>

Total Tayangan Halaman

Jumat, 02 Maret 2012

SOMBONG





Anggapan Yang Salah

sombong adalah penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, sebagaimana bakhil yang telah kami ulas pada sebelum ini dengan panjang lebar. Penyakit ini juga bisa menjangkiti siapa saja, hanya orang orang yang di rahmati Allah saja yang akan selamat dari penyakit ini, itupun jumlahnya sangat sedikit. Kebanyakan orang yang telah terjangkiti penyakit ini, dirinya tidak sadar telah terjangkiti sifat sombong ini.
Di karenakan rancunya mendefinisikan makna sombong yang sebenarnya, maka wajar jika kebanyakan orang awwam menganggap sombong itu hanya akan terjadi pada orang orang yang pakaiannya mewah dan indah, kendaraannya, rumah beserta perabot yang ada di dalamnya yang serba mewah ( mengundang decak kagum bagi yang melihatnya) .
Sedangkan orang orang yang hidupnya pas pasan, bergelimang dengan kemiskinan sehari harinya tidak akan terjangkiti penyakit ini. 

Karena sifat sombong inilah Iblis laknatullah di keluarkan dari Jannah. Penyebanya hanyalah Iblis tidak mau tunduk atas perintah Allah untuk sujud kepada Adam As dan Iblis berargumen merasa lebih tinggi derajadnya dari pada Adam As jika di lihat dari aweal penciptaannya.Padahal Allah Azza Wajalla tidak pernah Mengatakan bahwa Api lebih baik dari pada tanah, sehingga Iblis terkutuk hingga hari kiamat.
Anehnya orang orang yang menghasung fikiran liberal lagi sekuler dengan menukil cerita Iblis yang di abadikan oleh Allah lewat Al Qur'an untuk menyesatkan ummat Islam dengan sejauh jaunya.
Mereka mengatakan ( orang orang liberal ) bahwa Iblis itu makhluk Allah yang tuhidnya lurus, karena tidak mau sujud pada Adam As dan hanya sujud pada Allah saja.
Padahal persoalannya bukan pada sujud atau tidaknya, akan tetapi persoalannya terletak pada pengingkaran Iblis atas perintah Allah ( yang berwujud sujud pada Adam As ) itulah kesalahan Iblis yang pertama dan sangat fatal. Karena wujud dari peribadatan hanya kepada Allah saja adalah memenuhi dan tunduk atas seluruh perintah dan larangan Allah tanpa membantah apakah itu amalan hati, amalan lesan atau amalan anggota badan serta di barengi dengan perasaan cinta, takut dan berharap hanya pada Allah saja. Sedangkan kesalahan Iblis yang kedua adalah ia berargumen dengan penuh kesombongan bahwa dirinya lebih baik dan lebih mulia, sehingga dengan 2 kesalahan yang fatal itulah wajar jika Iblis di keluarkan dari Jannah buat selama lamanya.

Definisi Sombong 

Sombong adalah sebuah keadaan di mana seseorang merasa takjub dengan dirinya sendiri, sehingga pada satu titik ia merasa dirinya lebih baik dari orang lain ( apakah perasaan itu ia tampakkan secara lesan atau anggota badannya yang lain atau ia sembunyikan di dalam hatinya ). Di samping itu sombong adalah menolak kebenaran yang datang pada dirinya dari orang lain, yang boleh jadi penolakan itu ia bodoh akan ilmu atau ia sudah tau ilmu tapi menolak.
Berangkat dari sabda Rosulullah Saw:
" Tidak akan masuk surga orang orang yang di dalam hatinya ada sebesar biji dzarrah dari kesombongan." Salah seorang sahabat lantas bertanya, " Sesungguhnya seseorang merasa senang jika bajunya bagus dan sandalnya baik? Maka beliau bersabda " Sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Indah dan Senang dengan Keindahan, sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." ( HR. Muslim dalam shohihnya, kitabul Iman ).

Pada hadist diatas dapat di bagi tiga bagian. Pada bagian pertama, Allah mengancam kepada orang orang yang berlaku sombong walaupun hanya sebiji dzarrah dengan tidak bisa masuk jannah. Pada bagian kedua, jika seseorang merasa senang jika ia punya baju, sandal ( contoh hal yang di senangi manusia jika ia mendapatkan sesuatu yang baru )  yang bagus dan baru, akan tetapi dengan syarat apa apa yang di tampakkannya itu bukan untuk riya' atau membanggakan diri dan juga tidak ada sedikitpun hak orang lain yang ia dholimi setelah atau dalam mendapatkan barang barunya itu( apakah itu perabot rumah, kendaraan dan lain sebagainya ). Yang ke tiga adalah definisi dari sombong yaitu menolak kebenaran ( baik itu dengan hati, lesannya atau anggota badannya yang lain ) serta meremehkan manusia.

Berkata As Sa'di : Sombong itu menolak kebenaran dan meremehkan manusia. Lawan dari itu adalah tawadhu'yang di perintahkan Islam yang mana telah Allah perintahkan dan menjadi pahala bagi pelakunya. Tawadhu' adalah menerima kebenaran dari siapapun yang mengatakannya selaghi ada dalil dalil yang jelas jelas syar'i di belakangnya.
Janganlah meremehkan seseorang, akan tetapi hendaklah ia melihat kelebihan saudaranya serta mencintainya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Jadi sifat sombong itu bisa menimpa siapa saja dan tidak hanya orang orang kaya saja. Jika ia bersikap sombong kepada Allah dengan menolak kebenaran yang datang padanya. Atau sombong kepada orang lain dengan meremehkan dan merendahkan saudaranya itu di banding dirinya.

Bentuk Bentuk Sombong

1. Kesombongan Qorun Abad 21
Orang orang yang di karuniai kelonggaran harta, banyak yang menyangka bahwa harta yang telah ia dapatkan dengan susah payah itu adalah hasil dari kerja kerasnya, banting tulang, peras keringat dan putar otaknya yang ia kumpulkan sedikit demi sedikit hingga melimpah ruah. Ia lupa bahwa kesemuanya itu hanyalah karunia Allah semata yang Allah titipkan padanya, yang mana hal itu sebagai bentuk ujian Allah bagi dirinya bagaimana ia memaknai syukur di dalam kehidupannya.
Pada suatu ketika ada orang yang mengingatkan dirinya agar hartanya itu ia keluarkan zakatnya dengan teliti dan benar. Akan tetapi malah di tanggapinya dengan sinis dan dingin. Jika ia keluadrkan zakatnya itu, itupun hanya sekedarnya saja ( yang pentingkan sudah saya keluarkan 2.5 % nya ). Dari segi zakat saja ia sudah berlaku bakhi dan sombong, apalagi kalau bicara soal infak dan shodaqohnya.
Karena ia punya harta, ia bisa dengan mudah menggalang  opini massa, dengan memojokkan orang yang telah menyindirnya( bisa dengan cara mengucilkan atau membuat berita bohong lewat orang orang yang ia bayar kepada lawannya itu ).
Jika ia tidak mengindahkan peringatan orang lain atas dirinya dan ia tetap berlaku sombong, maka pada satu titik puncaknya Allah akan mengambil paksa hartanya itu ( apakan itu lewat musibah kelalain manusia atau musibah dari alam ) yang datangnya secara tiba tiba. Sehingga dirinya di buat linglung tak berdaya dan tak tau harus berbuat apa.
Dosa yang berantai, karena kebakhilannya terhadap harta, maka ia meremehkan orang lain sehingga berlanjut kepada menolak kebenaran yang datang padanya, tak jarang yang terkadang sampai pada titik memusuhi para penghasung kebenaran.

2. Kesombongan Orang Miskin
Mungkin orang akan bisa menerima jika orang yang kaya sombong, akan tetapi orang yang sudah miskin hartanya kok sombong, lantas apanya yang bisa di buat sombong ?. Bagaimana itu bisa terjadi ?
Hal itu berawal dari tipisnya iman dan di paksa dengan keadaan. Akibat terseret arus moderenisasi yang saemuanya di tuntut serba cepat dan efisien di tambah dengan satu sistem kapitalis ribawi, seakan akan kemiskinan kian menjamur di mana mana dan modal tercentral dan di monopoli oleh segelintir orang. Tingkat pengangguran meningkat tajam dan jurang antara si kaya dan si miskin semakin menganga lebar.
Karena tuntutan perut yang tidak bisa di kompromikan lagi, maka orang banyak yang silau, sehingga menempuh segala cara. Halal atau haram ndak jadi masalah, yang penting besok bisa makan dengan layak dan bisa memiliki tempat tinggal yang layak pula. Itulah opsesi manusia yang selalu meledak ledak. Akan tetapi, ia lupa akan takdir Allah, bahwa kaya dan miskin telah di tentukan jatahnya tinggal bagaimana mengaplikasikan makna sabar dan syukur dalam kehidupan nyata.
Jika ia di karuniai kemiskinan sedangkan ia tetap bersabar dan tidak melenceng dari rel syareat, maka keuntungannya akan dapat ia raih ( bisa jadi di dunianya Allah karuniai ketenangan hidup atau bisa jadi akan Allah bayar tunai besok di akherat pahala yang berlipat ganda tentang kesabarannya sewaktu di dunia ).
Kalau bukan di landasi dengan aqidah yang benar, maka hal itu sangat sulit di realisasikan.

Ketika ada seseorang yang menasehati untuk bersabar dan jangan lupakan ibadahnya serta tetaplah mencari yang halal ( walaupun hanya sedikit ), maka kadang kita menjumpai satu pernyataan yang berangkat dari kemiskinannya: " Cari yang haram saja sudah sulit, apalagi yang halal mas dan banyak orang yang nganggur. Memangsih kalau soal tepat waktu soal ibadah ( sholat misal ) lebih seringnya molor, ya kartena tuntutan pekerjaan. Dan sudah sering berdo'a dan melakukan amal ibadah yang lain ( selain sholat 5 waktu ) akan tetapi yang saya herankan kok masih saja miskin. Dan pernah juga saya di nasehati seseorang untuk melakukan amalan ini dan ini sampai sekian dan sekian, akan tetapi hasilnya tetap aja nihil mas. Sampai saya berkesimpulan, apa yang menurut saya baik saya kerjakan."
Masih banyak orang yang memiliki pemikiran semakin ia rajin ia melakukan satu amalan, maka rizkinya akan semakin lancar ( sholat dhuha, tahajjud atau wirid tertentu yang penting bahasanya arab ia anggap baik dan dapat membuka pintu rizki ) akan tetapi usahanya untuk meraih harta ia tidak tau ilmunya dan tidak sungguh sungguh.
Jika ia tidak mengindahkan peringatan itu ( yang sebetulnya bermanfaat untuk dirinya sendiri ) dan tetap dengan keadaannya itu, maka orang seperti itulah yang di sinyalir oleh Rosulullah Saw sebagai orang yang rugi dunia dan rugi pula akheratnya.

Ibadah tidak memiliki  hubungan  kaya atau miskin. Akan tetapi ibadah kaitannya dengan hati dan jiwa.
Semakin benar dan semakin sering ia dalam beribadah ( kwalitas dan kwantitasnya semakin baik ), maka hatinya dan jiwanya akan semakin sehat dan kuat. Kuat di dalam memikul beratnya beban kehidupannya di dunia ini. Akan tetapi jika amal ibadahnya semakin melenceng dari rel syareat walaupun kelihatannya banyak atau jarang melakukan peribadatan, maka hatinya akan semakin memburuk dan mati hal itu akan berakibat lemahnya seluruh anggota tubuhnya yang lain, sehingga bebannya akan semakin berat dirasakannya dan juga kemiskinannya itu akan tetap menempel padanya.

