>

Total Tayangan Halaman

Selasa, 22 Februari 2011

KEPEMIMPINAN .....( bagian 1 )

Kelayakan seorang Pemimpin


Islam adalah dien untuk seluruh umat manusia , yang dengannya seorang manusia diarahkan dan di bimbing bagaimana menapaki kehidupannya di muka bumi juga kehidupannya setelah mati ( kehidupan di akherat ) . Hanya dienul Islamlah  ( agama ) yang dapat menjawab seluruh persoalan yang di hadapi manusia , baik itu dalam sekala yang kecil dan remeh sampai urusan yang sangat besar dan penting ( ada jawabanya dalam Islam ) . Hal itu menandakan bahwa dienul Islam adalah satu agama dari Rabb seluruh  manusia . Diantara persoalan yang di hadapi manusia dan persoalan tersebut sangat penting dan besar adalah persoalan tentang kepemimpinan . Dalam hal ini Islam telah mengatur dan memberikan satu cara kepada manusia , bagaimana criteria mengangkat seorang pemimpin . Bagaimanakah sebenarnya Islam memandang kepemimpinan itu ?? bagaimana pula kriteria pemimpin dalam itu ?? Layakah mereka menjadi pemimpin satu negri yang mayoritas rakyatnya itu muslim ?? . Itulah beberapa pertanyaan yang ada dalam benak kaum muslimin khususnya hari ini



Kewajiban Mengangkat Pemimpin 


Kepemimpinan memang sesuatu yang sangat penting dalam Dienul Islam . Tidak ada perselisihan diantara para ulama' Islam tentang kewajiban mengangkat seorang pemimpin , kecuali sebagian dari golongan Khawarij dan Mu'tazilah . Banyak dalil yang menerangkan tentang wajibnya menegakkan khalifatullah dimuka bumi . Allah Azza Wajalla berfirman :
" Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi " . ( QS : Al Baqarah 30 ) 
Al Qurtubiy menjelaskan , " Ayat ini adalah dasar dalavm mengangkat imam dan khalifah yang dengannya di dengar dan di taati , agar persatuan berkumpul denganya dan hukum hukum khalifah di terapkan denganya . Tidak ada perbedaan atas wajibnya hal tersebut diantara umat dan tidak pula diantara para imam ". ( Tafsir Al Qurtubiy 1/264 ) 

Allah Ta'ala berfirman : 
" Hai orang orang yang beriman , taatilah Allah dan taatilah RasulNya , dan ulil amri di antara kamu " . ( QS : An Nisaa' 59 ) 
Pada ayat tersebut menerangkan bahwa Allah Azza Wajalla mewajibkan kepada kaum muslimin untuk mentaati ulil amri . Perintah untuk taat tersebut menunjukan bahwa wajib hukumnya mengangkat ulil amri ( seorang pemimpin ) . Karena Allah Ta'ala tidak mungkin mewajibkan kaum muslimin untuk taat kepada sesuatu yang tidak ada . 
Imam Al Mawardi rahimahullah berkata : " Mengangkat imam bagi orang yang mampu menegakkannya di tengah umat adalah wajib dengan berdasarkan ijma' ( kesepakatan para ulama' ) " . ( Al Ahkam As Sulthaniyah , Imam Al Mawardi hal 3 ) 

Al Haisamiy rahimahulah juga berkata : " Ketahuilah bahwa para sahabat Rosulullah Saw telah sepakat bahwa mengangkat imam ( pemimpin ) setelah berlalunya masa kenabian adalah wajib , bahkan mereka radhiallahuanhum menyibukan diri dengannya ( mencari pengganti setelah Rasulullah wafat ) dari pada penguburan Rasulullah Saw " . ( Ash Shawaiq Al Mukarriqah , Imam Al Haisamiy , hal 17 ) 
Berkenaan dengan kepemimpinan , Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : " Wjib diketahui bahwa kepemimpinan urusan manusia adalah termasuk kewajiban terpenting dien ini ( Islam ) , bahkan dien ini tidak bisa tegak kecuali dengannya " . 

