ) . Bentuk dari berbaik sangka kepada Allah adalah mensukuri dengan turunnya hujan tersebut ( walaupun sebentar , mungkin jatahnya sedikit untuk daerah ini , dan lebih membutuhkan banyak untuk daerah yang lain ) . Apabila hujan lebat dan terjadi banjir ( mungkin karena keteledoran kita dengan membuang sampah seenaknya , saluran air yang tidak memenuhi syarat , hutan banyak yang gundul , daerah resapan air di jadikan perumahan dan didirikan gedung ) .
Jadi yang salah bukan hujannya , akan tetapi yang salah manusianya sendiri !!

Pada intinya untuk masalah ini adalah jika apa yang kita inginkan itu tidak terkabulkan , maka kembalikan pada diri sendiri ( introspeksi diri ) . Mungkin ada yang kurang pada diri saya , atau belum saatnya saya mendapatkan yang saya inginkan . Dengan kita selalu introspeksi diri akan menjadikan hati kita lapang , tidak selalu resah dan denganya beban kita akan ringan .

6. Ketundukan dan kepasrahan hati kepada Allah Ta'ala  yaitu dengan kita menyerahkan segala urusan kepada Allah saja , tanpa menuntut dan menentukan pilihan , bukan terpaksa atau di paksa .
Kepsrahan kita kepada Allah seperti kepsrahannya seorang anak kecil yang lemah dan tidak berdaya kepada asuhan orang tuanya . Orang tuanya menyayanginya , mencintainya dan menangani segala keperluannya serta melindungi si anak bayi tersebut .
Dia melihat penanganan orang tuanya itu adalah satu penanganan yang paliung baik bagi dirinya ( sewaktu masih bayi ) . Maka dia tidak melihat bagi dirinya selain dari menyerahkan semua urusannya itu kepada orang tuanya ..

Jika seseorang telah faham betul dari keenam poin di atas , maka orang tersebut akan naik derajat selanjutnya yaitu ridho , yang merupakan buah dari tawakal .
Saya akhiri pembahasan ini dengan perkatan Ibnu Taimiyah berkenaan tawakal .
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
" yang menjadi ukuran adalah dua perkara ; tawakal sebelumnya dan ridho sesudahnya . Barang siapa yang bertawakal kepada Allah sebelum berbuat dan dia ridho kepada ketetapan Allah setelah berbuat ( apapun yang terjadi ) , berarti ia telah menegakkan ubudiyah kepadaNya " .


Wallahu 'alam Bisshowwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar