>

Total Tayangan Halaman

Rabu, 23 November 2011

FUTUR setelah MENIKAH








 FULANAH merasa penat dan gelisah. Padahal ia baru setahun menjalani kehidupan barunya dalam berumah tangga. Seakan akan akan kehidupan yang ia jalani itu terasa berat sekali dan melelahkan, jika di bandingkan dengan kehidupanya sebelum menikah dulu. Pekerjaan rumah yang kian menumpuk dari mulai menyapu, mengepel, mencuci piring dan mencuci pakaian ( baik pakaianya sendiri maupun pakaian suaminya ), menyetrika baju, memasak dan membuat menu yang pas dan pekerjaan yang lainya, harus ia kerjakan setiap harinya tanpa pernah ada waktu libur atau cuti. Di tambah lagi setelah sebulan lebih setelah ia melangsungkan akad nikah dan walimah, dirinya telah di nyatakan positif berbadan dua. Ada dua perasaan dalam dirinya, senang karena perkawinannya membuahkan hasil ( ia beruntung di banding dengan tetangganya yang telah berumah tangga 15 tahun lebih belum di karuniai anak ). Akan tetapi ia juga sedih, karena beban tanggung jawabnya kian bertambah banyak dengan kehadiranya si mungil, dengan masih melekatnya pekerjaan rumah tangga sebelumnya.
Praktis waktu 24 jam yang ia miliki seolah olah masih sangat kurang. Ia merasakan semakin seabrek aktivitas harianya. Walaupun kadang sang suami membantu sebagian pekerjaannya itu meskipun tak banyak. Ia menyadari memang sang suami tak banyak ia harapkan untuk membantu meringankan beban dirinya, karena seharian sudah sibuk membanting tulang mencari nafkah dan juga sudah sibuk dengan aktivitas dakwahnya, bahkan tak jarang sang suami harus keluar kota karena ada suatu keperluan.
Itulah rutinitas monoton yang terus ia jalani setiap harinya. Sehingga membuat fisiknya layu dan jiwanya kering. Itulah fakta di lapangan yang sering terjadi.
Karena kesibukannya mengurus pekerjaan hariannya, jangankan untuk hadir di majelis ta'lim penyubur iman dan ilmu, mushaf Al Qur'an miliknya pun sudah lama tak ia sentuh dengan alasan kesibukanya itu.

Seorang muslimah atau pegiat amal Islami yang dulunya ia rajin mendatangi majelis majelis ta'lim, dan rakus dengan ibadah ibadah sunah, banyak berguguran justru di " Medan " mereka yang sesungguhnya.
Pernikahan yang seharusnya sebagai penggenap setengah dari diennya, justru menjadi kuburan bagi amal amal yaumiyahnya ( amal amal harianya ). Ya. Karena pekerjaan rumah tangganya sehari hari yang banyak menyita perhatianya itu sehingga lambat laun ia terjangkiti penyakit " FUTUR ". Seolah olah ia tidak tau apa yang harus ia perbuat untuk meringankan beban dirinya itu.
Jika hal tersebut di biarkan berlama lama, maka yang terjadi pada satu titik tertentu ia bisa berbelok 180 derajad. Keislamanya yang dulu sebelum menikah begitu bersemangat, lambat laun jika di biarkan akan pudar sedikit demi sedikit. Seakan akan orang yang telah di tarbiah ( kenal majelis majelis ilmu ) dengan orang yang tidak kenal Islam sama, tidak ada bedanya.
Dulunya ia berpakaian muslimah yang baik, akan tetapi karena penyakit futurnya yang telah parah, lambat laun jilbabnya yang dulunya besar sedikit demi sedikit mengecil dan hilang ( tak berjilbab sama sekali ).
Hal tersebut akan sangat mempengaruhi kerja dari sang suami dalam berdakwah. Tugas dakwah sang suami akan semakin berat dan bisa jadi pada satu titik sang suami juga akan sama seperti dirinya. Berhenti dari medan dakwah yang di gelutinya.
Fenomena yang demikian juga terjadi di tubuh ummat Islam hari ini.
Di era globalisasi, persaingan kerja semakin ketat, pertarungan al haq dan al batil semakin sengit, al batil semakin gencar dalam perang pemikiran dan terorganisir rapi, maka satu demi satu para pegiat amal Islami jatuh berguguran.
Bisa jadi hal tersebut di mulai dari dalam keluarganya sendiri ( keluarga si pegiat amal Islami itu ) yang kurang medapat perhatian yang serius.
Tak sedikit para aktivis Islam yang dulunya lantang menyuarakan al haq, lambat laun suaranya parau, taringnya patah, daya cengkramnya hilang dan cara pandangnya jadi kabur dan sempit, sehingga tak sedikit yang justru ikut bergabung di fihak al batil. Hal itu bermula karena dorongan dari sang istri yang telah terkena penyakit futur akut tadi ( stadium 5, kalau penyakit bukan lagi sangat parah ).


Hadirkan Hati


Pada dasarnya, seluruh pekerjaan rumah tangga yang sangat melelahkan adalah bagian dari rangkaian ibadah kepada Allah Ta'ala. Ibadah bukan hanya sebatas Rukun Islam saja. Akan tetapi amal ibadah di luar rukun Islam , sangat banyak sekali jenisnya dan juga tingkat ke afdholannya juga bertingkat tingkat. Adapun amal ibadah yang terdapat dalam rukun Islam hanyalah sebagai dasarnya saja dan sebagai salah satu contoh amal amal ibadah yang Allah syareatkan kepada manusia serta bukanlah mencakup keseluruhan dari amal ibadah Islam. Di luar rukun Islam ada perintah untuk memuliakan tamu, berbuat baik pada tetangga, berbuat baik pada kedua orang tua, dan masih banyak lagi. Itu yang harus di sadari.
Namun, sering kali hal ini kurang di sadari dan di maknai secara mendalam.
Kebanyakan orang awam mengira kalau sudah mengucapkan 2 kalimat syahadat, mendirikan sholat ( baik itu sholat wajib, maupun sholat sholat sunah yang lainnya ) dengan tertib, terakhir sudah berangkat Haji ( yang rizkinya berlimpah beberapa kali bahkan ) sudah bagus keislamannya. Merasa tiket masuk Jannah sudah dalam genggamannya.
Ironisnya jika ada orang yang memberitahukan amal amal ibadah yang lainnya yang harus ia kerjakan juga selain dari rukun Islam, ia mengernyitkan dahi, tak jarang karena kebodohannya akan Islam itu sendiri ia malah meradang. Ia merasa apa apa yang di beritahukannya itu sesuatu yang aneh, tidak lazim di lakukan di lingkungannya. Padahal dengan sikapnya itu ia malah dapat menutup pintu hidayah dan membuka selebar lebarnya pintu yang dapat membuat dirinya layu, mudah berputus asa menghadapi ujian hidup di dunia ini, sehingga seakan akan kehidupan yang di jalaninya sangat berat dan monoton. Dan pada titik tertentu stres dan putus asa akan hinggap pada dirinya ( bukan hanya penyakit futur ).
Hal itu berawal dari pandangannya mengenai makna ibadah yang sangat sempit.
Padahal Syaikhul Islam IbnuTaimiyyah mendefinisikan ibadah sangatlah luas sekali ( dengan bahasa yang mudah ) :
" Seluruh amal perbuatan manusia, baik itu yang dhohir maupun yang batin demi meraih kecintaan dan keridhoan Allah, dari manusia itu bangun tidur hingga ia tidur kembali adalah satu rangkaian dari ibadah ".
Jadi kesadaran itu penting, sedangkan kesadaran itu akan tumbuh manakala di dasari oleh ilmu yang benar. Rosulullah Saw berdakwah di Makkah 13 tahun adalah dakwah untuk menumbuhkan kesadaran dengan landasan aqidah. Karena Rosulullah Saw tau betul hakekat dienul Islam itu tanpa di dasari atas kesadaran adalah berat untuk di laksanakan oleh manusia dan tidak akan mampu merubah keadaan manusia itu sendiri.

Sadar, bahwa apa apa yang di lakukannya adalah bagian dari ibadah ( tentunya setelah ia mengetahui ilmunya dengan benar, tidak hanya ikhlas saja dan hanya ikut ikutan pada kebanyakan orang umum ). Sadar, bahwa seluruh manusia ( baik yang kafir maupun yang muslim ) di dalam mengarungi kehidupan ini berjalan di bawah derasnya ujian Allah atas manusia, kesusahan demi kesusahan akan datang silih berganti hingga ia menemui ajal.
Sadar, bahwa kesemuanya butuh proses, yang terkadang proses itu berjalan sangat lambat dan melelahkan, walaupun ia telah berusaha dengan sungguh sungguh ( apalagi yang tidak sungguh sungguh, akan lebih lambat lagi proses itu ), semuanya tidak bisa instan ( langsung jadi seperti membalikkan telapak tangan ) dan ia tau itu hukum sebab akibat yang telah Allah tetapkan bagi seluruh manusia di dunia ini.
Sadar, bahwa hidup di dunia ini adalah ladang amal, bukan ladang menerima hasil dari amal yang akan ia tuai besok diakherat kelak, sehingga apa apa yang ia dapatkan di dunia ini ( apakah kesenangan atau kesusahan ) bagaimana mewujudkan kata sabar dan kata syukur.
Memang setiap manusia mempunyai obsesi obsesi, keinginan demi keinginan, sesuatu yang mengenakkan, dan nyaman ( itu fitroh manusia ) akan tetapi ketetapan dan takdir Allah berlaku atas seluruh manusia, yang tiap tiap manusia kadarnya beda beda, yang terkadang manusia itu keluar dari satu takdir Allah akan tetapi masuk kepada takdir Allah yang lainnya.

Oleh karena itu orang yang sadar, ia akan menikmati kehidupannya di dunia ini yang ia jalani ( apa pun keadaannya).
Berkata Ibnu Qoyyim : " Orang yang selalu sadar ( untuk beribadah ) maka pekerjaan rutinitasnya adalah ibadah ( selalu bersemangat ) . Sedangkan orang yang lupa dan lalai maka amalan ibadahnya pun baginya hanyalah merupakan hal rutinitas dan kebiasaan saja ( semangatnya akan redup )".

Lakukanlah tugas tugas harian di dalam rumah tangga kita masing masing dengan penuh kerelaan dan kelapangan hati. Tanpa kehadiran hati, maka fisik kita yang bekerja tak ubahnya seperti robot. Seseorang yang beramal sholeh ( apa pun jenis amal perbuatannya setelah ia mengetahui ilmunya dengan benar ) dengan penuh kerelaan dan kelapangan hati, menandakan hatinya sehat. Dengan sehatnya hati tersebut yang akan menopang seluruh amal amal perbuatan yang akan ia kerjakan dengan ringan ( tau tau selesai sendiri, padahal diawal kelihatannya berat untuk di kerjakan ). Akan tetapi jika hatinya sakit ( ada penyakit, walaupun ia tau amal yang akan di kerjakannya ada dasar landasannya dan besar pahalanyadi sisi Allah ), maka ia akan merasa berat untuk mengerjakanya, dan kalaupun di paksa hatinya ada rasa mendongkol dan bibirnya ngomel sendiri ( hal tersebut sering terjadi pada diri kita ).
Nikmati saja aktivitas rutinitas kita sehari hari, karena peran yang kita jalan adalah sebuah anugrah dari Allah yang tidak di berikan kepada semua orang. Menjalaninya dengan penuh rasa syukur, akan membantu kita menemukan kebahagiaan hidup.
salah satu tanda di terimanya amal seseorang oleh Allah adalah dengan di mudahkannya ia melakukan amal yang yang lain, setelah amal perbuatan yang pertama selesai. Dan tanda tertolaknya amal seseorang oleh Allah, jika dirinya setelah melakukan amal sholeh, selanjutnya ia melakukan kemaksiatan, kedholiman, atau bahkan kebid'ahan dan kemusyrikan.

Bagi seorang muslimah, menikmati waktu waktu di rumah tanpa harus terjebak dengan hiruk pikuk dunia luar ( walaupun tak jarang karena kebutuhan ekonomi yang mendesak sang ibu juga ikut membantu sang suami mencari nafkah, demi tercukupinya kebutuhan sehari harinya ), nikmati waktu memasak dengan memvariasi menu dan menata rumah dengan penuh artistik, menikmati waktu bercengkrama dengan anak anak dan ikut bermain bersama mereka ( mengarahkan), yang kesemuanya itu akan menambah keindahan hidup kita.
Bagi sang ayah, menikmati pekerjaannya dan bersungguh sungguh dalam mencari nafkah keluarga, menikmati aktivitas dakwahnya ( karena beban tugas menyampaikan al haq secara terus terang adalah salah satu tugas yang harus di laksanakannya pula ), dan menikmati saat saat bersama keluarga di sela sela kesibukannya mencari nafkah dan berdakwahnya yang banyak menyita waktu ( karena tarbiah di mulai dari keluarganya terlebih dulu ), ia manfaatkan semua itu dengan maksimal.

Kisah Fatimah putri Rosulullah Saw seharusnya menjadi bahan renungan bagi kita semua ( para pegiat amal Islami hari ini umumnya, khususnya para muslimah ).
Ia harus menggiling gandum sendiri untuk di buat kue hingga membekas tebal di telapak tangannya. Putri Nabi dan istri sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib r.a, harus menggiling, membuat adonan roti sendiri dan melaksanakan pekerjaan rumah tangganya. Yang suatu ketika ia meminta pembantu kepada sang ayahandanya untuk sedikit meringankan beban pekerjaannya sehari hari. Sang ayah ( Rosulullah Saw ) menawarkan kepada putrinya itu sesuatu yang lebih baik dari sekedar yang dimintanya itu.  "  Maukah kamu berdua  aku tunjukkan  yang lebih baik dari  pada  seorang pembantu? Bila kalian berdua hendak berbaring di tempat tidur kalian, bertakbirlah 34 kali, bertahmidlah 33 kali, dan bertasbihlah 33 kali. Maka yang demikian itu jauh lebih baik bagi kalian dari pada apa yang kalian minta".

Itulah wasiat Rosulullah kepada putrinya, Fatimah r.a, pemimpin para wanita penghuni jannah. Bisa saja Rosulullah Saw memenuhi permintaan putrinya itu, akan tetapi Rosulullah Saw tau, dengan memberikannya seorang pembantu rumah tangga bagi putrinya itu bukanlah menyelesaikan permasalahan yang di hadapi putrinya itu setiap hari, karena kehidupan manusia hakekatnya selalu di liputi oleh permasalahan demi permasalahan ( senantiasa datang silih berganti apakah masalah yang sepele atau serius) sampai manusianya itu menemui kematian, sehingga Rosulullah Saw menyarankan untuk minta kepada Dzat pembuat ujian ujian bagi manusia yaitu Allah Tabaroka Wata'ala, dengan perantaraan amal sholeh yaitu dzikir kepada Allah sebelum tidur, yang dengan dzikir tersebut manfaatnya dapat menenangkan hati dan pikiran.
Dengan ketenangan hati dan pikiran itu keletihan yang dirasakan oleh jasad akan reda. Lain halnya jika badan  tak melakukan kegiatan berat ( kelihatannya santai dan banyak istirahatnya ), akan tetapi hati gundah gulana dan fikirannya selalu berkecamuk, maka ia tidak dapat tidur, makan tidak enak, seluruh kemudahan fasilitas yang menunjang kehidupanya tidak dapat ia rasakan.
Oleh karena itu Rosulullah Saw memberikan pada putrinya itu sesuatu yang paripurna dan awet.


Siasati dengan Baik


Islam adalah aturan dari Allah untuk manusia yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Artinya seluruh permasalahan hidup manusia dapat di pecahkan dan di selesaikan di dalam Islam secara sempurna, yang hal tersebut tidak dapat di temui pada dien dien yang lain. Setelah seseorang mengucapkan 2 kalimat syahadat, maka pada saat itu juga kewajiban atas dirinya untuk melakukan dan menjalankan amalan amalan yang di tuntut oleh Islam. Seluruh amal amal yang di tuntut oleh Islam untuk dikerjakan oleh orang yang telah mengucapkan 2 kalimat syahadat tadi terangkum dalam satu kata yaitu Ibadah. Ibadah itu sendiri sebagai bentuk ujian keimanan dari Allah atas manusia sebagaimana firman Allah dalam QS: Al Mulk 2:
" Supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang paling baik amalnya". ( QS: Al Mulk 2)

Di samping sebagai bentuk ujian, ibadah berfungsi sebagai penenang hati dan fikiran manusia jika di kerjakan dengan penuh keikhlasan dan menurut kaidah kaidah syar'i ( tidak menambah nambah atau mengurangi sesuai akal dan nafsu ).
Oleh sebab itu di sela sela kesibukan kita ( apakah itu pekerjaan rumah tangga harian yang ndak habis habis, juga kesibukan bekerja mencari nafkah, sertakesibukan berdakwah ), masih banyak peluang untuk menjaring amal ibadah.  Prioritaskan yang wajib terlebih dulu, baru yang sunah.
Maksimalkan kualitas sholat lima waktu dengan penuh kekhuyu'an. Khusyu' artinya tepat waktu, berjama'ah, bagi laki laki di lakukan di masjid ( apapun kesibukan kita, kita penuhi panggilan sholat tersebut ), dan tuma'ninah. Kelihatanya ringan di kerjakan, akan tetapi pada prakteknya sangat berat dikerjakan ( walaupun hanya sekedar sholat lima waktu saja ).
Ibarat mandi lima kali sehari, sholat menjadi penyegar jiwa kita sehari hari. Oleh sebab itu pernah suatu kali Rosulullah Saw bersabda pada sahabat Bilal r.a : " Istirahatkam kami, wahai Bilal dengan sholat".

Manfaatkanlah sepertiga malam terakhir kita dengan qiyamullail, tilawah , dzikir dan muhasabah. Mengapa bulan Romadhon begitu indah, karena di sana ada qiyamullail atau dengan bahasa yang lain qiyamurromadhon, atau sholat terawih, makanya orang melakukan akitivitas sehari hari begitu ringan ( walau perut dalam keadaan kosong ).
Apakah hal tersebut hanya berlaku pada bulan Romadhon saja? Tidak. Bulan bulan yang lainnya pun sama. Artinya orang yang pada malam harinya ia melakukan qiyamullail, maka pada pagi harinya ia melakukan aktivitas akan terasa ringan. Beda dengan orang yang semalaman ia terbuai mimpi di tempat tidur hingga waktu subuhnya terlambat, seakan akan aktivitas harianya terasa monoton.
Sempatkanlah sholat dhuha meskipun hanya dua rekaat.Rajinnya seseorang mendirikan sholat dhuha dan rajin sholat malam, bukannya agar rizkinya di pagi hari jadi lancar dan bertambah banyak. Seandainya Allah mengujinya dengan kesempitan rizki, yang pada mulanya ia di karuniai kelapangan rizki ( kebetulan atau tidak ia rajin sholat malam dan sholat dhuha , ia mengira dengan hal tersebut rizkinya lancar ), lantas dengan kesempitan rizki ( pada waktu yang panjang ) apakah ia akan menghentikan sholat malamnya dan sholat dhuhanya?. Hal itu yang harus di luruskan niatnya.
 Ruas ruas persendian kita pada satu riwayat ada 360 persendian, yang kesemuanya itu haruslah di shodaqohi. Cukup dengan 2 rekaat sholat dhuha telah terbayar lunas. Di samping, sebagai pemberat timbangan amal kita besok di hari kiamat, sholat malam dan sholat dhuha juga sebagai sarana penenang hati yang paling efektif di sela sela kesibukan kita sehari hari.

Anak rewel ?, dakwah Islamiyah di halang halangi?,  permasalahan selalu menyapa kita?, Okelah kalau itu permasalahan yang sedang kita hadapi, akan tetapi tidak setiap saatkan anak rewel, tak setiap saat dakwah di rintangi,dan tidak setiap saat ada masalah menghampiri kita kan ? Sesuaikan saja dengan kondisi kita yang ada ( setiap orang kondisinya lain lain ). Allah Tabaroka Wata'ala paling tahu, apakah kita benar benar berudzur atau hanya beralasan saja.
Sambil menyelam minum air.
Hal itu juga dapat kita terapkan dengan mendengarkan murottal dan ceramah Islam sambil kita beraktivitas. Asalkan harus benar benar di dengarkan dan di perhatikan betul, bukan sambil lalu. Begitu juga dengan dzikir, tentu bisa di lakukan dengan menyapu lantai atau yang lainnya.
Ibarat sinyal dan telepon seluler. Hp tidak bisa di gunakan jika tidak ada sinyal. Begitu juga dengan tilawah Qur'an ( baik itu di baca atau mendengarkan saja ) dan dzikir, ibarat hati kita dengan Allah Ta'ala ada sinyal yang selalu nyambung, sehingga hati kita jadi sehat dan hidup.
Luangkanlah waktu ba'da isya' atau ba'da subuh untuk saling berbagi permasalahan, dan saling memberikan tausiyah antara suami dan Istri. Termasuk pula membicarakan bagi diri kita untuk ikut hadir di majelis ta'lim yang ada di luar.
Hal itu bisa di ibaratkan kebutuhan jasad kita dari makanan pokok sehari hari kita. Tubuh akan lemas dan tidak bertenaga jika kita kurang makan. Begitu pula dengan hati. Hati akan layu dan mati serta mengeras bagai batu, jika jarang atau tidak pernah mendapat siraman rokhani, atau jarang mendengarkan tausiah tausiah.

Kesemuanya akan terasa ringan jika di kerjakan sedikit demi sedikit, tetapi rutin. Karena Rosulullah Saw bersabda : " Amalan yang paling di cintai Allah Azza Wajalla adalah amalan yang kontinyu walaupun sedikit". ( HR. Muslim )
Dari hadist tersebut ada hal yang menarik jika mau melaksanakan artinya dalam diri kita akan muncul perasaan selalu ingin menambah dan menambah amalan hingga pada satu titik jenuh menghampiri kita. Jika kita pada satu titik jenuh, maka kita ulangi asmalan tersebut dari awal lagi.
Contoh:
Setelah kita melaksanakan sholat ( maghrib misal ), di samping tepat waktu dan berjama'ah sempatkanlah dzikir ba'da sholat, lalu 2 rekaat sesudahnya, sesudah itu kita lanjutkan baca Qur'an 10 ayat saja ( ndak usah banyak banyak ). Hal itu kita lakukan sesudah sholat maghrib saja dengan sempurna, sedangkan 4 waktu yang lain tidak ( hanya dzikir saja dan berdo'a sesudahnya ). Akan tetapi kita lakukan seminggu saja. dengan catatan amalan tersebut jangan di tambah dan jangan dikurangi ( 2 rekaat sesudah sholat maghrib jangan di hilangkan dan membaca 10 ayat jangan di tambah ). Pastilah hati kita ada rasa ingin menambah amalan tersebut.
Apakah itu sholat sunahnya ( tidak hanya pada setelah sholat maghrib saja ) atau bacaan ayat yang hanya sepuluh ayat itu. Jika kita ingin menambah tambah saja sholat sunahnya setelah sholat Isya' ( 3 waktu yang lain tidak ) dan bacaan 10 ayat setelah sholat maghrib serta 2 rekaat setelah maghrib harus masih tetap jalan. Hal itu kita lakukan selama seminggu pula. Pastilah kita akan merasa ingin menambah amalan lagi dan menambah amalan lagi. begitu seterusnya.

Dan sebagai penutup. Sebuah hal yang wajar terjadi pada diri kita, jika kita merasa lelah, jenuh dan bosan. kita adalah manusia biasa yang semuanya mempunyai tabiat begitu. Jangankan diri kita, pun para sahabat rodhiyallahu 'anhum mengalami dan merasakan hal tersebut ( lelah jenuh dan bosan ). Yang penting, segera kita atasi perasaan tersebut.
Medan rumah tangga adalah medan tempur yang sebenarnya bagi seorang muslimah. Menjadi Istri dan ibu adalah pembuktian keistiqamahan.
Medan dakwah yang terjal dan penuh dengan hambatan adalah medan tempur bagi para pegiat amal Islami, jika kita mundur kebelakang, maka janji Allah pada QS: Al Maidah 54, Allah Ta'ala akan mengganti diri kita ( yang tidak mau membela dienullah di muka bumi )  dengan kaum yang lain yang lebih baik dari kita, sehingga kita sendiri yang akan merugi di akherat kelak.

" Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan ( pula ) menyerah ( kepada musuh ) ". ( QS: Ali Imran 146 )
" ( Kami jelaskan yang demikian itu ) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang di berikan Nya kepadamu" . ( QS: Al Hadid 23 )

Marilah kita jawab tantangan ini. Futur setelah menikah ? No Way ! Biidznillah. Karena segala sesuatu kekuatannya dari Allah semata.

Wallahu a'lam bisshowwab.