Jadi mengangkat pemimpin dalam Islam memang sesuatu yang wajib dilakukan . Kaum muslimin harus mempunyai seorang pemimpin yang mengatur urusan agama dan dunia mereka . Namun seperti apakah kriteria seorang pemimpin yang harus kita pilih ?? Cukupkah seseorang yang hanya mengaku beragama Islam saja , sedangkan ia sendiri tidak mau tunduk terhadap hukum hukum Allah merupakan syarat menjadi seorang pemimpin ?? Berikut beberapa kriteria pemimpin dalam Islam .  

Kriteria Seorang Pemimpin Dalam Islam  

 1. Islam 

Keislaman merupakan syarat wajib yang harus di miliki seorang pemimpin bagikaum muslimin . Baik itu kepemimpinan di sebagian wilayah kaum muslimin ( gubernur ) maupun seluruh wilayah kaum muslimin keseluruhan . Allah Ta'ala berfirman : 
" Dan Allah sekali kali tidak akan memberi jalan kepada orang orang kafir untuk menguasai orang orang beriman " . ( QS : An Nisa' 141 ) 
Dalam ayat yang lain Allah berfirman :
" Hai orang orang yang beriman , taatilah Allah dan taatilah RasulNya dan ulil amri diantara kamu " . ( QS : An Nisaa' 59 ) 
DR . Muhamad Al Khalidin berkata : " Tidak terdapat kalimat ulil amri ( pemimpin ) kecuali di sertai dengan kalimat " dari kalangan kaum muslimin " . Maka hal ini menunjukkan satu syarat yang harus di penuhi bagi seorang ulil amri adalah seorang muslim ( tidak boleh tidak ) " .

2. Laki laki

Para ulama' telah sepakat bahwa diantara syarat seorang pemimpin adalah laki laki . Maka wanita tidak boleh menjadi seorang pemimpin bagi kaum muslimin ( apapun alasanya ) . Hal ini berdasarkan hadits Nabi dari Abu Bakrah , ketika Nabi Saw mendengar bahwa Persi di pimpin oleh seorang wanita , maka beliau bersabda : 
" Suatu kaum tidak akan pernah beruntung jika yangmemimpin mereka seorang wanita ". ( HR. Bukhari ) 

Rasulullah Saw telah menyampaikan bahwa seorang wanita kurang dari segi akal dan agamanya . Sedangkan sebuah kepemimpinan membutuhkan kesempurnaan keduanya . Berkenaan kurangnya kesempurnaan akal dan agama bagi wanita , Abu Sa'id Al Khudri r.a meriwayatkan bahwa Rosulullah berabda : " Tidak pernah saya melihat manusia yang begitu kurang akal pikiranya dan kurang dalam hal agamanya sehingga menggoyahkan hati lelaki yang berhati teguh dan sangat besaar penipuannya yang melebihi salah seorang dari kamu semua , hai segenap kaum wanita " .Mereka bertanya , " Apa kekurangan agama dan akal  kami Wahai Rosulullah ?? " Beliau balik bertanya , " Bukankah kesaksian wanita itu separuh dari kesaksian seorang laki laki ? " Mereka menjawab ' Benar ' Beliau bersabda , " Itulah diantara kekurangan akalnya . Bukankah wanita itu apabila haidh ia tidak mengerjakan shalat dan tidak berpuasa ? " Mereka menjawab , ' Benar ' Beliau bersabda , " Itulah diantara kekurangan agamanya " . ( Muttafaqun 'alaihi ) 

3. Berilmu  

Seorang pemimpin harus berilmu , baik itu ilmu yang berkaitan dengan dunia maupun ilmu yang berkaitan dengan agama . Namun ilmu tentang agama lebih di tekankan dan di utamakan . Karena dengan ilmu seorang pemimpin dapat mengemban tugasnya dengan baik . Banyak sekali ayat ayat yang berkenaan dengan hal ini . Allah Ta'ala berfirman tentang kepemimpinan Thalut ; 
" Nabi mereka mengatakan kepada mereka : " Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi Rajamu " Mereka menjawab ; " Bagaimana Thalut memerintah kami , padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan dari padanya , sedangkan ia tifak di berikan kekayaan yang banyak ? " ( Nabi mereka ) berkata : " Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi Rajamu dan menganugrahi Ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa " . ( QS : Al Baqarah 247 ) 
Allah Azza Wajala lebih mengutamakan orang yang berilmu dari pada orang yang tidak berilmu , sebagaimana firman Allah : 
" Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantara kamu dan orang orang yang di beri ilmu pengetahuan beberapa derajat " . ( QS : Al Mujadilah 58 ) 

4. Al 'Adalah ( adil ) 

Seorang pemimpin haruslah mempunyai sifat adil , yaitu menjauhi dosa dosa besar maupun dosa dosa kecil dan tidak berlebih lebihan dalam hal yang mubah . Adil merupakan cerminan dari akhlaq , ketakwaan , wara' , jujur , amanah dan menjaga kewajiban kewajiban syar'i . 
Imam Al Qurtubi berkata , : " Tidak ada perselisihan dikalangan kaum muslimin , bahwa kepemimpinan tidak boleh di serahkan kepada orang fasik ( pelakukemaksiatan ) " . ( Al Jami' Li Ahkam Al Qur'an ) 
Allah Ta'ala berfirman : 
" Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia . " Ibrahim berkata : " ( dan saya mohon juga ) dari keturunanku " . Allah berfirman : " Janji Ku ( ini ) tidak mengenal orang orang yang dholim " . ( QS : Al Baqarah 124 )

imam Asy Saukani berkata : " Sebagian dari ahlul ilmi berdalil dengan ayat ini bahwa , seorang pemimpin harus dari kalangan orang orang yang adil dan melaksanakan perintah perintah syar'i . Namun jika ia menyimpang dari itu semua , maka ia adalah orang yang dhalim " . 
az Zamakhsyari ketika menafsirkan ayat ini berkata : " Para ulama' berkata ,' Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa seorang yang fasik tidak pantas menjadi pemimpin . Bagaimana ia akan jadi pemimpin sedangkan ia tidak boleh menghakimi , bersaksi , tidak wajib di taati , tidak di terima beritanya dan tidak pantas di jadikan imam shalat " . ( Al Kasyaf ) 
5. Pribadi yang Tangguh

Pemimpin harus memiliki kepribadian yang tangguh dan bermental baja . Ia harus berani menegakkan hudud ( hukum hukum Allah ) , mengobarkan peperangan dan menyeru rakyatnya untuk membela agama .Di samping itu ia juga harus pandai mengatur urusan politik dan kenegaraan sehingga agama Islam tetap terjaga dan wilayahnya tetap utuh . 
Rasulullah Saw bersabda kepada Abu Dzar ketika dia meminta untuk diangkat menjadi seorang pemimpin , " Wahai Abu Dzar Sesungguhnya engkau lemah sedangkan kepemimpinan merupakan amanah . Pada hari kiamat kepemimpinan akan menjadi kehinaan dan penyesalan kecuali orang yang mempergunakannya sesuai haknya dan melaksanakannya sesuai yang di perintahkan " . ( HR . Muslim ) 

6. Mampu Secara Jasmani 

Seseorang yang cacat fisiknya hingga mempengaruhi dalam berfikir dan berbuat , tidak layak menjadi seorang pemimpin . Seperti buta , bisu , tuli adalah cacat yang mempengaruhi dan mengurangi dalam berfikir . Sedangkan hilangnya kedua tangan dan kedua kaki akan mengurangi kelincahan dalam bergerak , selain itu mengurangi kewibawaan seorang pemimpin . 
Al Qur'an telah mengisyaratkan akan hal ini , yaitu ayat tentang kisah Thalut , Allah berfirman : 
" Sesungguhnya Allah telah memilihnya ( Thalut ) menjadi rajamu dan menganugrahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa " . ( QS : Al Baqarah 247 ) 
Dalam ayat diatas di sebutkan , Allah memilih Thalut untuk menjadi raja bagi orang orang Yahudi . Kemudian Allah menganugrahkan ilmu dan fisik yang kuat . Hal ini mengindikasikan bahwa seorang raja juga harus mempunyai dua sifat diatas , yaitu berilmu dan kuat fisiknya .
Setidaknya seorang pemimpin mampu mengemban tugasnya yang paling mendasar . adapun tugas seorang pemimpin yang paling mendasar adalah : 
1. Menegakkan agama
Menegakkan agama meliputi dua hal , yaitu : 
a. Menjaga agama , hal ini mencakup :
. Menyebarkan dan mendakwahkan agama dengan tulisan , lisan dan dengan kekuatan senjata .
. Mencegah syubhat , kebatilan dan kemusyrikan serta kemaksiatan .
. Menjaga wilayah kaum muslimin dan menjaga perbatasan hingga kaum muslimin merasa aman terhadap agama , jiwa , harta dan kehormatannya .
b. Melaksanakan perintah agama   
Sedang melaksanakan perintah agama mencakup ; 
. Menegakkan syareat , hudud dan melaksanakan hukum agama dalam pemerintahannya .
. Mengajak manusia untuk melaksanakan perintah agama Islam .
2. Mengatur dunia dengan ( aturan ) agama  
Yaitu dengan menerapkan hukum yang diturunkan oleh Allah dalam kehidupan manusia . Maka hasil yang akan di capai nantinya dari menerapkan hukum adalah : 
.. Keadilan dan hilangnya kedzaliman 
. Kesatuan barisan kaum muslimin dan tidak berpecah belah 
. Terlaksananya kepemimpinan di muka bumi dengan mengerjakan hal hal yang bermanfaat bagi agama Islam dan kaum muslimin .
Demikianlah diantara tugas tugas pemimpin dalam agama Islam . Sehingga seorang pemimpin haruslah mempunyai kemampuan baik jasmani maupun rohani untuk melaksanakan tugas tugas tersebut . Namun jika seorang pemimpin tidak mampu mengemban tugas ini , maka ia tidak layak menjadi seorang pemimpin . Dan haruslah di serahkan kepada yang ahlinya .

7. Tidak rakus terhadap kepemimpinan    

Pemimpin merupakan amanah yang harus di tunaikan dengan baik . Jika seseorang mengetahui betapa besar tanggung jawab menjadi seorang pemimpin , tentulah ia tidak akan pernah meminta untuk menjadi seorang pemimpin . Karena diakherat kelak seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya .
Di riwayatkan dari Ibnu Umar r.a ; Dari Nabi Muhammad Saw bahwa beliau bersabda : 
" Ketahuilah ! Masing masing kamu adalah pemimpin , dan masing masing kamu akan di mintai pertanggung jawaban terhadap apa yang di pimpin . Seorang raja yang memimpin rakyat adalah pemimpin , dan ia akan dimintai pertanggung jawaban terhadap yang dipimpinnya " . ( HR . Muttafaqun 'alaihi ) 

Seseorang yang berambisi terhadap kepemimpinan tidak layak untuk menjadi pemimpin . Karena pemimpin yang demikian tidak memahami beratnya tanggung jawab dan hanya memikirkan haknya sebagai seorang pemimpin . Secara tegas Rasulullah melarang memberikan kepemimpinan kepada orang yangberambisi terhadap kepemimpinan . 
Sebagaimana di riwayatkan dari Abu Musa r.a , ia berkata :" Aku menemui Nabi Saw bersama dua orang laki laki anak pamanku . Seorang dari keduanya berkata : Wahai Rosulullah angkatlah kami sebagai pemimpin atas sebagian wilayah kekuasaanmu yang telah di berikan Allah Azza Wajalla ! yang satu lagi juga berkata seperti itu . Lalu Rosulullah Muhammad Saw bersabda ; " Demi Allah , kami tidak akan mengangkat seorangpun yang meminta sebagai pemimpin atas tugas ini dan tidak juga seorang yang berambisi memperolehnya " . ( Muttafaqun 'Alaihi )

Sufyan Ats Tsauri berkata : " jika kamu melihat seorang laki laki untuk diangkat sebagai pemimpin maka akhirkanlah dia ( jangan kau angkat ) " .
Namun jika seseorang mengajukan dirinya sebagai pemimpin dan terdapat kemaslahatan secara syar'i , maka hal itu di perbolehkan . seperti , ia seorang yang ahli dalam kepemimpinan sedangkan pemimpin sebelumnya telah meninggal dan tidak ada yang menggantikannya sehingga hal tersebut di takutkan akan terjadi fitnah di tengah tengah umat .
Walaupun demikian , akan tetapi sebenarnya masih banyak kriteria kepemimpinan dalam Islam selain yang telah di sebutkan diatas . Seperti , berakal , baligh dan merdeka ( bukan budak ) . Namun diantara calon calon pemimpin negri negri Islam semua telah memenuhi tiga syarat tersebut . Karena diantara mereka tidak ada yang masih anak anak , dan belum baligh , semua berakal , tidak gila dan mereka juga merdeka bukanlah seorang budak .
Walaupun demikian ketiga syarat tersebut belumlah cukup untuk memenuhi syarat menjadi seorang pemimpin . Sehingga seorang pemimpin minimal harus memenuhi ketuju syarat diatas .

Wallahu a'lam Bishawwab      

Jumat, 18 Februari 2011

Tasawuf Sufi Tareqat ( bagian 3 )

Melacak Kesesatan Aqidah Tasawuf
" Seandainya seorang menjadi sufi pada awal siang , maka tidaklah sampai waktu ( dhuhur ) kecuali ia telah menjadi orang yang bodoh " . ( Imam Syafi'i ) 


Dewasa ini wacana tentang dunia tasawuf sebagai alternatif untuk mencapai ketenangan hidup kembali merebak . Hal ini di perkuat dengan banyaknya publik figur dari kalangan artis , budayawan yang mengambil jalan sufi sebagai pedoman hidup mereka . Ini semua mereka jalani setelah kejenuhan hidup mulai menerpa dan rasa tenang dan tentram yang tidak dapat di rasakan dari harta mereka , namun alih alih mendapatkan ketenangan hidup , justru mereka tengah menuju ambang kesesatan yang nyata . 

Indikasi sesatnya ajaran tasawuf sendiri telah nampak dari samarnya sejarah penamaan ajaran ini dari sisi etimologi ( padahal salah satu bentuk sesuatu dianggap benar jika bisa di runtut sejarahnya dari awal atau landasannya jelas ) . Para ulama' juga berbeda pendapat dari mana awal kata sufi itu sendiri berasal . Awal dari pintu kesesatan mereka adalah adanya sikap ghuluw ( berlebih lebihan ) baik itu dalam peribadatan maupun ghuluw dalam mempoisikan seorang ulama' .

Ibnu Taimiyah berkata : " Orang orang ahli tasawuf dalam beragama dan mendekatkan diri kepada Allah Azza wajalla berpegang teguh pada suatu pedoman seperti pedoman yang di pegang oleh orang orang Nasrani . Yaitu ucapan ucapan yang tidak jelas maknanya , dan cerita cerita yang bersumber dari orang yang tidak di kenal kejujuranya , kalaupun ternyata mereka tersebut jujur , tetap saja dia bukan seorang( Nabi / Rasul ) yang terjaga dari kesalahan , maka ( demikian pula yang di lakukan orang orang ahli tasawuf ) mereka menjadikan para pemimpin dan guru mereka sebagai penentu / pembuat syareat agama bagi m e r e k a , sebagaimana orang orang Nasrani menjadikan para pendeta dan rahib rahib mereka sebagai penentu / pembuat syareat agama bagi mereka " .

Pemikiran pemikiran Tasawuf dan Bantahannya  

Istilah sufi belum banyak di kenal pada masa sahabat dan mulai muncul pada masa tabi'in tepatnya setelah abad 2 Hijriyah . Yangbanyak di pengaruhi oleh pemikiran pemikiran para ulama' mereka , diantaranya Ibnu Arabi , Al Hallaj , Rabi'ah Al Adawiyah dan lain lainya . Beberapa ajaran mereka antara lain .

1. Wihdatul Wujud  yakni keyakinan bahwa Allah menyatu dengan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini . Demikian juga Al Hullul , yakni keyakinan bahwa Allah dapat menjelma dalam bentuk tertentu dari makhlukNya ( inkarnasi ) . Al Hallaj seorang dedengkot sufi berkkata : " Kemudian Dia ( Allah ) menampakkan Diri kepada makhlukNya dalam bentuk orang , makan dan minum " . ( dinukil dari Firaq al Mua'shirah , karya Dr . Ghalib bin 'Ali Iwaji 2/600 ) .
Hal ini terbantahkan dengan firman Allah : 
" Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah , dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat " . ( QS : Asy Syura 11 ) 
dan firman Allah :
" Berkatalah Musa ; " Wahai Rabbku nampakkanlah ( Diri Engkau ) kepadaku agar aku dapat melihatMu " . Allah berfirman : " Kamu sekali kali tidak akan sanggup melihatKu ....." . ( QS : Al A'raaf 143 ) 
2. Keyakinan kafir bahwa Allah adalah makhluk dan makhluk adalah Allah , masing masing saling menyembah kepada yang lainya .
Ibnu 'Arabi berkata : " Maka Allah memujiku dan akupun memujiNya . Dan Dia menyembahku dan akupun menyembahNya " . ( Al Futuhat Al Makkiyyah ) 

Padahal Allah Azza Wajalla telah berfirman : 
" Dan tidaklah Aku menciptakan Jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu " . ( QS : Adz Dzariyat 56 ) 
dan juga Firman Allah Ta'ala : 
" Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi , kecuali akan datang kepada Allah Yang Maha Pemurah dalam keadaan sebagai hamba " . ( QS : Maryam 93 )

3. Keyakinan tidak ada bedanya antara agama agama yang ada   
Ibnu 'Arabi berkata : " Sebelumnya aku mengingkari kawanku yang berbeda agama enganku . Namun kini hatiku bisa menerima semua keadaan ,tempat gembala rusa dan gereja pendeta , tempat berhala dan Ka'bah , lembaran lembaran Taurat dan Mushaf Al Qur'an " . 
Jalaludin Ar Rumi , seorang tokoh sufi yang kondang , berkata : " Aku seorang muslim , tapi aku juga seorang Nasrani , Brahmawi , dan Zuradasyti . Bagiku , tempat ibadah adalah sama .... Masjid , Gereja atau tempat tempat berhala " .
Padahal Allah Azza wajalla berfirman : 
" Dan barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam , maka sekali kali tidak akan di terima 9 agama itu ) dari padanya . Dan dia di akherat termasuk orang orang yang merugi " . ( QS : Ali Imran 85 ) 
4. Bolehnya menolak hadits yang jelas jelas shohih
Ibnul 'Arabi berkata : " Kadangkala suatu hadits shahih yang diriwayatkan oleh para perawi perawinya , tampak hakikat keadaannya oleh seorang mukasyif ( sufi yang mengetahui ilmu ghaib dan batin ) . Ia bertanya kepada Nabi secara langsung : " Apakah engkau mengatakannya ? " Maka beliau mengingkarinya seraya berkata : " Aku belum pernah mengatakannya dan belum pernah menghukuminya dengan shahih ". Maka ketahuilah , dari sini lemahnya hadits tersebut dan tidak bisa di amalkan sebagaimana keterangan dari Rabbnya walaupun para ulama' mengamalkannya berdasarkan isnadnya yang shahih " . ( Al Futuhat Al Makkiyah ) 
5. Pembagian Ilmu menjadi Syareat dan Hakekat
Di mana bila seseorang telah sampai pada tingkatan hakekat berarti dia telah mencapai martabat keyakinan yang tinggi kepada Allah . Oleh karena itu , menurut keyakinan sufi , gugur baginya segala kewajiban dan larangan dalam agama ini .Mereka berdalil dengan firman Allah dalam Al Qur'an surat Al Hijr 99
yang mana mereka terjemahkan dengan : " Dan beribadahlah kepada Rabbmu hingga datang keyakinan " .

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : " Tidak di ragukan lagi oleh ahlul ilmi dan iman , bahwa sanya perkataan tersebut termasuk perkataan yang sebesar besar kekafiran dan yang paling berat . Ia lebih jahat dari perkataan Yahudi dan Nasrani , karena Yahudi dan Nasrani beriman dengan sebagian Al kitab dan mengkufuri sebagianlainya . Sedangkan mereka adalah orang orang kafir yang sesungguhnya ( karena mereka berkeyakinan dengan sampainya kepada martabat . Hakikat tidak ada lagi keterkaitan dengan kewajiban dan larangan dalam agama ini ) " . ( Majmu' Fatawa 11/401 ) 
Beliau juga berkata ( Ibnu Taimiyah ) : " adapun pendalilan mereka dengan ayat tersebut , maka justru menjadi bumerang bagi mereka . Al Hasan Al Basri berkata ; " Sesungguhnya Allah tidak menjadikan batas akhir beramal bagi orang orang beriman selain kematian ", kemudian beliau membaca Al Qur'an surat Al Hijr 99 yang artinya ' Dan beribadahlah kepada Rabbmu hingga datang kepadamu kematian " .
Beliau melanjutkan : " Dan bahwasanya Al Yaqin di sini bermakna kematian dan setelahnya , dengan kesepakatan ulama' kaum muslimin ( Ijma' ulama' ) " . ( Majmu' Fatawa 11/418 ) 

6. Keyakinan bahwa ibadah kepada Allah  itu bukan karena takut dari adzab Allah dan bukan pula mengharap Jannah
Padahal Allah Azza wajalla berfirman :
" Dan peliharalah diri kalian dari an naar ( api neraka ) yang disediakan untuk orang orang kafir " . ( QS : Ali Imran 131 ) 
Dan juga firman Allah yang lainnya : 
" Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada Jannah ( surga ) yang luasnya seluas langit dan bumi yang di sediakan untuk orang orang yang bertaqwa " . ( QS : Ali Imran 133 ) 

7. Dzikirnya orang orang awam adalah Laa ilaha Ilalah , sedangkan dzikirnya orang orang khusus dan paling khusus adalah Allah , Huwa dan Hu saja .
Padahal Rosulullah Muhammad Saw bersabda : " Sebaik baik dzikir adalah Laa Ilaha Ilallah " .( HR . At Tirmidzi , dari sahabat Jabir bin Abdullah r.a , di hasankan oleh Syeikh Al Albani dalam Al Jami' no 1104 ) 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : " Dan barang siapa yang beranggapan bahwa Laa Ilaha Ilallah adalah dzikirnya orang awam , sedangkan dzikirnya orang orang khusus dan paling khusus adalah Huu , maka ia seorang yang sesat dan menyesatkan " . ( Risalah Al 'Ubudiyah , hal 117 - 118 , di nukil dari Haqiqatut Tasawuf hal 13 ) 

8. Keyakinan bahwa orang orang sufi mempunyai Ilmu kasyaf ( yang dapat menyingkap hal hal yang tersembunyi dan ilmu ghaib )  
Allah mendustakan klaim mereka dalam firman Allah : 
" Katakanlah tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui hal hal yang ghaib kecuali Allah " . ( QS : An Naml 65 ) 

9. Keyakinan bahwa Allah menciptakan Nabi Muhammad dari nur / cahayaNya , dan Allah ciptakan segala sesuatu dari cahaya Nabi Muhammad Saw
Padahal Allah Azza wajalla berfirman : 
" Katakanlah ( wahai Muhammad ) Sesungguhnya aku ( diri Nabi ) hanyalah seorang manusia seperti kalian , yang di wahyukan kepadaku ... " . ( QS : Al Kahfi 110 ) 
Dan Firman Allah yang lain :
" ( Ingatlah ) ketika Rabbmu berfirman kepada para Malaikat : " Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah liat " . ( QS : Shaad 71 ) 
10. Keyakinan bahwa Allah menciptakan dunia ini karena Nabi Muhammad .
Padahal Allah Ta'ala berfirman :
" Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu " . ( QS : Adz Adzariyat 56 ) 
Itulah klaim klaim dusta mereka selama ini , yang mereka jajakan kepada umat hari ini , sehingga umat Islam semakin bertambah bingung dengan Islamnya di tambah lagi dengan beban dari penindasan dari orang orang kafir terhadap orang Islam . Semoga dengan tulisan yang sederhana ini dapat mendudukkan permasalahan ini ( Tasawuf Sufi dan Tareqat ) pada tempatnya sesuai dengan kaca mata syareat , sehingga kita dapat beramal sesuai dengan ilmu yang benar bukannya atas dasar persangkaan atau pendapat kebanyakan orang .
Wallahu 'Alam Bisshowwab

Rabu, 16 Februari 2011

Tasawuf Sufi Tareqat ( bag 2 )

Peran Sufi dalam Melemahkan jihad 

Diantara kelompok bid'ah dan aliran menyimpang yang dapat menyesatkan umat dari jalan yang haq di negri ini adalah aliran sufi , tasawuf atau tariqat . Keberadaannya di negri ini masih eksis dan kuat , bahkan tidak sedikit dari cendekiawan muslim , baik itu yang tamatan Timur Tengah , maupun tanah aigr yang beraliran sufi dan tasawuf .