3. Kesombongan Fir'aun Abad 21
Berbekal dengan pengakuan bahwa dirinya sebagai seorang ulilk Amri yang harus di taati di tengah tengah mayoritas Umat Islam, berdalih bahwa pengangkatan dirinya sebagai Ulil Amri sudah syah menurut sistem yang di buatnya sendiri ( tapi batal menurut kaca mata Allah dan Rosul Nya )dan berbekal tampilan luar bahwa dirinya juga seorang muslim, maka hal itu ia manfaatkan potensi umat yang sangat besar ini untuk kepentingan dirinya dan juga kroni kroninya.
Agama ia jadikan kendaraan politiknya untuk melanggengkan kekuasaannya. Dan ia sudah biasa menggalang opini public dan menyudutkan seseorang atau sekelompok orang yang berusaha membongkar borok boroknya yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rosul Nya, apakah dengan cara halus, kasar, terselubung atau terang terangan. Itulah sifat Fir'aun yang akan terus terulang dari masa ke masa, sedangkan yang berubah hanyalah para pelaku dan tempatnya saja yang berubah ubah.

Berdalih karena dirinya telah di pilih oleh rakyat ( itupun hanya yang mendukungnya atau di paksa untuk mendukungnya ) lantas ia merasa mempunyai satu kedudukan tertinggi di hadapan manusia, sehingga pada satu titik dirinya mempunyai hak untuk membuat satu perundang undangan untuk mengatur manusia dan harus di taati aturan yang telah ia buat itu.
Dirinya mencampur antara aturan aturan yang ia buat sendiri ( dengan kroni kroninya ) dengan aturan Allah dan Rosul Nya ( Al Qur'an dan As Sunah ) dengan satu alasan ini untuk kesejahteraan bersama ( padahal sejahtera hanya bisa di nikmati oleh segelintir orang saja ), dan kompilasi adonan itu harus di taati bersama ( yang berani mengingkari mendapat bonus penjara ).
Berangkat dari pemahaman yang menyimpang itulah dirinya jadi sombong. Sombong di hadapan manusia dengan merasa mempunyai hak untuk di taati perintahnya ( dengan sistem yang telah di buatnya sendiri ) dan jika ada yang berani meluruskan harus berhadapan dengan hukum yang ia buat ( beserta kroninya ), sehingga jika ada rakyatnya yang sadar tidak bisa berkutik karena terjebak dengan sistem buatan manusia itu sendiri. Dan sombong di hadapan Allah, dengan berani merampas hak Allah ( yaitu memerintah dan membuat hukum atas manusia di muka bumi ), padahal Hak memerintah dan membuat hukum atas manusia adalah hak prerogatif Allah semata.

Itulah dua kesalahan fatal yang di lakukan oleh Fir'aun abad 21, sombong atas manusia dan berani merampas Hak Allah dan Rosul Nya serta yang paling fatal adalah menipu Allah, Rosul Nya dan kaum muslimin dengan seolah olah syiar syiar Islam ia dukung akan tetapi untuk urusan hukum Islam dan penegakannya secara kaffah di persulit untuk tegak. Ironinya hal tersebut merebak di hampir negri negri yang mayoritas Islam.

Minimal 2 syarat yang harus di lakukan jika dirinya mengaku sebagai ulil amri dari ummat ini ; yaitu 1. Melaksanakan dien ( agama secara universal ) di bawah perintahannya dan 2. Melindungi dien ( agama ) dan dunia dari kerusakan dan kehancuran. Jika 2 syarat itu saja tidak mampu di lakukan, maka pengakuannya hanyalah pepesan kosong belaka dan bencana demi bencana akan di raihnya.
Itulah fenomena nyata yang terjadi di dunia Islam hari ini.


4. Hammam Abad 21
Mereka banyak membius manusia dengan pakaian yang di kenakan, dengan pandai merangkaikan kata kata dan pandai mengolah dalil sesuai dengan pesan sponsor, sehingga wajar jika ummat ini mengalami kebingungan yang parah. Hanya orang orang yang di rahmati Allah saja ( itupun hanya sedikit sekali ) yang dapat melihat dan menembus kabut fitnatus subuhat yang sangat tebal ini.Dari sanalah gelombang pasang kebid'ahan berawal dan yang haq jadi samar atau terbalik balik berawal pula.
Seharusnya dari merekalah lentera lentera penunjuk jalan yang akan di lalui setiap manusia yang berjalan menuju kecintaan dan keridhoan Allah berdiri tegak. Dan seharusnya dari merekalah yang menuntun, menunjukkan jalan dan menerangkan rambu rambu jalan menuju Allah dengan sejelas jelasnya kepada Ummat ini.
Akan tetapi karena kesombongannya, maka cahaya mereka jadi redup dan padam, sehingga jalan yang akan di lalui manusia yang berjalan menuju kecintaan dan keridhoan Allah jadi remang remang dan gelap, dan rambu rambu penunjuk jalan yang seharusnya terpampang dengan jelas jadi kabur, akibatnya ummat ini berjalan terseok seok dan meraba raba sesuai dengan akal dan nafsunya masing masing.

Karena bersikap tergesa gesa ( hanya karena ingin cepat cepat melihat hasil dari dakwahnya ), kurang jelinya dalam melihat sunah dakwah para Nabi dan Rosul sehingga mereka banyak yang terjebak dengan permainan musuh musuh Allah dan Rosul Nya ( baik itu dari kalangan jin atau manusia ).
Ia datangi pintu pintu penguasa, dengan beralasan falsafah memegang ular ( jika yang di pegang kepalanya pasti ekornya juga akan ikut ), silau dengan gemerlapnya dunia dan silau dengan banyaknya pengikut, maka wajar jika ia dulunya bersuara lantang dan tegas, sekarang suaranya parau dan tidak bersuara lagi. Dulunya taring dan kukunya tajam mencengkeram satu kebenaran, maka lambat laun jadi lemah dan ikut larut di dalam permainan musuh musuh Allah dan Rosul Nya. Reputasinya jadi jatuh di mata musuh dan di mata Ummat itu sendiri.
Dirinya sombong ketika ada saudaranya yang dengan ikhlas mengingatkan dirinya yang telah menyimpang dari rel dakwah tauhid untuk mau kembali ke rel semula, ia anggap angin lalu saja, hanya karena dirinya telah terlanjur di sebut Kyiai Haji, seorang ustd atau da'i sejuta ummat atau seorang masyayikh sekalipun. Itulah tipu daya iblis atas ulama' ummat hari ini dan fenomena kesombongan Hammam abad 21.

5. Noda Al Kibr di Tengah tengah Aktivis Islam 
Jauhnya perjalanan, lamanya perjalanan, sulitnya medan dan juga beratnya beban yang harus di pikul diatas pundak pundak seorang pegiat amal islami, sudah seharusnya ia sadar bahwa dirinya tidak mungkin berjalan dan bergerak sendiri. Akan tetapi dirinya membutuhkan kontribusi kontribusi amal islami dari sesama pegiat amal Islami yang lain.
Mengapa demikian, karena fitrah manusia itu di ciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial dan hidup secara berkelompok.
Untuk urusan duniawiyah saja seseorang pasti butuh uluran tangan orang lain, akan tetapi untuk urusan yang sangat besar dan penting pasti ia lebih sangat membutuhkan bantuan yang lain untuk memenuhi hajatnya itu. Urusan yang sangat besar dan penting itu adalah menegakkan dien ( agama ) yang terwujud dengan tegaknya seluruh hukum hukum Allah di dalam seluruh lini kehidupan manusia.
Di dalam merealisasikan tujuannya yang besar dan penting untuk segera di realisasikan dalam kehidupan nyata maka, di butuhkan keseriusan, kerja sama dan dukungan dari semua fihak yang bekerja dengan ikhlas untuk meraih kecintaan dan keridhon Allah demi kejayaan dan kemulyaan Islam dan kaum muslimin.

Sudah seharusnya para pegiat amal islami bekerja saling topang menopang satu dengan yang lainnya dan tidak saling bangga membanggakan satu dengan yang lainnya. Ibarat sebuah bangunan, sebuah bangunan dapat berdiri dengan tegak pasti ada unsur unsur material yang mendukung di dalamnya. Di sana ada pasir, semen, batu, besi, kayu dan yang lainnya, yang kesemuanya itu saling mengisi kekurangan masing masing dan saling menguatkan satu bahan dengan bahan yang lainnya. Tanpa ada pasir, sebuah rumah tidak dapat tegak berdiri. Tanpa kayu, sebuah bangunan belum layak di sebut sebagai rumah.
Begitu pula dengan para pegiat amal Islami di dalam ia bekerja untuk kemulyaan Islam demi tegaknya syareat Allah di muka bumi. Para pegiat amal Islami bekerja mengumpulkan beberapa unsur unsur penunjang berdirinya sebuah bangunan Islam, yang wujudnya bangunan Islam itu adalah sebuah kekhilafahan Islamiyah menurut manhaj Rosulullah yang di dalamnya seluruh hukum hukum Allah dapat tegak secara universal atas seluruh lini kehidupan manusia.

Ada yang bekerja dalam bidang pendidikan, ada yang bekerja di bidang dakwah, ada yang bekerja di bidang ekonomi, dan ada yang bekerja di bidang jihad fie sabilillah, yang satu dengan yang lainya saling membutuhkan.
Wajar jika Islam hari ini mengalami kemunduran karena para pegiat amal islami satu dengan yang lainnya saling membanggakan diri. Yang bekerja di bidang pendidikan merasa telah melakukan satu sumbangsih yang besar kepada Islam, dengan memicingkan sebelah mata kepada kepada pegiat amal Islami yang lainnya ( di bidang jihad misal ) mungkin dengan mengucapkan " mereka ( yang bekerja pada ladang amal jihad ) telah merusak tatanan yang telah di rancang dan di buat oleh dirinya ( yang bekerja pada amal pendidikan )." Itulah satu kesombongan yang di lakukan oleh para pegiat amal Islami, sehingga Islam mengalami keterpurukan.
Bangga dengan bendera yang di bawa oleh masing masing para pegiat amal Islami, sehingga wajar jika ummat Islam terkotak kotak dan mudah di gulung kekuatannya oleh musuh Islam.
Jika ada saudaranya dengan ikhlas mengingatkan untuk memperbaiki amal amal mereka, mereka menyombongkan diri, merasa status keilmuannyanya telah tinggi ( ustad, Lc, atau yang lain ) dan merasa telah banyak makan asam garam, maka peringatannya itu ia anggap angin lalu, sehingga pada satu titik ada yang berhenti dari amal islami dan ada juga yang membelok 180 derajad ( dalam ia beramal malah menguntungkan musuh musuh Islam ).

Itulah fenomena kesombongan yang di lakukan oleh para pegiat amal Islami hari ini.
Jadi sombong bukanlah satu sifat yang remeh. Kesombongan dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Wajar saja jika Rosulullah memperingatkan dengan keras bahwa orang yang memiliki sifat sombong walaupun hanya sebiji dzarrah di ancam dengan tidak masuk Jannah.
Dan akhirnya marilah kita kikis sedikit demi sedikit sifat sombong dari hati kita, agar amal amal sholeh yang telah kita usahakan dengan susah payah jadi sia si