>

Total Tayangan Halaman

Kamis, 30 Agustus 2012

KELEMBUTAN ITSAR




MENGGALI SIFAT AHLUL BADAR
                                                      

D itengah hiruk pikuknya dunia yang di dominasi oleh isme – isme ( paham / ideologi ) materialistik, individualistik, hedonisme, sekuleristik, liberalisme, dan beragam sekutunya, rasanya kita sulit menjumpai praktek itsar ( mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingan dirinya sendiri ) di tengah tengah masyarakat.
Satu masyarakat tidak akan jadi baik jika di dalam masyarakat tersebut tidak ada sifat itsar, bahkan di kalangan kaum muslimin, terlebih lagi pada para pegiat amal islaminya masih sulit untuk bersikap itsar meskipun terkadang tuntutan itsar sudah ada di depan mata. Wal’iyadzu billah.

Ibarat satu penyakit, kelangkaan akan sifat itsar telah menjadi satu wabah yang mendekati kronis. Tanpa pandang bulu, penyakit ini menyebar di seluruh lapisan masyarakat. Tak terkecuali mereka yang seharusnya mewarisi satu “ gen kemulyaan “ orang – orang mulia yang hidup di satu qurun yang mulia. Padahal seharusnya kaum muslimin mewarisi gen ini dari para pendahulunya, walau bagaimanapun keadaannya, dominan maupun resesif. Akan tetapi karena pekatnya kabut jahiliyah modern sehingga menyebabkan semakin kaburnya akan kebatilan dan kebenaran, dan kemulyaan dan kehinaan. Nilai nilai syar’I di hujat, sebaliknya produk produk nafsu dan akal di bela manusia habis habisan. Sehingga berakibat hati menjadi terpuruk lemah dalam kesendirian dan keterasigan di tengah tengah keramaian jahiliyah modern. Inilah fakta di lapangan yang banyak terjadi hari ini. Akankah hati kita, kita biarkan mati secara perlahan – lahan karena sikap keegoisan kita dan ketidak pedulian kita? Padahal Rosulullah Muhammad Saw telah mengingatkan:
Barangsiapa yang tidak peduli / perhatian dengan urusan kaum muslimin, maka ia tidak termasuk golongan mereka. “ ( HR. Ath Thabarani )

Dalam hidup berkelompok ( fitroh manusia ), sejatinya para pegiat amal islami yang bersungguh – sungguh tengah menghimpun satu kekuatan ummat dalam rangka mempersiapkan kekuatan yang di syareatkan Allah lewat Rosul-Nya demi mengembalikan Izzul Islam wal muslimin.
Yang harus di sadari oleh para pegiat amal islami, memang di tuntut untuk memulai pewarisan nilai – nilai yang menopang kekuatan dan kebangkitan ummat ini lebih dari yang lainnya, baik itu para lelakinya maupun wanitanya. Sehingga dirinya ( para pegiat amal Islami laki – laki maupun perempuannya ) menjadi pionir pionir yang berada di garis terdepan dalam hal ilmu dan amal, dalam hal aqidah dan akhlaqnya, kekuatan hujjah dan amal ibadahnya, amar ma’ruf dan nahyi munkarnya, serta keteladanan di berbagai sisi kehidupan yang selayaknya terlahir dari satu proses pentarbiahan yang panjang ( menumbuhkan kesadaran untuk merealisasikan ilmu dan amal dalam kehidupan sehari hari ).
Ya ! Salah satu karakter mulia Ummat yang dari hari kehari semakin tertutupi debu debu jahiliyah modern adalah sifat ITSAR.
Sifat itsar inilah yang menjadi puncak kekuatan ukhuwah Islamiyah, yang sulit di daki oleh jiwa jiwa yang lemah lagi kering. Begitu pula dengan para pegiat amal Islaminya yang terkumpul dalam satu wadah organisasi akan menjadi kaku dan k eras jika tanpa karekter itsar dalam diri setiap pribadi – pribadi para pegiat amal islami itu sendiri. Jadinya adalah satu oraganisasi yang bergerak seperti mesin tanpa rasa dan makna.
Tidak ada simpul – simpul yang menyatukan satu pegiat amal Islami ( yang satu aqidah, satu visi dan misi ) dengan pegiat amal islami yang lainnya, tidak menghidupkan, menginspirasi pegiat amal islami yang satu dengan yang lainnya, apalagi menjadi sember kekuatan ummat secara umum. Bagaimana kekuatan itu akan terlahir dari rahim jama’ah atau komunitas ( walaupun satu aqidah, satu visi dan misi ) yang anggotanya tercerai berai dan saling tidak peduli satu dengan yang lainnya ?. Jujurlah, barangkali para pegiat amal islami mengalami situasi seperti ini, seolah – olah ada jarak yang mungkin tak terkatakan satu dengan yang lainnya.
Dengan kelembutan sifat itsar, akan menjadi satu perekat yang akan mendekatkan jarak yang membentang antara hati – hati kaum muslimin, mengokohkan shof ( barisan ) jama’ah atau komunitas yang unik dan menjadi solusi bagi segenap permasalahan hidup yang sensitif bagi para pegiat amal islami. Sebagaimana kekuatan para Ahlul Badar di Madinah al – Munawaroh yang salah satunya di topang oleh kelembutan sifat itsar yang hebat dan menakjubkan.

Karakter Pewaris Nabi

Dalam QS. At – Taubah (9) / 128, Allah Azza wajalla menggambarkan karakter dari Rosulullah Saw yang mudah untuk berempati pada pederitaan orang lain, senantiasa menginginkan kebaikan bagi orang lain dan santun, pengasih dan penyayang kepada sesama mukmin. Dan demikianlah seharusnya karakter seorang mukmin seluruhnya. Allah Tabaroka wata’ala berfirman yang artinya :

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. “ ( QS: 9/128 )

Sedangkan di sisi yang lain, Pribadi Rosulullah Saw yang peka dan lembut ini ( itsar ) juga memiliki sifat yang keras lagi tegas dalam hal kebenaran yang Allah syareatkan pada diri beliau Saw. Dua karakter ini yang beliau ( Rosulullah Saw ) wariskan kepada Ummatnya yang siap melanjutkan tongkat estafet yaitu beban iqomatuddien di muka bumi. Allah Azza Wajalla berfirman dalam QS: Al – Fath 29, yang artinya :

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. “ ( QS: 48/29 )

Sebuah karakter yang unik, menyatu dan menjadi satu identritas bagi para pribadi seorang mukmin pegiat amal islami. Dua karakter unik ini ( itasar dan tegas dalam hal kebenaran ) haruslah di hayati betul betul maknanya atas setiap pribadi mukmin pegiat amal islami, bahwa hal tersebut satu perintah Allah yang tidak dapat di tawar – tawar jika dirinya telah beriltizam untuk beriqomatuddien. Karenanya jika tidak, maka amal yang akan di kerjakannya menjadi kebiasaan yang semu dan tanpa ruh yang memberikan makna. Mudah tercabut manakala akarnya tiodak kokoh menghunjam kedalam tanah ( lubuk hati yang paling dalam ). Sekali peduli, namun di lain waktu seolah olah tidak tau menau. Sekali hebat , namun berkali – kali lemah semangat dan melambat ( terjangkiti penyakit futur ).

Dalam dunia pendidikan modern, gaung pendidikan berbasis karakter mungkin sering kita dengar. Meskipun jauh sebelum isu tersebut di gulirkan, Rosulullah Saw telah berhasil membina satu generasi yang berkarakter ( berakhlaq ) yang tiada bandingnya hingga saat ini. Kemulyaan mereka ( generasi sahabat r.a ) tidak bertahta diatas kepandaian akal mereka, kekayaan maupun kekuasaan, akan tetapi memancar dari keindahan akhlaq yang bersumber dari kekuatan iman dan kuatnya aqidah yang tertancap di dalam hati – hati mereka. Kesadaran untuk menerima perintah Allah dan Rosul-Nya baik dalam keadaan lapang maupun sempit. Sampai Allah mengabadikan gambaran keindahan akhlaq mereka yang bersumber dari kekuatan iman dalam Al Qur’an Surat Ibrahim 24 – 25, yang artinya :

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. “ ( QS: 14/ 24 – 25 )

Kekuatan iman dan aqidah inilah sumber mata airnya, sumber mata air yang tak henti hentinya mengalirkan setiap amal sholeh serta keindahan dan kemulyaan akhlaq seorang mukmin. Sehingga wajar kiranya jika Rosulullah Saw menekankan tentang pembinaan aqidah diawal bi’tsahnya, walaupun dalam haditsnya beliau di utus hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Sayyid Quthb dalam tafsir Fie Dzilalil Qur’annya menjelaskan hal ini:
sesungguhnya ikatan fitrah manusia adalah ikatan aqidah. Kalau ikatan pertama ini tidak ada, maka ia tidak ada lagi menghiraukan akhlaq, pendidikan atau kemslahatan masyarakat. Selama kunci fitrah ini tidak terbuka, maka terowongan – terowongannya akan senantiasa tertutup dan jalannya melingkar – lingkar. Oleh karena itu manhaj ( konsep ) Islam tidak mengobati kehinaan – kehinaan dan penyelewengan jahiliyah langsung di mulai dari perbuatan tersebut, akan tetapi dimulai dari menguatkan penyadaran aqidah, yaitu mengenalkan manusia kepada Rabbnya yang sebenarnya, menyadarkan mereka sebagai hamba-Nya dan untuk menjadikan mereka tunduk dan patuh atas hokum dan kekuasaan Allah semata. Setelah mereka beriltislam / mengikrarkan dua kalimat syahadat ( menyerahkan diri untuk tunduk dan patuh ) dan tidak ada lagi sifat pembangkangan dalam diri mereka, barulah Rosulullah Saw menyampasikan perintah dan larangan Allah. “ ( Tafsir Fie Dzilalil Qur’an jilid III hal 323 )

Oleh karena itu, seharusnya setiap perkumpulan, organisasi atau jama’ah apapun namanya dan di manapun tempatnya ( yang di dalamnya terkumpul para pegiat amal islami yang ikhlas ) memprioritaskan tentang masalah ini sehingga dengan sendirinya dapat mengobati dan menterapi sifat – sifat buruk yang menjangkiti para anggotanya, serta menumbuh kembangkan akan sifat – sifat kemulyaan dalam setiap pribadi – pribadinya. Walhasil, terbentuk pribadi – pribadi yang berhiaskan akhlaq yang mulia dan saling topang menopang satu dengan yang lainnya, bersama sama mendaki puncak ukhuwah islamiyah yang tertinggi setapak demi setapak secara terus menerus, saling melengkapi dan mengisi kekurangan masing masing ( karena fitroh manusia adalah tak luput dari kesalahan dan lemah ), saling tolong menolong dalam memikul beban Iqomatuddien dan menyandarkan urusan seluruh hanya kepada Alah semata ( membulatkan tawakal setelah berikhtiar dengan serius ).
Jadi, perintah iqomatuddien adalah satu perintah Allah yang berat dan harus di pikulkan di atas setiap pundak orang orang mukmin. Beban berat tersebut akan jadi ringan manakala di pikul secara bersama sama atas setiap mukmin pegiat amal islami yang ikhlas. Kesadaran untuk memikul beban secara bersama – sama itu akan tumbuh manakala sifat itsar tumbuh subur di setiap pribadi – pribadi para pegiat amal islami. Sedangkan sifat itsar itu tidak akan tumbuh subur manakala kekuatan iman dan aqidah tidak tertancap kuat di dalam hati para pegiat amal islaminya.
Marilah kita perbaharui selalu keimanan kita kepada Allah dan Rosul-Nya, kita perbaharui keikhlasan kita di setiap akan beramal dan kita rajut kepekaan benang – benang itsar setapak demi setapak ( pelan tapi pasti ) hingga ajal menghampiri kita. Ketahuilah Allah tidak menuntut hasil, akan tetapi yang Allah tuntut adalah bagaimana kesungguhan kita untuk menetapi al Haq sesuai syar’inya, adapun hasil itu urusan Allah dan segala sesuatu itu ada prosesnya ( tidak seperti membalik telapak tangan ).

Wal’iyadzu billah.


Sabtu, 25 Agustus 2012

AGAMA DEMOKRASI

AGAMA KEBANYAKAN ORANG MODERN HARI INI........

Jumat, 03 Agustus 2012

Fakta Ilmiah Mukjizat Al Qur'an


Selasa, 17 Juli 2012

Rabu, 11 April 2012

Dimana Qur'an Dalam Kehidupan Kita ???





Apakah Allah akan membiarkan kita begitu saja mengatakan saya beriman kepada Allah, Rosulullah dan kepada Al Qur'an ??. Apakah keIslaman kita sudah benar sesuai dengan apa yang Allah dan Rosul Nya inginkan atas diri kita ?
Temukan semua jawabanya dalam 2 video dibawah ini, kenapa kita hari ini berada dalam era jahiliyah modern yang kerusakannya lebih parah dari pada era jahiliyah di zaman Rosulullah Saw dan para sahabat r.a.
Kesemuanya terserah diri kita, bagaimana kita dalam mengambil sikap atas jahiliyah modern hari ini, mengikuti Al Qur'an dengan segala konsekwensinya atau hanya mengaku aku saja berpegang kepada Al Qur'an dan As sunah, akan tetapi realitasnya sangat jauh dari Al Qur'an dan As Sunah.

     



Download Disini



Harus ada ketegasan dalam bersikap jika kita ingin mengikuti Al Qur'an sebagaimana apa yang di lakukan oleh para sahabat Rosulullah r.a ( jika kita ingin selamat kehidupan kita dunia dan akherat ).
Jangan asal ikut ikutan apa kebanyakan orang melakukan, karena setiap diri akan di mintai pertanggungan jawab nantinya di hadapan Allah sendiri sendiri. Dan kesemuanya itu ada resikonya. Itulah ujian Allah, siapa yang benar Islamnya dan siapa yang munafik.
Bentuk ujian keimanan Allah di dunia ini bermacam macam atas orang beriman.







Download Disini 

Jumat, 02 Maret 2012

SOMBONG





Anggapan Yang Salah

sombong adalah penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, sebagaimana bakhil yang telah kami ulas pada sebelum ini dengan panjang lebar. Penyakit ini juga bisa menjangkiti siapa saja, hanya orang orang yang di rahmati Allah saja yang akan selamat dari penyakit ini, itupun jumlahnya sangat sedikit. Kebanyakan orang yang telah terjangkiti penyakit ini, dirinya tidak sadar telah terjangkiti sifat sombong ini.
Di karenakan rancunya mendefinisikan makna sombong yang sebenarnya, maka wajar jika kebanyakan orang awwam menganggap sombong itu hanya akan terjadi pada orang orang yang pakaiannya mewah dan indah, kendaraannya, rumah beserta perabot yang ada di dalamnya yang serba mewah ( mengundang decak kagum bagi yang melihatnya) .
Sedangkan orang orang yang hidupnya pas pasan, bergelimang dengan kemiskinan sehari harinya tidak akan terjangkiti penyakit ini. 

Karena sifat sombong inilah Iblis laknatullah di keluarkan dari Jannah. Penyebanya hanyalah Iblis tidak mau tunduk atas perintah Allah untuk sujud kepada Adam As dan Iblis berargumen merasa lebih tinggi derajadnya dari pada Adam As jika di lihat dari aweal penciptaannya.Padahal Allah Azza Wajalla tidak pernah Mengatakan bahwa Api lebih baik dari pada tanah, sehingga Iblis terkutuk hingga hari kiamat.
Anehnya orang orang yang menghasung fikiran liberal lagi sekuler dengan menukil cerita Iblis yang di abadikan oleh Allah lewat Al Qur'an untuk menyesatkan ummat Islam dengan sejauh jaunya.
Mereka mengatakan ( orang orang liberal ) bahwa Iblis itu makhluk Allah yang tuhidnya lurus, karena tidak mau sujud pada Adam As dan hanya sujud pada Allah saja.
Padahal persoalannya bukan pada sujud atau tidaknya, akan tetapi persoalannya terletak pada pengingkaran Iblis atas perintah Allah ( yang berwujud sujud pada Adam As ) itulah kesalahan Iblis yang pertama dan sangat fatal. Karena wujud dari peribadatan hanya kepada Allah saja adalah memenuhi dan tunduk atas seluruh perintah dan larangan Allah tanpa membantah apakah itu amalan hati, amalan lesan atau amalan anggota badan serta di barengi dengan perasaan cinta, takut dan berharap hanya pada Allah saja. Sedangkan kesalahan Iblis yang kedua adalah ia berargumen dengan penuh kesombongan bahwa dirinya lebih baik dan lebih mulia, sehingga dengan 2 kesalahan yang fatal itulah wajar jika Iblis di keluarkan dari Jannah buat selama lamanya.

Definisi Sombong 

Sombong adalah sebuah keadaan di mana seseorang merasa takjub dengan dirinya sendiri, sehingga pada satu titik ia merasa dirinya lebih baik dari orang lain ( apakah perasaan itu ia tampakkan secara lesan atau anggota badannya yang lain atau ia sembunyikan di dalam hatinya ). Di samping itu sombong adalah menolak kebenaran yang datang pada dirinya dari orang lain, yang boleh jadi penolakan itu ia bodoh akan ilmu atau ia sudah tau ilmu tapi menolak.
Berangkat dari sabda Rosulullah Saw:
" Tidak akan masuk surga orang orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji dzarrah dari kesombongan." Salah seorang sahabat lantas bertanya, " Sesungguhnya seseorang merasa senang jika bajunya bagus dan sandalnya baik? Maka beliau bersabda " Sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Indah dan Senang dengan Keindahan, sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." ( HR. Muslim dalam shohihnya, kitabul Iman ).

Pada hadist diatas dapat di bagi tiga bagian. Pada bagian pertama, Allah mengancam kepada orang orang yang berlaku sombong walaupun hanya sebiji dzarrah dengan tidak bisa masuk jannah. Pada bagian kedua, jika seseorang merasa senang jika ia punya baju, sandal ( contoh hal yang di senangi manusia jika ia mendapatkan sesuatu yang baru )  yang bagus dan baru, akan tetapi dengan syarat apa apa yang di tampakkannya itu bukan untuk riya' atau membanggakan diri dan juga tidak ada sedikitpun hak orang lain yang ia dholimi setelah atau dalam mendapatkan barang barunya itu( apakah itu perabot rumah, kendaraan dan lain sebagainya ). Yang ke tiga adalah definisi dari sombong yaitu menolak kebenaran ( baik itu dengan hati, lesannya atau anggota badannya yang lain ) serta meremehkan manusia.

Berkata As Sa'di : Sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Lawan dari itu adalah tawadhu'yang di perintahkan Islam yang mana telah Allah perintahkan dan menjadi pahala bagi pelakunya. Tawadhu' adalah menerima kebenaran dari siapapun yang mengatakannya selaghi ada dalil dalil yang jelas jelas syar'i di belakangnya.
Janganlah meremehkan seseorang, akan tetapi hendaklah ia melihat kelebihan saudaranya serta mencintainya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Jadi sifat sombong itu bisa menimpa siapa saja dan tidak hanya orang orang kaya saja. Jika ia bersikap sombong kepada Allah dengan menolak kebenaran yang datang padanya. Atau sombong kepada orang lain dengan meremehkan dan merendahkan saudaranya itu di banding dirinya.

Bentuk Bentuk Sombong

1. Kesombongan Qorun Abad 21
Orang orang yang di karuniai kelonggaran harta, banyak yang menyangka bahwa harta yang telah ia dapatkan dengan susah payah itu adalah hasil dari kerja kerasnya, banting tulang, peras keringat dan putar otaknya yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit hingga melimpah ruah. Ia lupa bahwa kesemuanya itu hanyalah karunia Allah semata yang Allah titipkan padanya, yang mana hal itu sebagai bentuk ujian Allah bagi dirinya bagaimana ia memaknai syukur di dalam kehidupannya.
Pada suatu ketika ada orang yang mengingatkan dirinya agar hartanya itu ia keluarkan zakatnya dengan teliti dan benar. Akan tetapi malah di tanggapinya dengan sinis dan dingin. Jika ia keluadrkan zakatnya itu, itupun hanya sekedarnya saja ( yang pentingkan sudah saya keluarkan 2.5 % nya ). Dari segi zakat saja ia sudah berlaku bakhi dan sombong, apalagi kalau bicara soal infak dan shodaqohnya.
Karena ia punya harta, ia bisa dengan mudah menggalang  opini massa, dengan memojokkan orang yang telah menyindirnya( bisa dengan cara mengucilkan atau membuat berita bohong lewat orang orang yang ia bayar kepada lawannya itu ).
Jika ia tidak mengindahkan peringatan orang lain atas dirinya dan ia tetap berlaku sombong, maka pada satu titik puncaknya Allah akan mengambil paksa hartanya itu ( apakan itu lewat musibah kelalain manusia atau musibah dari alam ) yang datangnya secara tiba tiba. Sehingga dirinya di buat linglung tak berdaya dan tak tau harus berbuat apa.
Dosa yang berantai, karena kebakhilannya terhadap harta, maka ia meremehkan orang lain sehingga berlanjut kepada menolak kebenaran yang datang padanya, tak jarang yang terkadang sampai pada titik memusuhi para penghasung kebenaran.

2. Kesombongan Orang Miskin
Mungkin orang akan bisa menerima jika orang yang kaya sombong, akan tetapi orang yang sudah miskin hartanya kok sombong, lantas apanya yang bisa di buat sombong ?. Bagaimana itu bisa terjadi ?
Hal itu berawal dari tipisnya iman dan di paksa dengan keadaan. Akibat terseret arus moderenisasi yang saemuanya di tuntut serba cepat dan efisien di tambah dengan satu sistem kapitalis ribawi, seakan akan kemiskinan kian menjamur di mana mana dan modal tercentral dan di monopoli oleh segelintir orang. Tingkat pengangguran meningkat tajam dan jurang antara si kaya dan si miskin semakin menganga lebar.
Karena tuntutan perut yang tidak bisa di kompromikan lagi, maka orang banyak yang silau, sehingga menempuh segala cara. Halal atau haram ndak jadi masalah, yang penting besok bisa makan dengan layak dan bisa memiliki tempat tinggal yang layak pula. Itulah opsesi manusia yang selalu meledak ledak. Akan tetapi, ia lupa akan takdir Allah, bahwa kaya dan miskin telah di tentukan jatahnya tinggal bagaimana mengaplikasikan makna sabar dan syukur dalam kehidupan nyata.
Jika ia di karuniai kemiskinan sedangkan ia tetap bersabar dan tidak melenceng dari rel syareat, maka keuntungannya akan dapat ia raih ( bisa jadi di dunianya Allah karuniai ketenangan hidup atau bisa jadi akan Allah bayar tunai besok di akherat pahala yang berlipat ganda tentang kesabarannya sewaktu di dunia ).
Kalau bukan di landasi dengan aqidah yang benar, maka hal itu sangat sulit di realisasikan.

Ketika ada seseorang yang menasehati untuk bersabar dan jangan lupakan ibadahnya serta tetaplah mencari yang halal ( walaupun hanya sedikit ), maka kadang kita menjumpai satu pernyataan yang berangkat dari kemiskinannya: " Cari yang haram saja sudah sulit, apalagi yang halal mas dan banyak orang yang nganggur. Memangsih kalau soal tepat waktu soal ibadah ( sholat misal ) lebih seringnya molor, ya kartena tuntutan pekerjaan. Dan sudah sering berdo'a dan melakukan amal ibadah yang lain ( selain sholat 5 waktu ) akan tetapi yang saya herankan kok masih saja miskin. Dan pernah juga saya di nasehati seseorang untuk melakukan amalan ini dan ini sampai sekian dan sekian, akan tetapi hasilnya tetap aja nihil mas. Sampai saya berkesimpulan, apa yang menurut saya baik saya kerjakan."
Masih banyak orang yang memiliki pemikiran semakin ia rajin ia melakukan satu amalan, maka rizkinya akan semakin lancar ( sholat dhuha, tahajjud atau wirid tertentu yang penting bahasanya arab ia anggap baik dan dapat membuka pintu rizki ) akan tetapi usahanya untuk meraih harta ia tidak tau ilmunya dan tidak sungguh sungguh.
Jika ia tidak mengindahkan peringatan itu ( yang sebetulnya bermanfaat untuk dirinya sendiri ) dan tetap dengan keadaannya itu, maka orang seperti itulah yang di sinyalir oleh Rosulullah Saw sebagai orang yang rugi dunia dan rugi pula akheratnya.

Ibadah tidak memiliki  hubungan  kaya atau miskin. Akan tetapi ibadah kaitannya dengan hati dan jiwa.
Semakin benar dan semakin sering ia dalam beribadah ( kwalitas dan kwantitasnya semakin baik ), maka hatinya dan jiwanya akan semakin sehat dan kuat. Kuat di dalam memikul beratnya beban kehidupannya di dunia ini. Akan tetapi jika amal ibadahnya semakin melenceng dari rel syareat walaupun kelihatannya banyak atau jarang melakukan peribadatan, maka hatinya akan semakin memburuk dan mati hal itu akan berakibat lemahnya seluruh anggota tubuhnya yang lain, sehingga bebannya akan semakin berat dirasakannya dan juga kemiskinannya itu akan tetap menempel padanya.

3. Kesombongan Fir'aun Abad 21
Berbekal dengan pengakuan bahwa dirinya sebagai seorang ulilk Amri yang harus di taati di tengah tengah mayoritas Umat Islam, berdalih bahwa pengangkatan dirinya sebagai Ulil Amri sudah syah menurut sistem yang di buatnya sendiri ( tapi batal menurut kaca mata Allah dan Rosul Nya )dan berbekal tampilan luar bahwa dirinya juga seorang muslim, maka hal itu ia manfaatkan potensi umat yang sangat besar ini untuk kepentingan dirinya dan juga kroni kroninya.
Agama ia jadikan kendaraan politiknya untuk melanggengkan kekuasaannya. Dan ia sudah biasa menggalang opini public dan menyudutkan seseorang atau sekelompok orang yang berusaha membongkar borok boroknya yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rosul Nya, apakah dengan cara halus, kasar, terselubung atau terang terangan. Itulah sifat Fir'aun yang akan terus terulang dari masa ke masa, sedangkan yang berubah hanyalah para pelaku dan tempatnya saja yang berubah ubah.

Berdalih karena dirinya telah di pilih oleh rakyat ( itupun hanya yang mendukungnya atau di paksa untuk mendukungnya ) lantas ia merasa mempunyai satu kedudukan tertinggi di hadapan manusia, sehingga pada satu titik dirinya mempunyai hak untuk membuat satu perundang undangan untuk mengatur manusia dan harus di taati aturan yang telah ia buat itu.
Dirinya mencampur antara aturan aturan yang ia buat sendiri ( dengan kroni kroninya ) dengan aturan Allah dan Rosul Nya ( Al Qur'an dan As Sunah ) dengan satu alasan ini untuk kesejahteraan bersama ( padahal sejahtera hanya bisa di nikmati oleh segelintir orang saja ), dan kompilasi adonan itu harus di taati bersama ( yang berani mengingkari mendapat bonus penjara ).
Berangkat dari pemahaman yang menyimpang itulah dirinya jadi sombong. Sombong di hadapan manusia dengan merasa mempunyai hak untuk di taati perintahnya ( dengan sistem yang telah di buatnya sendiri ) dan jika ada yang berani meluruskan harus berhadapan dengan hukum yang ia buat ( beserta kroninya ), sehingga jika ada rakyatnya yang sadar tidak bisa berkutik karena terjebak dengan sistem buatan manusia itu sendiri. Dan sombong di hadapan Allah, dengan berani merampas hak Allah ( yaitu memerintah dan membuat hukum atas manusia di muka bumi ), padahal Hak memerintah dan membuat hukum atas manusia adalah hak prerogatif Allah semata.

Itulah dua kesalahan fatal yang di lakukan oleh Fir'aun abad 21, sombong atas manusia dan berani merampas Hak Allah dan Rosul Nya serta yang paling fatal adalah menipu Allah, Rosul Nya dan kaum muslimin dengan seolah olah syiar syiar Islam ia dukung akan tetapi untuk urusan hukum Islam dan penegakannya secara kaffah di persulit untuk tegak. Ironinya hal tersebut merebak di hampir negri negri yang mayoritas Islam.

Minimal 2 syarat yang harus di lakukan jika dirinya mengaku sebagai ulil amri dari ummat ini ; yaitu 1. Melaksanakan dien ( agama secara universal ) di bawah perintahannya dan 2. Melindungi dien ( agama ) dan dunia dari kerusakan dan kehancuran. Jika 2 syarat itu saja tidak mampu di lakukan, maka pengakuannya hanyalah pepesan kosong belaka dan bencana demi bencana akan di raihnya.
Itulah fenomena nyata yang terjadi di dunia Islam hari ini.


4. Hammam Abad 21
Mereka banyak membius manusia dengan pakaian yang di kenakan, dengan pandai merangkaikan kata kata dan pandai mengolah dalil sesuai dengan pesan sponsor, sehingga wajar jika ummat ini mengalami kebingungan yang parah. Hanya orang orang yang di rahmati Allah saja ( itupun hanya sedikit sekali ) yang dapat melihat dan menembus kabut fitnatus subuhat yang sangat tebal ini.Dari sanalah gelombang pasang kebid'ahan berawal dan yang haq jadi samar atau terbalik balik berawal pula.
Seharusnya dari merekalah lentera lentera penunjuk jalan yang akan di lalui setiap manusia yang berjalan menuju kecintaan dan keridhoan Allah berdiri tegak. Dan seharusnya dari merekalah yang menuntun, menunjukkan jalan dan menerangkan rambu rambu jalan menuju Allah dengan sejelas jelasnya kepada Ummat ini.
Akan tetapi karena kesombongannya, maka cahaya mereka jadi redup dan padam, sehingga jalan yang akan di lalui manusia yang berjalan menuju kecintaan dan keridhoan Allah jadi remang remang dan gelap, dan rambu rambu penunjuk jalan yang seharusnya terpampang dengan jelas jadi kabur, akibatnya ummat ini berjalan terseok seok dan meraba raba sesuai dengan akal dan nafsunya masing masing.