Rabu, 02 November 2011

LEBAH




" ............Ya Rabb kami , tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia sia . Maha Suci Engkau.  Maka, peliharalah kami dari siksa neraka . " ( QS : Ali Imran 191 )





Maha Suci Allah Rabul 'Alamin,  yang telah menegakan langit tanpa tiang,  menjadikan gunung gunung sebagai pasaknya,  dan telah menundukan seluruh makhlukNya yang ada di permukaan bumi untuk kumakmuran manusia.  Dengan keMaha Rokhman RokhimNya Allah tersebut ada manusia manusia yang bersyukur kepadaNya ( yang bersyukur jumlahnya sedikit ),  dengan menjadikan itu semua sebagai sarananya untuk beribadah kepada Allah dengan sebaik mungkin.  Dan kebanyakan manusia dengan kemudahan yang telah Allah berikan itu menjadikannya kufur.  Kebanyakan manusia lupa dan mengira bahwa dengan kekufurannya itu Allah akan membiarkannya begitu saja ( tidak ada pertanggung jawabanya nanti ).  Padahal di balik itu semua ada sebuah skenario besar dari Allah Azza Wajalla atas kehidupan seluruh manusia di muka bumi,  jika ia mau sedikit berpikir sejenak untuk merenunginya.  Ada beberapa hikmah dari itu semua .

Dari penggalan ayat diatas ( QS : Ali Imran 191 ), melalui tulisan ini saya mengajak untuk bersama sama merenungkan penggalan ayat diatas. Ada satu makhluk Allah di muka bumi ini yang menarik kita cermati dan dapat kita ambil pelajaran berharga darinya,  yaitu LEBAH ... sesuai dg judul diatas .
Kenapa topik bahasannya lebah, kok tidak Laba laba, atau Semut atau Sapi bertina ( yang sama sama menjadi nama surat dalam Al Qur'an ). Karena dari Lebah banyak sekali yang bisa kita ambil manfaatnya di samping madunya.
Di awal awal ayat dari QS: An Nahl, Allah Tabaroka Wata'ala menjelaskan kepada manusia, bahwa Allah telah menundukan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi untuk manusia. Dengan satu tujuan utama , agar hal tersebut ( dengan Allah tundukkannya untuk manusia itu ) memberikan kemudahan kepada manusia tersebut untuk mencapai apa apa yang di tuju manusia. Atau dengan bahasa mudahnya, menjadi sarana dan prasaranya bagi manusia tersebut untuk mencapai tujuan utama di ciptakan manusia di muka bumi, yang tidak ada yang lain kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah saja tanpa syirik sedikitpun. Hal tersebut sebagaimana di jelaskan dalam QS : An Nahl 9-17.
Lebih dari itu, dalam QS An Nahl, Allah Azza Wajalla juga banyak memberikan perumpamaan perumpamaan kepada manusia dari makhluk Allah Ta'ala yang lain, agar di jadikan bahan renungan dan pelajaran bagi manusia. Dalam surat tersebut juga banyak di terangkan akan hukum sebab akibat bagi manusia. Al Qur'an juga memberikan beberapa sinyal sinyal dan menyapa manusia dalam QS : An Nahl tersebut dengan bahasa yang lembut.
Itu semua sebagai bentuk rasa Kasih Sayang Alah kepada manusia dan nikmat nikmat dari Allah buat hamba hambaNya, sehingga surat An Nahl juga di namakan An Ni'am ( nikmat nikmat ).

Qur'an surat yang ke 16 ini di namakan An Nahl ( yang artinya lebah ), karena di dalamnya terdapat firman Allah ( ayat yang ke 68-69 ) : " Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah :"Buatlah sarang sarang di  bukit bukit, di pohon pohon kayu dan di tempat tempat yang di bikin manusia".  ( QS : An Nahl 68 )
" Kemudian makanlah dari tiap tiap ( macam ) buah buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan bagimu. Dari perut lebah itu keluar minuman ( madu ) yang bermacam macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnyapada yang demikian itu terdapat tanda tanda ( kebesaran Tuhan ) bagi oranng orang yang memikirkan ". ( QS : An Nahl 69 )
Lebah adalah salah satu makhluk Allah dari sekian banyak makhluk Allah yang ada di muka bumi, yang banyak memberikan manfaat kepada manusia dan juga tingkah lakunya bisa memberikan satu pelajaran berharga bagi manusia.

Pelajaran Yang Bisa Di Ambil Dari Lebah 

1. Dari Segi Makanan 

Lebah hanya mengisap sari bunga, jarang sekali atau tidak pernah kita lihat lebah memakan selain sari bunga. Tidak sebagaimana yang di konsumsi oleh Kumbang ( memakan kotoran ) dan Babi ( hewan yang paling rakus, sangking rakusnya jika terpaksa kotorannya sendiri pun akan ia makan juga ). Artinya Apa yang di konsumsi lebah adalah sesuatu yang halal dan baik. Sehingga apa yang di hasilkan lebahpun adalah sesuatu yang pasti baik lagi banyak manfaatnya, yaitu madu.
Hendaknya seorang mukmin juga mengkonsumsi sesuatu yang telah di halalkan oleh Allah, sebagaimana apa yang di konsumsi lebah. Halal dari apa yang ia makan, apa yang di pakainya, apa yang ia dapatkan ( cara mencarinya ) dan juga halal dari apa yang ia belanjakanya. Kesemuanya haruslah jelas kehalalannya. Di samping halal juga harus toyyib. Karena sesuatu yang halal belum tentu tayyib, akan tetapi sesuatu yang tayyib sudah tentu halal.
Contohnya :* Daging sapi adalah halal, akan tetapi jika di sembelih tidak menyebut Asma Allah, atau mati tidak di sembelih, atau di sembelih dengan menyebut Asma Allah akan tetapi untuk persembahan ( untuk acara kesyirikan ), maka daging tersebut yang mulanya halal, akan  jadi haram untuk di konsumsi. Bukan masalah mubadzir atau tidak. Karena Ulama' Islam sepakat mengenai hal itu.
* Kita mengkonsumsi daging sapi, dengan kriteria diatas, akan tetapi cara mendapatkan daging sapi yang hendak kita konsumsi itu dari harta haram ( mencuri atau menipu ). Itu juga haram. Tidak toyyib. Masih ada subuhatnya.

Jadi halal tidaknya makanan yang hendak kita konsumsi itu akan besar pengaruhnya terhadap amal ibadah kita kepada Allah. Akan menghambat terkabulnya sebuah do'a yang kita panjatkan kepada Allah.
Hari ini, di tengah tengah dominasi jahiliyah modern, dan sulitnya perekonomian, tentang  masalah mengkonsumsi makanan yang halal lagi toyyib adalah satu masalah yang sangat berat bagi seorang mukmin yang bersungguh sungguh dalam beribadah kepada Allah. Berhati hati dalam masalah makanan juga termasuk rangkaian dari ibadah.

2. Dari Sisi Muamalah ( interaksi dengan lingkungan sosial )

Kita lihat, jika lebah hinggap di seuatu ( ranting, bunga, atau daun atau yang lainnya ) hal itu tidak menjadikan lingkungan sekitarnya jadi rusak. Malah kebanyakan hadirnya lebah akan membawa manfaat. Hal itu berawal dari apa yang di konsumsinya adalah hanya sesuatu yang halal saja( menurut pandangan Allah dan RosulNya ).
Jika Al Qur'an dan as Sunah adalah sebagai satu pedoman hidup dari Allah yang harus di pahami dan di laksanakan dalam realitas nyata bagi kehidupan seorang mukmin, sebagaimana Allah mengilhamkan kepada lebah, maka apa apa yang di hasilkan oleh lebah dan apa apa yang di hasilkan oleh seorang mukmin yang mentauhidkan Allah dengan sebenar benarnya akan sama. Karena sama sama tunduk kepada perintah Allah Azza Wajalla saja.
Begitu pula jika seorang manusia sudah mau tunduk atas seluruh hukum hukum Allah, sebagaimana apa yang Allah ilhamkan atas lebah, maka kemana pun manusia bertempat tinggal akan membawa manfaat lingkungan sekitar.

3. Dari Sisi Pertahanan Diri

Akan tetapi satu hal yang harus di perhatikan. Jangan sekali kali mengganggunya. Mengusik eksistensinya di dalam melaksanakan perintah Allah itu. Seekor lebah akan mempertahankan diri, atau minimal melawan dengan sengatannya. Jika yang melakukan perlawanan itu lebah madu, maka perlawanan atau sengatannya itu akan mencelakakan dirinya sendiri( mati ). Itu sunatulah yang telah Allah tetapkan di muka bumi ( dalam hal ini lebah ) jika kita mau sedikit mencermati.
Apa yang di lakukan lebah, juga akan sama dengan apa yang akan di lakukan oleh seorang mukmin yang mentauhidkan Allah dengan benar. Akan melakukan perlawanan terhadap kedzaliman yang di timpakan kepada dirinya. Seorang mukmin akan mengeluarkan seluruh potensi yang di milikinya itu untuk melawan.
Jika sarang lebah di usik dan di ganggu, maka sepontan seluruh lebah yang ada di sarang itu akan melawan. Minimal yang telah mengusik sarangnya itu akan tersengat satu atau dua sengatan.
Maka satu hal yang wajar jika ada salah satu bumi Islam yang di serang, baik itu perang urat syaraf maupun perang fisik ( apapun alasannya ) maka yang di serang akan melakukan perlawanan. Ada kalanya dua kekuatan itu seimbang, juga ada kalanya dua kekuatan itu berat sebelah. Akan tetapi intinya yang di serang tetap akan mempertahankan diri.

Akan tetapi bagi seorang mukmin sebagai khalifatullah di muka bumi, yang telah di turunkan Al Kitab ( Al Qur'an ) dan telah di utusnnya para Utusan Allah ( para Nabi dan Rosul ) , maka Alah telah memberikan ketentuan ketentuan bagi seorang mukmin yang harus di taatinya. Bagaimana atau dalam hal apa ia harus marah dan membalas serangan itu . Jadi tidak asal marah begitu saja, akan tetapi harus tau alasanya ia marah. Apakah kemarahannya atau balasan dari serangan itu di benarkan syar'i apa tidak, itu yang terpenting.
Ada 5 hal pokok, yang jika 5 hal pokok itu di serang atau terancam, ia boleh marah dan membalas serangannya itu . Menurut skala prioritas.Dan urutannya ndak boleh di bolak balik.
1.Jika diennya atau agamanya di serang atau terancam bahaya, dirinya boleh membalas serangan atau minimal menahan srrangan itu .2. Apabila nyawanya terancam. 3. Jika akalnya terancam dari penyesatan penyesatan pemikiran. 4. Apabila keturunannya terancam. 5. Apabila hartanya terancam.

Catatan.
Jika dienya terancam bahaya, maka ia di perbolehkan mengorbankan hartanya(5)( berapapun harta ia akan keluarkan agar dienya selamat ), boleh mengorbankan keturunannya (4),  boleh ia korbankan akalnya(3) (artinya ia fikirkan dengan serius agar diennya itu selamat), bahkan akan ia korbankan nyawanya yang paling berharga itu asal diennya tidak di lecehkan dan diinjak injak(2).
Jika hartanya terancam(5), ia boleh marah dan mempertahankan hartanya itu. Akan tetapi sebisa mungkin  jangan ia korbankan yang nomer 4- nomer 1. Artinya: hanya karena membela hartanya ia korbankan sanak keluarganya, ia rela putus dengan sanak keluarga hanya karena dunia yang ingin ia kejar. Ia peras akalnya untuk mendapat harta. Ia bela mati matian hanya karena harta, yang bisa ia cari kembali.Bahkan ia berani mengorbankan agamanya ( murtad ) demi secuil harta dunia.
Intinya nomer yang tertinggi( 1 ) jangan sampai di korbankan. Boleh mengorbankan nomer nomer di bawahnya ( 2-5). Nomer 2 boleh mengorbankan nomer 3-5, tetapi jangan sampai mengorbankan nomer 1( jika dalam mempertahankan nomer 2 ia korbankan nomer 1 dalam fiqh ada pembahasan tersendiri ) . nomer 3 boleh mengorbankan 4dan 5, tetapi jangan sampai mengorbankan nomer 1. Nomer 4 boleh mengorbankan nomer 5 saja.
Jika seseorang berbuat menurut skala prioritas diatas, sedangkan dirinya ikut terbunuh, maka dalam Islam di kategorikan mati syahid( tentunya menurut skala prioritasnya. Sedangkan orang yang mati demi membela dienya kedudukanya jauh lebih tinggi di sisi Allah, jika di bandingkan dengan yang lain ).
Sehingga dalam memulai sesuatu tidak boleh gegabah atau ceroboh. Harus di fikirkan masak masak, dengan fikiran dingin. Harus bisa menggabungkan dua sifat marah dan sabar. Marah karena apa dan sabar sebatas apa itu harus di ketahui pula. Karena Islam menyuruh umatnya untuk berbuat atas dasar kesadaran dan ilmu.
Itu juga sudah merupakan sunatullah yang telah Allah tetapkan di muka bumi ( yaitu peperangan antara al haq dan al batil )dan akan terus berlangsung serta mengalami pengulangan demi pengulangan hingga hari kiamat. Dan itu pasti terjadi.

4. Dalam Hal  Permulaan Akan Membuat Sarang

Lebah jika akan membuat sarang, akan survey lokasi terlebih dulu. Akan berputar putar kesana kemari mencari tempat yang cocok, aman dan kondusif. Mulanya hanya satu titik kecil ( mungkin sebagai tanda awal )akan tetapi lama kelamaan tanpa di sadari oleh manusia berubah menjadi sarang yang besar, yang siap menghasilkan madu. Dalam memilih tempat bersarang minimal jauh dari jangkauan manusia ( sarang yang di buat secara alami ) dan terlindungi. Lebah akan bersarang di atas pohon atau di bawah atap rumah atau di tempat lain, yang minimal jika ada yang menganggu sarang tersebut akan sedikit kesulitan. Itulah yang di lakukan lebah di dalam mentaati perintah Tuhannya. Sebagaimana diteranngkan dan di abadikan oleh Al Qur'an sebagai pelajaran penting untuk orang orang beriman :
" Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : " Buatlah sarang sarang di bukit bukit, di pohon pohon kayu dan di tempat tempat yang di bikin manusia". ( QS :AnNahl 68 )
Sebagai manusia yang di berikan kelebihan akal, harusnya malu pada lebah. Mampu merealisasikan perintah Tuhannya, seperti di terangkan dalam QS : An Nahl 68.
Seharusnya hal tersebut dapat menjadi satu inspirasi bagi seorang mukmin, bagi seorang pegiat amal Islami atau seorang aktivis Islam jika ingin melakukan satu amal islami. Baik itu amal pribadi atau amal amal yang perlu berjama'ah( di lakukan bersama sama ).
Minimal ia harus faham daerah sekitarnya terlebih dulu. harus bisa memahami permasalahan permasalahan yang ada di sekitarnya, yang akan ia jadikan obyek dakwahnya itu.
Memahami karakter karakter orang orang yang ingin ia jadikan sebagai obyek dakwahnya itu. Suatu dakwah yang mengajak kepada tauhid membutuhkan waktu yang lama, dan kontinuitas serta kesungguhan.
Ia juga harus memikirkan ada apa tidak yang akan menopang dakwahnya itu( melindungi ) sebagaimana lebah yang membuat sarang di tempat yang terlindungi dari mara bahaya. Keberadaan pelindung tersebuat akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari sebuah dakwah Islamiyah, sehingga dakwah tersebut akan terus berlangsung dan bertahan serta bisa di nikmati oleh seluruh manusia ( kehidupan manusia di daerah dakwah itu akan di liputi ketenangan batin dan terjauhkan dari adzab Allah ) minimal bisa di nikmati oleh orang orang di sekitar obyek dakwah itu, meluas dan meluas ( sebagai mana yang pernah di alami di zaman Umar bin Abdul Aziz ).

Di sana di butuhkan pribadi pribadi yang bermental ulet, tahan uji dan senantiasa sabar. Karena dakwah tauhid itu milik Ummat seluruhnya. Allah memerintahkan kepada orang orang beriman di dalam mendakwahkan kemurnian tauhid itu, untuk bersungguh sungguh menapaki jalan jalan yang telah Allah tentukan dalam medan dakwah. Bersungguh sungguh mengikuti apa apa yang di contohkan oleh Rosulullah Muhammad Saw dalam berdakwah. Adapun hasilnya bukan urusan manusia. Artinya apakah seorang pegiat amal Islami yang telah menceburkan dirinya di dalam dakwah tauhid dapat melihat hasil dari dakwahnya itu? ataukah dirinya keburu di panggil Allah sedangkan yang ia dakwahkannya itu belum maksimal dan ia tidak bisa melihat hasil dakwahnya itu. Untuk merobah sesuatu yang buruk itu butuh proses. Yang terkadang proses itu berjalan sangat lambat dan melelahkan.
Bermodal semangat saja tidaklah mencukupi. Di butuhkan pribadi pribadi yang tidak mudah berputus asa. Selalu bertawakal kepada Allah( karena ia adalah seorang manusia yang lemah ). Selalu optimis. Selalu berbaik sangka kepada Allah, apapun yang terjadi pada dirinya. Yang mana itu semua sebagai bentuk ujian dan ujian bagi diri aktivis itu. Bagaimana mengaplikasikan sabar dan syukurnya.
Itu semua harus di sadari oleh para pegiat amal Islami. Karena jika ia tidak menyadari sedari awal, maka yang terjadi akan mudah terjebur kedalam penyakit futur. Berhenti di tengah jalan. Dan tidak sedikit yang berputar 180 derajad( yang mulanya sebagai penopang dakwah, akan menjadi penghambat dakwah).

5. Dalam Hal Berjama'ah

Yang paling menarik untuk di cermati adalah kehidupan lebah madu. Lebah madu sangat menjunjung tinggi rasa kebersamaan. Tidak saling iri satu dengan yang lainnya. Saling membutuhkan satu dengan yang lainnya dan saling menopang. Tidak berkerja sendiri sendiri. Bekerja sesuai dengan bidang bidangnya. Terus bekerja, hingga menghasilkan madu.
Ada lebah pekerja. Ada lebah penjaga. Ada lebah pejantannya. Ada ratunya.
Lebah pekerja tidak pernah iri dengan lebah pejantannya. Lebah penjaga tidak pernah iri, ingin menjadi ratu dengan memobilisasi yang lain untuk melakukan revolusi. Ndak pernah ada lebah melakukan demontrasi ( ngambek tidak mau melakukan pekerjaannya ). Lebah ratu membutuhkan lebah pejantan. Lebah pejantan membutuhkan lebah pekerja dan lebah penjaganya. Bekerja saling bahu membahu dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.