Karena bersikap tergesa gesa ( hanya karena ingin cepat cepat melihat hasil dari dakwahnya ), kurang jelinya dalam melihat sunah dakwah para Nabi dan Rosul sehingga mereka banyak yang terjebak dengan permainan musuh musuh Allah dan Rosul Nya ( baik itu dari kalangan jin atau manusia ).
Ia datangi pintu pintu penguasa, dengan beralasan falsafah memegang ular ( jika yang di pegang kepalanya pasti ekornya juga akan ikut ), silau dengan gemerlapnya dunia dan silau dengan banyaknya pengikut, maka wajar jika ia dulunya bersuara lantang dan tegas, sekarang suaranya parau dan tidak bersuara lagi. Dulunya taring dan kukunya tajam mencengkeram satu kebenaran, maka lambat laun jadi lemah dan ikut larut di dalam permainan musuh musuh Allah dan Rosul Nya. Reputasinya jadi jatuh di mata musuh dan di mata Ummat itu sendiri.
Dirinya sombong ketika ada saudaranya yang dengan ikhlas mengingatkan dirinya yang telah menyimpang dari rel dakwah tauhid untuk mau kembali ke rel semula, ia anggap angin lalu saja, hanya karena dirinya telah terlanjur di sebut Kyiai Haji, seorang ustd atau da'i sejuta ummat atau seorang masyayikh sekalipun. Itulah tipu daya iblis atas ulama' ummat hari ini dan fenomena kesombongan Hammam abad 21.

5. Noda Al Kibr di Tengah tengah Aktivis Islam 
Jauhnya perjalanan, lamanya perjalanan, sulitnya medan dan juga beratnya beban yang harus di pikul diatas pundak pundak seorang pegiat amal islami, sudah seharusnya ia sadar bahwa dirinya tidak mungkin berjalan dan bergerak sendiri. Akan tetapi dirinya membutuhkan kontribusi kontribusi amal islami dari sesama pegiat amal Islami yang lain.
Mengapa demikian, karena fitrah manusia itu di ciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial dan hidup secara berkelompok.
Untuk urusan duniawiyah saja seseorang pasti butuh uluran tangan orang lain, akan tetapi untuk urusan yang sangat besar dan penting pasti ia lebih sangat membutuhkan bantuan yang lain untuk memenuhi hajatnya itu. Urusan yang sangat besar dan penting itu adalah menegakkan dien ( agama ) yang terwujud dengan tegaknya seluruh hukum hukum Allah di dalam seluruh lini kehidupan manusia.
Di dalam merealisasikan tujuannya yang besar dan penting untuk segera di realisasikan dalam kehidupan nyata maka, di butuhkan keseriusan, kerja sama dan dukungan dari semua fihak yang bekerja dengan ikhlas untuk meraih kecintaan dan keridhon Allah demi kejayaan dan kemulyaan Islam dan kaum muslimin.

Sudah seharusnya para pegiat amal islami bekerja saling topang menopang satu dengan yang lainnya dan tidak saling bangga membanggakan satu dengan yang lainnya. Ibarat sebuah bangunan, sebuah bangunan dapat berdiri dengan tegak pasti ada unsur unsur material yang mendukung di dalamnya. Di sana ada pasir, semen, batu, besi, kayu dan yang lainnya, yang kesemuanya itu saling mengisi kekurangan masing masing dan saling menguatkan satu bahan dengan bahan yang lainnya. Tanpa ada pasir, sebuah rumah tidak dapat tegak berdiri. Tanpa kayu, sebuah bangunan belum layak di sebut sebagai rumah.
Begitu pula dengan para pegiat amal Islami di dalam ia bekerja untuk kemulyaan Islam demi tegaknya syareat Allah di muka bumi. Para pegiat amal Islami bekerja mengumpulkan beberapa unsur unsur penunjang berdirinya sebuah bangunan Islam, yang wujudnya bangunan Islam itu adalah sebuah kekhilafahan Islamiyah menurut manhaj Rosulullah yang di dalamnya seluruh hukum hukum Allah dapat tegak secara universal atas seluruh lini kehidupan manusia.

Ada yang bekerja dalam bidang pendidikan, ada yang bekerja di bidang dakwah, ada yang bekerja di bidang ekonomi, dan ada yang bekerja di bidang jihad fie sabilillah, yang satu dengan yang lainya saling membutuhkan.
Wajar jika Islam hari ini mengalami kemunduran karena para pegiat amal islami satu dengan yang lainnya saling membanggakan diri. Yang bekerja di bidang pendidikan merasa telah melakukan satu sumbangsih yang besar kepada Islam, dengan memicingkan sebelah mata kepada kepada pegiat amal Islami yang lainnya ( di bidang jihad misal ) mungkin dengan mengucapkan " mereka ( yang bekerja pada ladang amal jihad ) telah merusak tatanan yang telah di rancang dan di buat oleh dirinya ( yang bekerja pada amal pendidikan )." Itulah satu kesombongan yang di lakukan oleh para pegiat amal Islami, sehingga Islam mengalami keterpurukan.
Bangga dengan bendera yang di bawa oleh masing masing para pegiat amal Islami, sehingga wajar jika ummat Islam terkotak kotak dan mudah di gulung kekuatannya oleh musuh Islam.
Jika ada saudaranya dengan ikhlas mengingatkan untuk memperbaiki amal amal mereka, mereka menyombongkan diri, merasa status keilmuannyanya telah tinggi ( ustad, Lc, atau yang lain ) dan merasa telah banyak makan asam garam, maka peringatannya itu ia anggap angin lalu, sehingga pada satu titik ada yang berhenti dari amal islami dan ada juga yang membelok 180 derajad ( dalam ia beramal malah menguntungkan musuh musuh Islam ).

Itulah fenomena kesombongan yang di lakukan oleh para pegiat amal Islami hari ini.
Jadi sombong bukanlah satu sifat yang remeh. Kesombongan dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Wajar saja jika Rosulullah memperingatkan dengan keras bahwa orang yang memiliki sifat sombong walaupun hanya sebiji dzarrah di ancam dengan tidak masuk Jannah.
Dan akhirnya marilah kita kikis sedikit demi sedikit sifat sombong dari hati kita, agar amal amal sholeh yang telah kita usahakan dengan susah payah jadi sia si

Jumat, 03 Februari 2012

BAKHIL







Download disini



Hari ini banyak orang mengatakan, zaman modern, teknologi yang semakin canggih, semua di tuntut untuk serba cepat dan efisien yang harapannya akan memudahkan pekerjaan perkerjaan yang di lakukan manusia. Memang benar di satu sisi banyak manfaatnya buat manusia akibat  dari zaman modern. Akan tetapi di sisi yang lain, banyak juga akibatburuk yang di derita manusia dari salahnya memanfaatkan kemodernan itu sendiri.
Ekonomi kapitalis semakin menancapkan kukunya, sikap hedonisme banyak bermunculan, kemerosotan moral menukik tajam, permasalahan rumah tangga yang pelik kian bermunculan dan penyakit sosial kian menjamur dari hari kehari.
Akibatnya banyak jiwa jiwa manusia yang mengalami kegoncangan mental yang hebat. Yang kehidupan ekonominya tercukupi ( bahkan berlebih ) seakan akan kehidupannya hamba, hambar dan monoton. Yang kehidupannya ekonominya pas pasan ( bahkan sering tambal sulam atau minus) seakan akan dari hari hari kehari semakin bertambah berat, melelahkan dan  menyesakkan dada.
Banyak yang sadar dan kembali pada norma agama sebagai media penyeimbang di dalam mengarungi kehidupan ini.

Akan tetapi orang orang yang tersadarkan yang mana norma agama di jadikannya sebagai media menyeimbang tak sedikit yang bingung, karena banyak orang yang mengaku aku sebagai penghasung kebenaran dengan mengatas namakan Islam ( baik itu pribadi maupun golongan ).
Agama di politisir dan di jadikan satu komoditi yang menguntungkan oleh segelintir orang. Di tambah lagi alam kian tak bersahabat dengan manusia, dengan seringnya bencana datang silih berganti menyapa manusia. Sehingga menambah kelengkapan derita manusia hari ini.
Apa persoalannya sehingga manusia seakan akan berada di dalam pusaran syetan yang tidak tau ujung pangkalnya?. Satu saja persoalan utama yang bisa kita ambil dari permasalahan permasalahan yang timbul hari ini ( walaupun penyakitnya tidak hanya satu saja ) yaitu penyakit bakhil yang telah akut.


Akibat Kebakhilan Yang Di Perturutkan

Bakhil dalam bahasa Arab, biasa di sebut dengan as syuhha yang artinya bakhil. Sedangkan menurut istilah adalah bakhilnya seseorang terhadap harta dan segala kebaikan yang ada pada dirinya atau pada orang lain ( Afatun 'ala thariq bab: syuhha ).
Dari pengertian tersebut ternyata makna bakhil lebih luas, bakhil tidak hanya sebatas pada harta benda saja.
Hari ini di zaman yang katanya modern, ternyata kebakhilan sudah menjadi penyakit yang meluas dan hampir akut di tengah tengah umat Islam. Kebakhilan tersebut muaranya karena ekonomi kapitalis dan budaya hidup hedonis, sehingga menjadikannya kurang peka terhadap sesama dan lingkungan sekitar.
Lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat kita telah berhasil menanamkan jiwa individualisme, sedikit demi sedikit berjalan, sehingga tidak di sadari penyakit tersebut sudah akut dan tersistem, sehinga pada satu titik kita kesulitan dari mana kita harus memulai mengobatinya penyakit bakhil itu.
Yang penting saya jadi kaya, kecukupan, semua kebutuhan sehari hari saya ada dan terpenuhi ( tanpa meminta minta ke orang lain ), sehingga kita tidak memikirkan orang lain, toh ini buah kerja keras saya selama ini, salah sendiri dulunya ia tidak bersungguh sungguh dalam mencari.
Mungkin kalimat tersebut kerap kali kita dengar di kehidupan nyata, sehingga wajar jika berawal dari kebakhilan tersebut berbagai permasalahan timbul, seakan akan permasalahan datang silih berganti.

Buah Dari Bakhil

1. Bakhilnya Seorang Da'i

Sufyan Astaury pernah berkata ( dengan terjemahan bebasnya ) : " Ulama' adalah pewaris para Nabi, bisa di sebut pewaris para Nabi jika memenuhi 2 syarat; tidak mengekor pada penguasa dan tidak mengekor pada dunia. Jika ulama' sudah mengekor pada dunia atau penguasa, maka julukanya adalah pencuri."
Ternyata tidak berlebihan perkataan Sufyan Ats Tsaury, dan bahkan bahayanya jauh lebih hebat kerugian yang di derita dari pada seorang pencuri. Kalau pencuri, paling satu orang yang di rugikan. Berkurangnya harta benda sang korban pencurian itu, itupun mungkin harta yang di curinya itu bisa di cari lagi lain waktu, dan kerugiannya hanya sebatas dunia saja dan tidak sampai keakherat ( jika ia sabar dan menyadari kekeliruannya serta dalam mencarinya kembali hartanya yang hilang itu tetap memperhatikan halal dan haram ).
Akan tetapi kerugian yang di derita dari seorang da'i yang sudah mengekor pada penguasa atau dunia tidak hanya satu atau dua orang saja, bahkan sampai ribuan orang. Karena seseorang yang mengikuti seorang da'i yang telah silau oleh dunia dan terbuai bujuk rayu penguasa, malannya jadi sia sia ( melenceng dari rel syareat ), hal itu akan terus di bawanya hingga wafat dan sampai akherat kelak.
Karena takut nikmat dunianya berkurang, ia pelintir dalil dalil syar'i, ia tutupi yang haq hinga terlihat samar samar, hal itu di lakukannya demi memenuhi pesanan sang majikan ( penguasa ) yang telah memberinya segala fasilitas dunia.
Sehingga wajar jika Ummat Islam hari ini mengalami kebingungan. Bingung dalam melihat mana yang haq dan mana yang batil, dan siapa saja yang berada di balik kebenaran dan siapa saja yang berada di balik kebatilan. Sialau dengan banyaknya pengikut dan silau dengan besarnya surban serta kefasihan berbahasa Arab.
Karena bakhilnya sang da'i sehingga fitnatus syubuhat dan fitnatus syahawat merajalela di dalam tubuh Ummat Islam hari ini.

2. Bakhilnya Seorang Pemimpin

Bakhilnya seorang pemimpin menggunakan kepemimpinannya guna membela kebenaran, boleh jadi ia tidak mempunyai keberanian untuk bertindak atau karena minimnya ilmu.
Berawal dari rusaknya sistem dalam memilih seorang pemimpin ( penyembah suara ) , maka kebenaran jadi di anak tirikan. Yang penting punya pengaruh, mempunyai modal yang besar untuk jadi kandidat seorang pemimpin, sehingga ia berambisi untuk jadi pemimpin. Syarat syarat yang harus ia penuhi untuk menjadi seorang pemimpin ia tidak memperdulikan, sehingga wajar saja jika ia exploitasikan sebesar besarnya untuk kepentingan dirinya atau kroni kroninya yang telah mengangkatnya jadi seorang pemimpin. Gejala seperti itu dari tingkat rendahan sampai tingkat kepala negara.
Di perparah lagi dengan di gendengnya para ulama' untuk bersanding dengannya guna melanggengkan kekuasannya atas manusia.
YA! Kolaborasi yang sangat berbahaya, antara pemimpin yang dholim dan Ulama' yang telah mengekor pada pintu pintu penguasa. 2 kekuatan yang sangat hebat akibat buruknya atas Ummat manusia pada umumnya dan Ummat Islam pada khususnya. Kekuatan karena berkuasa dan kekutatan dalil untuk mengelabuhi manusia.
Sehingga baiknya Islam jika pemimpinnya baik dan ulama'nya baik. Jika pemimpinnya tidak baik dan ulama'nya sudah condong kepintu pintu para penguasa, jangan harap ummat Islam akan menjadi baik. Jangan harap permasalahan demi permasalahan yang mencuat ke permukaan akan terselesaikan dengan baik. Dan jangan harap bencana demi bencana akan reda.

3. Bakhilnya seseorang Untuk Mengorbankan Waktu, Fikiran dan Harta Untuk Kemajuan Islam

Tenaganya dan waktunya selama 24 jam terasa kurang, karena panjangnya angan angan yang hendak ia capai. Ia peras fikirannya agar kebutuhan sehari harinya tercukupi. Ia tempuh berbagai cara agar orang sekitarnya mengatakan dirinya adalah orang yang kaya dan sukses. Akan tetapi pada gilirannya Islam membutuhkan tenaga dan fikirannnya untuk kemajuan Islam, ia keluarkan seribu argumentasi untuk menolak. Padahal ia di berikan kemampuan oleh Allah untuk hal itu. Ia fasih membaca Al Qur'an dengan tajuid yang benar, akan tetapi  pada satu ketika ia di minta oleh tetangganya untuk mengajar anak anak untuk membaca Al Qur'an ia beralasan tidak ada waktunya. Pada gilirannya datang bantuan untuk biaya anak anak yatim piatu yang putus sekolah agar bisa sekolah lagi ( sebagai orang tua asuh ), ia beralasan, tolong yang lain dulu, kalaupun ia mau karena ada tendensi ( sedikit ingin di puji orang lain minimal ).
Dan masih banyak lagi contoh contoh yang terjadi di masyarakat hari ini.

4. Bakhilnya Seseorang Untuk Memberikan Kemudahan Pada Orang Lain

Ia bersikap individualis, semuanya ia ukur dengan materi. Ia mau melakukan jika ada timbal baliknya. Pintu rumahnya selalu tertutup untuk orang lain, tidak hanya itu saja, di tambah seorang penjaga ( satpam ) di depan pintu rumahnya, jika ada ada orang yang ingin bertemu dengannya harus melalui birokrasi yang rumit.
Karena ia punya uang, punya kesempatan untuk melakukan, maka ia melakukan yang seperti itu. Karena alasan keamanan, ia berikan pembatas rumahnya dengan dinding yang tingggi, depan rumahnya ada pintu dari besi plus penjaga.  Tetangga kanan kirinya kelaparan, sakit, atau bahkan meninggal ia tidak tau. Dan lebih ironisnya lagi ia mengaku orang yang beriman kepada Allah dan Rosul Nya.
Orang orang yang bakhil tidak mau memberikan hartanya , waktunya, tenaganya atau ruhnya sekalipun untuk kemulyaaan Islam dan kaum muslimin.
Ia termakan dengan propaganda musuh musuh Islam. Sesama saudaranya orang beriman ia enggan membantu, biar tidak di katakan fanatik, atau fundamentalis. Akan tetapi dengan musuh musuh Islam ia ringan tangan, bahkan tidak diminta sekalipun ia menawarkan dirinya.

Islam sangat membenci sifat bakhil pada diri Ummatnya. Karena sifat bakhil adalah salah satu sifat orang munafik yang sangat kelihatan, yang ia tidak mau berkrban sedikitpun untuk kebaikan. Apa apa yang di lakukannya selalu ada tendensi tendensi tertentu di belakangnya. Kata ikhlas, sabar dan syukur tidak ada kamus dalam dirinya. Memang ia sering mendengar kata kata itu ( ikhlas, sabar dan syukur ), akan tetapi realisasinya dalam kehidupan nyata nol besar.
Padahal sifat dari orang yang beriman kepada Allah, Rosul Nya dan hari akhir adalah ia siap berkorban apa saja demi meraih keridhoan Rabbbnya dan kemulyaaan Islam di muka bumi.
Rosululllah Saw pernah bersabda, yang diriwayatkan oleh Jabir r.a:
" Jauhilah ( takutlah ) oleh kalian perbuatan dholim, karena kedholiman itu merupakan kegelapan di hari kiamat.  Dan jauhilah oleh kalian sifat kikir, karena kikir telah mencelakakan umat sebelum kalian, yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah dan menghalalkan apa apa yang di haramkan bagi mereka." ( HR. Muslim ).

Buah yang Akan di Nikmati Bagi Pelaku Bakhil

1. Menyeret Pelakunya Terjerumus ke Dalam Berbagai Perbuatan Dosa.

Seseorang yang berbuat bakhil akan semakin menjauhi berbuat baik. Apakah perbuatan baik itu ada kaitannnya dengan hak hak hak Allah dan Rosul Nya atau sesama manusia. Bahkan sebaliknya, ia akan selalu mendekati perbuatan jelek dan menyibukkan  dengannya. Tidak hanya itu saja pelaku bakhil, akan membuka pintu kejelekan yang lain, ibarat mata rantai yang tidak terputus dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Karena bakhilnya  terhadap harta, ia putuskan tali silaturrahmi dan  pertemanan jadi renggang. Semuanya di ukur atas harta, jika tidak menguntungkan ( mendatangkan uang ) ia tinggalkan.
Karena bakhilnya terhadap harta, ia halalkan segala cara yang penting pemasukan bertambah tebal di kantong.
Itulah buah dari sistem demokrasi kapitalis di tengah tengah ekonomi global hari ini.
Karena begitu bahayanya akan sifat bakhil, Abdurrahman bin Auf r.a berdo'a kepada Allah di samping Ka'bah : " Ya Allah, jagalah diriku dari kebakhilan." Lantas salah seorang sahabat yang lain bertanya ketika mendengar do'anya itu ; " Kenapa begitu ? Kemudian beliau menjawab;" Sesungguhnya jika diriku terjaga dari kekikiran, maka aku tidak mencuri, berzina, dan melakukan perbuatan dosa yang lainnya."

2. Di Jauhkan Dari Keimanan Kepada Allah Ta'ala

Rosulullah Saw pernah bersabda :
" Kikir dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama lamanya ." ( Musnad Imam Ahmad 14/202 no. 8512 dan Shahih Ibnu Hibban 8/43 no.3251 )
Kekikiran akan mengikis keimanan dalam hati seseorang sedikit demi sedikit, sampai keimanan dalam hatinya hilang ( jika ia tidak menyadarinya ). Akan tetapi sebaliknya, orang yang gemar berinfak dan bershodaqah Allah akan menguatkan keimanannya karena ia yakin besarnya pahala dari amalnya itu besok di hari kiamat.
Keimanan dalam hati seseorang yang lemah tidak akan terpanggil untuk menyambut seruan dari setiap para penyeru untuk berinfak dan bershodaqah.Bahkan jika ia melihat saudaranya sedang tertimpa musibah sekalipun ia tidak akan merasa perlu untuk mengeluarkan hartanya untuk meringankan beban saudaranya tersebut. Memang harta yang di infakkannya itu secara nominal berkurang, akan tetapi ia tidak faham bahwa hartanya yang ia belanjakan untuk kebaikan itu akan mengikutinya sampai akherat.
Dan sesungguhnya tidaklah ia bakhil, kecuali bakhilnya ia pada dirinya sendiri ( akibatnya akan kembali pada dirinya sendiri ).

3. Di Berikan Kabar Gembira Dengan Adzab Pedih di Akherat

Imbas dari sifat bakhil tidak hanya di rasakan di dunia saja ( saat ia masih hidup di muka bumi ), akan tetapi akan berimbas pada kehidupan setelahnya. Sudah di dunianya ia tidak mendapatkan ketenangan hidup di tambah adzab  pedih menanti dirinya setelah ia menemui al maut.
Hal tersebut tidak hanya berlaku pada dosa bakhil saja, akan tetapi berlaku seetiap dosa dosa besar dalam Islam.
Oleh karena itu, di dalam Islam beriman pada hari akhir adalah bukan hal yang main main, dan bukan pula satu konsep dari Allah untuk manusia yang sederhana.
Dengan mengimani atas hari akhir ( di samping iman kepada Allah dan Rosul Nya ) akan mendorong manusia untuk melakukan berbagai amal perbuatan. Dengan mengimani hari akhir, orang orang beriman mampu memenuhi seruan Allah Azza Wajalla dengan hati yang ringan maupun terpaksa. Dan dengan iman atas hari akhir akan mampu menahan dorongan untuk tidak melaksanakan apa apa yang Allah larang.
Karena cacatnya keimanan akan hari akhir, maka orang orang yang bakhil sangat berat untuk melakukan agar tidak bakhil atas segala hal.
Allah Tabaroka Wata'ala mengingatkan orang orang beriman agar tidak berlaku bakhil :
" Sekali kali janganlah orang orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan di kalungkan kelak di lehernya di hari kiamat." ( QS : Ali Imran 180 )
Kebakhilannya itu akan berubah menjadi ular yang akan melilit lehernya dengan kuat. Permasalahannya tinggal seberapa besar kepercayaan kita atas janji Allah Ta'ala. Semakin tinggi keyakinan kita atas janji dan ancaman Allah, maka semakin besar pula kesungguhan kita untuk memenuhi serun Allah itu.

Itulah beberapa musibah yang akan menimpa orang orang yang bakhil baik itu di dunia maupun di akherat kelak. dengan mengetahui akan betapa bahayanya kebakhilan tersebut, kita akan berusaha untuk menjauhi segala bentuk kebakhilan.
Berusaha untuk menjauhi teman teman yang bakhil dan juga lingkungan yang bakhil, karena teman dekat akan sangat mempengaruhi jiwa kita untuk menjadi bakhil.
Tidaklah cukup hanya mengetahui bahayanya bakhil, akan tetapi berusaha dengan maksimal untuk mengobati penyakit ini agar tidak menjangkiti diri kita, keluarga dan masyarakat kita.
Dengan melihat berbagai kehancuran yang akan di dapat oleh orang orang yang bakhil baik itu di dunia maupun di akherat, yakin akan janji Allah atas pahala yang akan di dapat, membaca kisah kisah orang orang yang telah menginfakkan sebagian dari  hartanya untuk perjuangan Islam di muka bumi demi meraih keridhoaan Allah semata, semoga kita terhindar dari sifat bakhil.
Rosululah mengajarkan agar mengiringinya dengan do'a di samping berusaha agar di jauhkan dari sifat kebakhilan :
" Ya Allah ! Sesungguhnya aku belindung kepada Mu dari bakhil, aku berlindung kepada Mu dari penakut, aku berlindung kepada Mu dari di kembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepada Mu dari siksa kubur dan fitnah dunia." ( HR. Bukhari; Fathul Bari : 6/35 )

Penutup

Dunia adalah ladang amal, bukan ladang menerima hasil dari amal. Sedangkan akherat adalah tidak ada amal sedikitpun, akan tetapi yang ada hanyalah tempat menuai hasil dari amal. Orang orang yang sudah orientasi hidupnya untuk akherat, maka seringkali ia beramal untuk kepentingan orang lain, hal itu di lakukannya demi meraih keridhoan dan kecintaan Rabbnya.Semoga Allah Azza Wajalla memudahkan kita dalam melakukan kebaikan,melapangkan dada kita untuk berinfak, dan menjauhkan kita dari kebakhilan. Tidaklah seseorang di mudahkan untuk berinfak kecuali atas kehendak Nya, dan tidak ada yang di sempitkan karena kebakhilan kecuali atas kehendak Nya. Yang terpenting berusaha dengan penuh kesungguhan memenuhi seruan Allah dan Rosul Nya dengan melihat sebab akibat, adapun hasil kita serahkan kepada Allah seraya selalu berdo'a, dan kita jadikan sabar dan syukur sebagai kendaraan kita di dalam perjalan kita menuju Allah.
Amin.


Selasa, 10 Januari 2012

INFAK dan SHODAQAH



Suatu ketika ketika kita hendak berbelanja di super market, mungkin uang 50.000 atau 100.000 akan terlihat terlalu sedikit. Begitu pula pada saat kita ingin membelanjakan uang kita itu untuk membeli pakaian atau sepatu ( misal ) seolah olah uang kita tersebut nominalnya terlalu sedikit dan kecil. Apalagi kalau kita melihat di kanan kiri kita, banyak barang barang yang menarik hati kita yang di tawarkan di area tersebut, akan tetapi apa daya jika uang kita tak sampai menjangkaunya.
Tak sedikit kita jumpai kasus kasus, ketika kita di rumah hendak membeli suatu barang di super market, akan tetapi setelah di tempatnya banyak sekali barang barang yang sebenarnya tidak di rencanakan untuk di beli malah di beli, sehingga yang terjadi anggaran belanja yang seharusnya cukup untuk satu bulan, akan habis dalam 2-3 pekan saja. Kebanyakan dari kasus itu muncul penyakit korupsi, yang berawal dari tuntutan ekonomi yang tidak terkontrol.
Akan tetapi di saat yang lain, sering kali kita berhitung hitung sudah berapa banyak infak dan shodaqoh yang telah kita lakukan. Sebaliknya, kita dengan mudah dan tidak terlalu perhitungan jika kita membelanjakan uang kita untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan serta kesenangan diri kita.

Pada kasus yang lain, ketika anak kita atau kita sendiri hendak pergi ke masjid, hendak melakukan sholat atau ingin mendatangi satu kajian ilmu dan kita ingin berinfak di masjid tersebut, akan tetapi di saat yang samaan kita baru dapat gajian sedangkan uangnya lembaran besar ( puluhan atau ratusan ) dan kita nyeletuk ndak ada uang recehan ( maksimal 5.000,- atau 2.000,- ). Ya! uang recehan yang seringnya kita masukkan untuk infak dan shodaqoh, sedangkan untuk selain itu ratusan ribu sering ndak jadi masalah.
Memang benar dan tidak salah jika berargument, Allah Tabaroka Wata'ala tidak melihat infak dan shodaqoh kita dari jumlahnya besar atau kecil, yang terpenting keikhlasannya. Jumlah yang besar dan banyak bisa jadi tidak bernilai ibadah manakala tujuannya karena ingin di lihat orang lain. Sementara meskipun jumlahnya sedikit, akan tetapi jika di niatkan ikhlas karena Allah saja, maka nilainya di Sisi Allah akan menjadi besar.
Akan tetapi kebanyakan dari kita sering salah dalam menerapkan makna ikhlas dalam berinfak dan bershodaqoh. Biar sedikit yang penting ikhlas, pada akhirnya kita terbiasa beramal hanya dalam jumlah yang sedikit. Hal itu akan terus berlanjut meskipun gaji dan pendapatan kita bertambah, justru alokasi kebutuhan,keinginan dan untuk kesenangan kita jadi ikut bertambah pula, sedangkan untuk alokasi jumlah untuk infak dan shodaqoh tidak ikut bertambah, tetap seperti sediakala.

Mungkin seharusnya pada kondisi keuangan keluarga kurang mendukung, mungkin karena penghasilan kita atau penghasilan sang suami yang pas pasan , setidaknya kita tetap harus menghidup hidupkan hasrat untuk bersedekah. Bukankah Alah Maha Tahu lintasan lintasan niat dalam hati setiap hamba hambaNya? Bukankah segala sesuatu yang kelihatannya sulit akan jadi mudah atas kehendakNya. Demikian pula hasrat unuk berinfak, meskipun kondisi kita tidak memungkinkan.
" Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Alah ) dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik ( Jannah ) maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah." ( QS: Al Lail 5-7 )
Pada ayat tersebut diatas, itu janji Allah, dan pasti akan terjadi. Akan tetapi janji Allah tersebut ada syarat syaratnya. Adapun syaratnya hanyalah mereka yang bertaqwa. Sedangkan arti taqwa pada ayat tersebut adalah benarnya tauhid dan lurusnya tauhid, lurusnya dan benarnya niat dalam berinfak, harta yang akan diinfakanya itu jelas dari harta yang halal yang terbebas dari hal hal yang subuhat, penyaluranyapun juga jelas ( bukan kepada hal hal yang dapat mengundang murka Allah ) Dan dirinya yakin bahwa apa yang dilakukannya itu ada balasanya di Sisi Allah ( Allah tidak menyia nyiakan amalnya itu ).

Pada surat Al Lail ayat 5-7 bukanlah sesuatu yang mudah untuk di lakukan. Tidak serta merta setelah kita menginfakkan harta kita sekian, lantas Allah akan memberikan satu jalan mudah baginya. Akan tetapi itu semua perlu proses. Karena syarat utamanya adalah taqwa. Sedangkan taqwa itu sendiri adalah satu kedudukan yang mana setelah seseorang melakukan suatu usaha yang sungguh sungguh dengan memenuhi kaidah kaidah syar'i. Jika kaidah kaidah syar'inya saja telah ia langgar, maka sulit baginya untuk meraih derajad taqwa.
Ia harus meluruskan tauhidnya terlebih dulu, karena jika tauhidnya saja rusak dan bengkok, maka secara otomatis seluruh amal yang ia kerjakan akan sia sia. Setelah tauhidnya lurus, ia juga harus bisa menundukkan nafsunya dari sifat kikir dan menundukan akalnya ( bahwa pahala dari amalnya itu tidak mesti akan ia terima di dunia ini secara langsung dan ia rasakan ), dan lain sebagainya yang itu semua harus ia mulai dari sedikit demi sedikit, hingga derajad taqwa ia raih.
Jalan yang mudah yang bagaimana yang Allah janjikan : yaitu setiap permasalahan yang ia hadapi akan mudah ia pecahkan dengan segera dan tidak berlarut larut ( dalam segala hal ). Itu janji Allah ketika hidup di dunia. Sedangkan janji Allah setelah ia meninggal akan jauh lebih besar lagi ( yang tidak dapat ia bayangkan sebelumnya ).



Aplikasi Infak



Semangat dan hasrat untuk bershodaqoh ini, sangat nampak pada generasi shahabiyah r.a . Suatu ketika setelah selesai sholat Idul Adha di sebuah tanah lapang, Rosululah Saw berseru : " Wahai manusia, bersedekahlah kalian!" Kemudia beliau menuju ke tempat para wanita dan bersabda," Wahai para wanita, bersedekahlah kalian semua, karena aku telah melihat banyak dari penghuni neraka adalah dari golongan kalian". Mereka berkata," Ya Rosulullah mengapa hal itu bisa terjadi?" Rosulullah Saw menjawab," Karena kalian sering melaknat dan dan mengingkari pemberian suami. Aku tidak pernah melihat golongan yang lemah akal dan agamanya, namun dapat menghilangkan kejernihan akal seorang laki laki yang teguh selain dari kalian, wahai wanita". setelafh mendengar anjuran itu, para wanitaitu segera melepas anting anting dan cincin mereka. Para shahabiyah itu bersegera menunaikan anjuran Rosulullah Saw untuk bersedekah". ( HR. Tirmidzi )

Memang luar biasa para shahabiyah, hal tersebut tidak jauh beda engan para shahabar Nabi Saw yang laki laki.
Mengapa hal itu bisa terjadi. Ketika Rosulullah Saw memberikan satu perintah, maka pada saat itu juga mereka berusaha melaksanakanya tanpa berfikir panjang?.  Mereka faham akan firman Allah dalam QS: Az Zumar 52 :
" Dan tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rizki dan menyempitkanNya bagi siapa yang di kehendakiNya? Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang beriman ". (  QS: Az Zumar 52 )
Dari QS: Az Zumar 52 dan Hadist riwayat Tirmidzi diatas, memberikan satu gambaran pada kita tentang potret nyata dari suatu masyarakat Islam yang telah tergemblengdengan aqidah yang tertancap kuat di dada.
Jika bukan berangkat dari satu aqidah yang tertancap kuat dan mantap, mereka para shahabiyah ra tidak mungkin mau menyerahkan cincin gelang dan anting anting milik  mereka ( tentunya secara fitroh sangat mereka cintai dan mereka jadikan kebanggaan ) dengan ringannya. Karena satu tuntutan dari syahadat Rosul yang mengharuskan mereka melakukan seperti itu.
Mereka yakin akan kebenaran dari sabda Rosul, sehingga mereka tidak perlu berfikir 2 kali atau berhitung hitung untung dan ruginya.  Itulah buah dari perjalanan panjang dakwah Rosulullah Saw, selama 13 tahun di dalam menanamkan dan  memupuk aqidah Islamiyah. Sehingga berangkat dari aqidah yang telah tertanam kuat itulah mereka ( para sahabat  Rosul, baik yang laki lakinya maupun wanitanya ) sadar dan bersabar memikul besarnya beban syareat. Karena Islam adalah agama yang menuntut amal nyata dan pengorbanan ( bukan hanya sebagai konsumsi otak dan rekreasi hati saja ) dari para pemeluknya. Karena demi meraih kecintaan Allah dan Rosul Nya Mus'ab bin Umair ra rela meninggalkan gelimangnya harta benda. Karena tuntutan aqidah Bilal bin Rabbah dan Amar bin Yasir ra rela di siksa. Demi meraih kecintaan dan keridhoan Allah Aisyah ra rela menyedekahkan seluruh uang yang telah ia dapat tanpa ia sisakan sedikitpun. Karena tuntutan aqidah Sumayyah ra menjadi wanita mukminah yang syahid pertama kali dalam Islam.

Ya! Perlunya menumbuh suburkan rasa percaya dan yakin akan apa apa yang di khabarkan Allah lewat lesan Rosulullah Saw yaitu Al Qur'an. Percaya dan yakin atas apa apa yang di khabarkan Rosulullah selain Al Qur'an ( As Sunah ).
Rasa percaya dan yakin akan janji Allah dan Rosul Nya tidak akan tumbuh, jika tidak di wujudkan dalam amal nyata. Sedangkan amal nyata akan berjalan dengan baik, manakala di landasi dengan ilmu yang benar dan tertatanya hati ( berani menanggungl resiko dari amal ). Karena kekuatan ibadah seorang hamba Allah terletak di hatinya ( tidak hanya fisiknya saja yang kuat). Jika hatinya sehat, maka seberat apapun amalan dalam Islam akan mampu di kerjakannya. Akan tetapi jika hatinya saja sakit bahkan mati, maka seringan apapun amalan dalam Islam akan terasa berat untuk di lakukan.

Kita sebagai seorang mukmin seharusnya yakin bahwa hakikat harta hanyalah di tangan bukan di hati, yang setiap saat akan berpindah tangan. Yakin akan sebuah hadist riwayat Imam Muslim : " Harta tidak akan berkurang karena di sedekahkan ." ( HR. Muslim )
Memang secara nominal jumlah dan nilai barang yang kita infakkan dan kita shodaqahkan akan berkurang, akan tetapi kita juga harus ingat bahwa segala sesuatu atau rizki manusia Allah lah yang memberikan?. Jika Allah tidak memudahkannya untuk kita, maka tidak akan mungkin rizki itu akan kita dapatkan.
Sedangkan rizki seorang mukmin yang sebenarnya adalah : apa apa yang telah ia makan, apa apa yang telah ia pakai, dan apa apa yang telah ia infakkan. Adapun selain itu belum tentu miliknya. Sampai makanan atau minuman yang telah di pegangnya sekalipun, tetapi belum masuk kemulut belum tentu miliknya, siapa tau tumpah atau jatuh ketanah yang tidak bisa di makan. Siapa tau harta atau uang kita, kita kasihkan anak, istri, orang tua kita, tetangga kita atau terkena musibah yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Dalam Qur'an surat Al Hadid Allah Tabaroka Wata'ala berfirman kepada Orang orang beriman dengan bahasa yang lembut: " Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah Ta'ala akan melipat gandakan ( balasan ) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak." ( QS : Al Hadid 11 )
Tawaran Allah kepada orang orang yang beriman yang mau menginfakkan hartanya dengan bahasa yang lembut yaitu meminjamkan. Apakah Allah butuh??? sama sekali tidak. Allah Maha Kaya. Pada ayat tersebut memberikan gambaran, bahwa jika Allah meminta semua harta manusia ( baik suka maupun terpaksa adalah hak prerogatif Allah ) akan tetapi pada ayat tersebut menggunakan bahasa meminjam. Sedangkan bahasa meminjam yang biasa atau mudah di fahami di kalangan manusia umumnya hari ini adalah orang yang meminjamkan atau menabung suatu barang pada orang lain. Sedangkan orang yang menabung uang ke orang lain atau satu instansi pasti ingin mendapatkan keuntungan keuntungan duniawi.
Akan tetapi yang meminjam adalah Dzat yang Maha Kaya, tentunya melebihi apa yang di lakukan manusia.
Allah akan mengembalikan ( sebagai pahalanya ) 10 kali lipat, 100, 700 bahkan terserah Allah melebihkan pahalanya dari pinjamannya itu. Ribawi manakah yang mampu memberikan bunga 10 kali lipat dari nominal yang di tabungkan?
Bisa jadi Allah akan memberikan angsurannya ketika ia masih hidup di dunia ( sebagai balasan amal infaknya ) dan Allah bayar tunai di akherat kelak. Itu semua terserah Allah semata.
Akan tetapi pada ayat tersebut Allah memberikan syarat agar pinjamannya itu kembali kepada dirinya dengan berlipat ganda. Syaratnya hanya 2 : ikhlas dan barang yang diinfakkannya itu halal dan di dapat dari jalan yang halal pula.



Aplikasi Shodaqah


Shodaqah mempunyai dimensi makna yang lebih luas. Tujuan dari shodaqah adalah bagaimana mengasah kepekaan kita untuk orang lain, mengikis sifat egoisme diri sendiri, sehingga tumbuh sifat ihtsar ( mementingkan orang lain walaupun dirinya sendiri butuh ).
Ingatlah sabda Rosulullah Saw : " Perumpamaan seorang mukmin dengan mukmin yang lain dalam hal kasih sayang, cinta dan rasa saling pengertian mereka adalah seperti satu tubuh, jika satu organ sakit maka seluruh jasad akan meresakan demam dan tidak bisa tidur." ( HR. Bukhari - Muslim )
Shodaqah akan membuahkan sikap kepekaan sosial yang tinggi terhadap sekitar dirinya, orang lain maupun lingkungan tempat tinggalnya.
Sedangkan apa apa yang di shodaqahkan tidak selalu berupa uang. Akan tetapi bisa berwujud makanan atau minuman, pakaian, fikiran, tenaga, atau bisa berbentuk yang lain, sebagaimana sabda Rosul  yang artinya kurang lebih:
" Di dalam tubuh manusia, dari mulai kepala hingga ujung jari kakinya mempunyai 360 ruas persendian, yang kesemuanya itu harus di shodaqahi. Cukup 2 rekaat sholat dhuha bisa menutup itu semua." ( HR. Muslim )
" Wahai wanita wanita musliah, jangan sekali kali menganggap remeh untuk memberikan hadiah kepada tetangganya walaupun hanya dengan sepotong kaki kambing. " ( HR. Bukhari - Muslim )
" Tidak sempurna iman seseorang kepadaku yang bermalam dalam kondisi kenyang, sementara tetangganya kelaparan di sisinya dan ia mengetahui." ( HR. ath Tabrani dan al Bazar )
" Barang siapa yang mencukupi kebutuhan saudaranya, niscaya Allah akan memenuhi kebutuhannya, dan barang siapa yang melepaskan satu kesusahan yang dialami seorang muslim, maka Allah akan menghindarkannya dari satu kesusahan di hari kiamat." ( HR. Muslim )

Shodaqah tidak hanya memberikan manfaat secara materi saja yang bisa di rasakan, akan tetapi akan berpengaruh juga secara psikologis, walaupun apa yang telah di berikannya itu tidak seberapa, akan tetapi hal itu bisa menumbuhkan rasa persaudaraan dan mempererat jalinan tali silaturrahmi.
Hanya Islamlah yang memiliki konsep yang sedemikian bagusnya. Dari infak dan shodaqahlah Islam menganjurkankepada ummatnya untuk memiliki sifat kepekaan sosial yang tinggi, terhadap nasib sesama saudaranya yang muslim ( pada khususnya ) manusia ( pada umumnya ).
Akan tetapi jika di lihat dari kaca mata aqidah Islamiyah, sesama orang mukmin lebih di prioritaskan dari pada yang lain ( ketika sama sama membutuhkanya ). Itulah ikatan yang paling kuat, cinta karena Allah dan benci karena Allah, akan tetapi bersikap adil dalam penempatannya.
Cinta karena Allah dan benci karena Allah yang hari ini di hembus hembuskan penyimpangannya oleh para musuh musuh Islam dengan sebutan Islam fundamentalis.
Jika ummat Islam telah memiliki akhlak yang seperti ini ( kepekaan sosial yang tinggi ), niscaya dakwah Islamiyah akan mudah di terima dan ikatan ukhuwah Islamiyah akan semakin erat dan semakin kokoh.
Ladang dalang amal untuk berinfak dan bershodaqah terbuka lebar. Jika kita mau jeli, maka banyak celah yangbisa kita masuki untuk berinfak dan bershodaqah. Kita bisa memilihnya sesuai dengan kemampuan diri kita dan menurut skala prioritas ( yang tau diri kita sendiri dan Allah ).