Di sanalah menariknya. Sama sama menerima perintah Allah. Allah mengilhamkan pada lebah untuk bekerja sesuai dengan perintah Allah sehingga menghasilkan madu. Allah memerintahkan kepada manusia untuk mentaati perintah Allah, dengan merealisasikan syareat Islam yang menyeluruh di muka bumi dalam kehidupan nyata manusia itu sehari hari. Sehinggga turunlah pertolongan Allah dan juga barokah langit dan barokahnya bumi akan tercurah atas manusia. Sebagaimana  di beritakan dalam QS : An Nur 55. 
Yang di hasilkan lebah dari mentaati perintah Allah adalah madu ( obat yang bermanfaaat bagi manusia, sebagaimana di beritakan Al Qur'an QS : An Nahl ayat 69 nya. Merealisasikan syareat Islam yang menyeluruh di muka bumi akan berdampak baik  dan sangat luas bagi seluruh alam ini. Tidak hanya manusia saja yang merasakan manfaaatnya, akan tetapi seluruh makhluk Allah yang ada di muka bumi akan merasakan manfaaatnya. Sejarah mencatat dalam pemerintahannya Umar bin Abdul Aziz.
Yang lebih menarik adalah firman Allah QS:  An Nahl 69 nya : " ... dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan ( bagimu )...". ( QS : An Nahl 69 ). Bagimu pada ayat tersebut adalah perintah kepada lebah. Dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan adalah agar jangan sampai lebah itu menyalahi perintah Allah. Membuat sarang di sembarang tempat, memakan makanan yang lain selain menghisap bunga ( tidak sebagaimana yang di lakukan oleh babi yang memakan apapun yang bisa di makan )dalam beramal jama'i tidak saling sikut menyikut  yang akan mengakibatkan madu tidak dapat di hasilkan.
Untungnya hanya manusia saja yang kebanyakan menyelisihi perintah  Allah. Kita tidak dapat membayangkan jika makhluk Allah yang lain juga ikut menyelisihi perintah Alllah. Bisa jadi tumbuhan tidak mau berbuah. Ayam tidak mau bertelur( sehinggga regenerasi tidak ada ), lembu atau sapi tidak mau mengeluarkan susunya dan tidak mau di sembelih untuk konsumsi makanan manusia.

Apa pelajaran yang bisa di ambil dari bersatu padunya lebah di dalam sarangnya itu demi untuk menghasilkan madu.
1. Secara fitrohnya manusia itu adalah makhluk sosial, saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana di beritakan dalam Al Qur'an di awal QS: An Nisaa'.
2.  Tegaknya hukum hukum Allah di muka bumi ( iqomatuddin, sebagaimana di beritakan Al Qur'an dalam surat Asy  Syuraa 13 ) secara menyeluruh di dalam kehidupan manusia, haruslah di lakukan secara berjama'ah. Beban iqomatuddien bukanlah perkara yang ringan dan sepele. Perlu ada kebersamaan dalam mengemban dan merealisasikan beban tersebut. Karena manfaat dari tegaknya hukum  hukum Allah di muka bumi lebih besar dari pada manfaaat madu ( manfaaatnya sangat luas. Rakhmat seluruh alam ).

3. Butuh kerja  sama dengan jama'ah jama'ah islamiyah yang lainnya. Yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dan saling menguatkan. Jama'ah A membutuhkan jama'ah B, Jama'ah B membutuhkan jama'ah C dan A. Sebagaimana orang mendirikan rumah : adanya pagar rumah ( perlu dan di butuhkan ), adanya pintu dan jendela ( perlu dan di butuhkan ),adanya atap rumah ( perlu dan di butuhkan ), adanya cat rumah, baik itu di dalam maupun di luar rumah ( perlu dan di butuhkan ), Interior di dalam dan di luar rumah ( perlu dan di butuhkan ). Kesemuanya itu saling terkait dan berhubungan, sehingga tercipta sebuah rumah yang ideal yang layak huni.
Jama'ah jama'h Islam yang ada itu, mengumpulkan nilai nilai Islam. Ada yang bergerak di bidang pendidikan Islam, ada yang bergerak di bidang pelayanan publik, ada yang bergerak di bidang dakwah, ada yang bergerak di bidang kemiliteran ( jihad ), ada yang bergerak di bidang politik ( karena kurang hati hati, sehinggga terseret kedalam kubangan politik sekuler ). Kesemuanya mempunyai nama sendiri sendiri yang beranega ragam.
Akan tetapi apa yang di lakukan lebah madu di dalam membuat sarang untuk menghasilkan madu yang bermanfaat, tidak di contoh dan diikuti oleh manusia. Padahal perintahnya sama.
Sehingga satu hal yang wajar jika di satu fihak ( lebah madu ) sudah bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, karena tertib dalam melaksanakan perintah Allah. Akan tetapi di fihak yang lain, yaitu manusia ( yang sama sama menerima perintah Allah ) belum bisa mnenghasilkan sesuatu yang bermanfaat ( baik itu manfaat bagi diri manusia sendiri, maupun manfaat bagi seluruh alam ) yaitu tegaknya hukum hukum Allah di muka bumi. Karena manusia di dalam usahanya menegakkan hukum hukum Allah saling centang perenang. Satu dengan yang lainnya saling merasa hebat.
Itulah fakta di lapangan yang terjadi.
Sehingga yang mengambil keuntungan dari hal itu adalah orang orang kafir. Itulah sekenario besar yang di mainkan oleh orang orang kafir. Semenjak runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani 1924 hinggga hari ini. Ironinya banyak ummat Islam yang tidak tersadarkan dengan sekenario besar ini. Terbuai dengan virus Terorisme yang di hembuskan oleh orang orang kafir, sehingga yang terjadi jama'ah A mencurigai jama'ah B dan seterusnya. Merasa Jama'ah A lebih mendekati sunah dari pada jama'ah B dan C, sehingga tidak membutuhkan keberadaan jama'ah B dan C.

Itulah problematika ummat Islam hari ini, sehingga Ummat ini sulit sekali bangkit dari keterpurukan dan ketertindasannya oleh dominasi orang orang kafir dan orang orang munafik.
Ternyata dengan mengambil 5 Ibroh ( pelajaran ) kehidupan lebah madu, yang diabadikan oleh Al Qur'an surat An Nahl 68-69 dan mentranformasikan ke dalam keterpurukan Ummmat Islam hari ini. Banyak sekali pelajaran penting yang dapat kita ambil dari sana. Dari makhluk Allah yang kecil yang bernama lebah.

Semoga uraian ini dapat menjadi pelajaran yang berharga dan bahan renungan kita bersama.
Wallahu a'lam bishowwab