Pos yang Sepi Peminatnya


Allah Azza Wajalla telah berfirman : " Di wajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci, boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi ( pula ) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." ( QS: Al Baqarah 216 )
Dan Allah juga berfirman di QS : At Taubah:
" Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah : lalu mereka membunuh atau di bunuh. ( Itu telah menjadi ) Janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya dari pada Allah ? maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar." ( QS : At Taubah 111 )
Dan di ayat yang lain Allah juga berfirman :
" Dan sesungguhnya Kami benar benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu ; dan agar Kami menyatakan ( baik buruknya ) hal ihwalmu." ( QS : Muhammad 31 )
Dari tiga ayat tersebut diatas mewakili dari ayat ayat tentang pentingnya syaret jihad fie sabilillah di muka bumi yang harus selalu di laksanakan oleh ummat Islam hingga hari kiamat.
Allah Tabaroka wata'ala mewajibkan atas orang orang beriman untuk melaksanakan syareat jihad ( yang bermakna perang ) sebagaimana wajibnya sholat dan shoum serta qishos ( menegakkan hukum hukum Allah ).
Pada ayat selanjutnya, orang orang yang mau melaksanakan syareat jihad, bahwa sanya mereka telah melakukan transaksi jual beli kepada Rabb seluruh alam. Apa keuntungannya yaitu Jannah ( sesuatu yang tak pernah di bayangkan akan kenikmatannya oleh manusia ).
Dan di syareatkannya jihad fie sabilillah adalah untuk mengetahui siapa siapa yang benar imanya dan siapa siapa yang imannya palsu ( munafik ).

Di riwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata: Seorang laki laki menghadap Rosulullah Saw. Kemudian berkata : " Tunjukkan kepada saya amal kebaikan yang menyamai jihad !" Rosululah Saw bersabda : " Tidak ada." Berikutnya Rosulullah Saw bertanya? " Ketika orang orang pergi berjihad, mampukah kamu masuk masjiduntuk melaksanakan sholat tanpa henti dan berpuasa terus menerus?" Orang itu menjawab " Siapa yang mampu beribadah seperti itu?." ( HR. Bukhari )
Cukup dengan satu hadist itu saja, sudah bisa menunjukkan tentang keutamaan amalan jihad dan tidak ada pahala yang menyamai syareat jihad, sehingga wajar jika syareat jihad baik dengan harta maupun jiwanya sebagai amalan tertinggi dalam Islam.

Pos inilah yang sebetulnya banyak membutuhkan biaya operasional yang sangat besar, karena syareat Islam yang kaffah belumlah tegak di muka bumi dan wujudnya khilafah Islamiyah sebagai pengayom syareat belumlah tegak.
Kenapa pada pos ini perlu menjadi perhatian yang serius? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah berkata ( yang dengan bahasa bebasnya ) : " Jika ada dua amalan yang sama sama membutuhkan biaya dan perhatian, mana amalan yang harus di utamakan ? untuk menyantuni fakir miskin yang sedang kelaparan atau untuk biaya jihad? Kesampingkanlah fakir miskin dan utamakanlah jihad. Karena jika yang di kesampingkan fakir miskin, paling yang mati hanya 1 dua orang saja. Akan tetapi jika jihad di kesampingkan, maka Cahaya Allah dan Islam akan padam dan hilang dari muka bumi. "
Kenapa pos jihad ( untuk infak dan shodaqahnya ) sepi peminatnya ?
Karena buah makar dari orang orang kafir, musyrik dan munafik serta orang orang kaya yang selalu memperturutkan hawa nafsunya.

Tujuan utama dari jihad adalah agar syareat Islam tegak di muka bumi dan mengawal hukum hukum Allah agar tetap di laksanakan atas seluruh manusia.
Jika syareat Islam tegak dan hukum hukum Allah berlaku atas manusia, maka kepentingan kepentingan orang orang orang kafir dan musyrik akan terganggu, bisa juga lenyap. Itu yang tidak mereka inginkan, sehingga mereka berupaya membuat makar agar syareat jihad ini jangan sampai ummat Islam sadar dan melaksanakan syareat jihad itu.
Jika syareat Islam tegak dan hukum hukum Islam berlaku atas manusia, maka orang orang munafik tidak bisa lagi meraup keuntungan dunia yang mana hal itu tentunya tidak diinginkan oleh orang orang munafik, sehingga orang orang munafik bahu membahu dengan orang orang kafir membuat makar atas orang orang beriman. Kekalahan orang Islam kebanyakan di sebabkan oleh ulah orang orang munafik, dari waktu ke waktu.
Jika syareat Islam dan hukum hukum Islam tegak atas seluruh manusia, maka orang orang kaya yang suka memperturutkan hawa nafsunya akan terpotong. Syahwatnya yang diumbar jadi terputus dan tidak tersalurkan. Itu juga tidak mereka inginkan.
Oleh karena itulah trio bersaudara saling bahu membahu agar syareat jihad ini tidak di laksanakan. Mereka berupaya agar jangan sampai umat ini sadar, sehingga mereka berupaya membelokkan makna jihad dari makna yang sebenarnya.
Memanfaatkan orang orang kaya yang memperturutkan hawa nafsunya sebagai penyandang dana, memanfaatkan orang orang munafik yg gila pengaruh kekuasaan dan dunia untuk sebagai pembusukan dari dalam tubuh ummat Islam sendiri ( mempengaruhi orang awamya ), sehingga kerja orang orang kafir akan lebih ringan untuk menghancurkan ummat Islam.



Penutup


Seharusnya kita tidak perlu terlalu menghitung hitung amal ibadah infak yang telah kita berikan atau kita salurkan, apakah itu untuk fakir miskin, yatim piatu atau untuk mendukung iqomatuddien sekalipun. Memang muhasabah setelah beramal itu perlu ( yang fungsinya agar, jika ada celah celah yang kurang dalam hal amal , bisa kita tutupi di kemudian hari ), akan tetapi yang di maksud disini adalah Merasa telah banyak amal infaknya, merasa telah infak ini dan ini, merasa telah menginfakkan hartanya sekian dan sekian, sehingga merasa yang telah di lakukannya itu tiket jannah telah di raih.
Tumbuhkanlah dalam hati kita akan sifat atau rasa takut kepada Allah setelah beramal ( apapun amalannya itu, termasuk infak itu sendiri ). Takut jika apa apa yang telah kita infakkan itu tidak diterima oleh Allah sebagai amal sholeh, walaupun diawal amal kita lakukan atas dasar rasa cinta karena Allah semata ( demi meraih keridhoan Allah semata ) dan mengharap jannah Nya.
karena seiring berjalannya waktu Allah akan menguji keikhlasan kita dalam beramal lewat orang lain, sehingga di khawatirkan pada satu titik kita mengucapkan ( sadar atau tidak ); " Lha iya, bukanya berterima kasih karena telah di bantu selama ini untuk menutupi kebutuhannya itu, malah bicara yang bukan bukan. Memangnya mudah mencari uang itu ??." Mungkin kalimat tersebut sering kita dengar, atau kita sendiri sering melakukannya, di karenakan timbul rasa jengkel dalam hati. Seharusnya kita bisa sedikit menahan diri kita untuk tidak mengucapkan perkataan yang seperti itu, karena perkataan seperti itu dapat mengurangi atau bahkan menghapus pahala amal infak yang telah kita lakukan.
Ya!, selalu mengikhlaskan niat karena Allah semata itu yang sulit. Baik itu sebelum beramal, ketika beramal atau setelah beramal harus kita jaga keikhlasannya.
Itulah perbedaan amal amal yang di lakukan oleh orang mukimin dan amal amal yang di lakukan oleh orang orang munafik.
Orang orang beriman banyak beramal, akan tetapi selalu takut kalau kalau amal amal yang telah di lakukannya itu tidak diangap oleh Allah sebagai amal sholeh. Akan tetapi orang munafik , sedikit beramal, akan tetapi dengan percaya diri amal yang telah di lakukannya pasti di terima oleh Allah sebagai amal sholeh.
Itulah sulitnya mengaplikasikan makna ikhlas yang benar dalam beramal ( dalam hal ini amalan infak ).

Kita renungi sejenak, berapakah derajad kepekaan dan kepedulian kita kepada sesama orang beriman ( pada khususnya ) atau sekitar kita ( pada umumnya ). Memang memiliki rasa empati yang tajam sulit dilakukan di tengah tengah kehidupan modern hari ini ( yang telah terkontaminasi dengan faham kapitalismer global ). Akan tetapi yang terpenting adalah bagaimana usaha maksimal kita di dalam mengasah, memupuk dan mempertajam rasa itu kedalam lubuk hati kita. Sehingga kita bisa menjadi seorang muslim seperti yang diilustrasikan oleh Rosulullah Saw ( seperti tubuh; jika kakinya luka, mulutnya mengaduh kesakitan, hati memerintahkan akal agar kaki mau melangkah mencari obat ).
Jika ada yang kesusahan, yang lain sudah siap mengulurkan bantuannya dengan ringan hati. Jika ada yang bersengketa, yang lain siap mendamaikan dan mencarikan solusi terbaik. Sehingga buah dari pengaplikasian yang benar akan makna infak dan shodaqah dalam kehidupan nyata, akan tercipta dan terajut satu jalinan persaudaraan yang harmoni, indah dan kuat.