Dengan berbagai macam bentuk dzikir , tahlilan , yasinan , shalawatan , wirid serta munajat munajat lainnya , mereka mengajak umat untuk menjadi seorang sufi ( ahli tasawuf ) yanghebat dan sampai pada tingkatan wihdatul wujud . Lantas bagaimanakah dengan Jihad ? yang merupakan salah satu syareat Allah dari sekian banyak syareat , dan para fuqaha' ( ahli fiqih ) membuat satu bab tersendiri di dalam kitab kitab fiqih mereka dengan judul Kitabul Jihad atau Kitab As Siyar wal Maghazi . Kalau  ( di bagian petama ) telah disinggung sedikit peran mereka merusak dan mengorak arik tatanan ibadah kaum muslimin , maka pada pembahasan ini kita akan mencermati peran mereka dalam melemahkan Jihad kaum muslimin .

Jihad dalam kacamata sufi  

Salah satu situs resmi sufi terbesar di Indonesia dengan nama www.sufinews.com pernah menampilkan satu makalah dengan judul ' memerangi hawa nafsu ' yang ditulis oleh Dr . Javad Nurbakhsy. Beliau menyatakan 
" Istilah mujahadah berarti berperang atau berjuang . Dalam terminologi sufi , istilah ini , berarti ' memerangi nafsu melalui pengendalian semua keinginan keinginan nafsu dan mengubah karakter karakternya yang tercela , menjadikarakter karakter yang terpuji . Beberapa syeikh sufi telah memberikan perhatian yang khusus dalam memerangi hawa nafsu untuk mereka yang baru mengikuti tareqat , da berpendapat jika perang seperti ini tidak dilakukan dari awal , maka tidak ada yang akan di capai melalui tariqa tersebut " .
Beliaujuga menuliskan 

' Memerangi nafu harus dilakukan semata karena Allah , bukan karena harapan atau keinginan terhadap penyingkapan tabir pandangan atau  karomah tertentu . Imam ja'far Shadiq berkata ,' Dia yang melakukan perang terhadap nafsu untuk tujuan nafu bisa saja mendapatkan karomah , tetapi dia yang melakukan hal ini karena Allah , maka akan mencapai kedekatan dengan Allah . Rosulullah bersabda " Orang yang berperang adalah orang yang memerangi nafsunya karena Allah " ,  dan " Kita telah kembali dari perang kecil menuju ke perang yang lebih besar " . Ketika di tanya apakah perang yang lebih besar itu beliau menjawab " Memerangi nafsu " . 
Rosulullah menganggap perang terhadap nafsu lebihmulia dari pada berperang di medan perang , karena perang tersebut adalah suatu perang yang lebih sukar . Maka ketahuilah bahwa perang terhadap hasrat nafsu merupakan suatu perjuangan yang sangat penting dan mulia " .

Dari apa yang dikemukakan oleh Dr . Javad Nurbakhsy diatas , dapat kita cermati bahwa : 
1. Kata jihad menurut sufi hanyalah sebatas  perang melawan hawa nafsu dan bukan perang di medan perang atau di medan laga . 
2. Jihad yang paling besar kalau menurut sufi adalah jihad melawan hawa nafsu . Dan ini lebih mulia dan lebih sukar dari jihad di medan peperangan 
Pernyatan Dr. Javad Nurbakhsy diatas merupakan pendapat mayoritas sufi baik dulu maupun sekarang . Dan Hadits ' Kita kembali dari jihad kecil menuju jihad besar ' merupkan hadits palsu yang sangat populer di tengah tengah kaum muslimin dan khususnya di tengah tengah orang sufi ( Imam Ibnu Hajar ketika mengomentari perowi hadits ini yang bernama Yahya bin 'ala' berkata : " Beliau adalah yang tertuduh suka memalsukan hadits " . Imam Ahmad bin Hambal berkata : " Beliau adalah seorang pendusta yang suka memalsukan hadits " . an Syeikh Al Albani menyatakan kedhgaifannya dalam Dhaiful Jami' Ash Shaghir 4/118 . Padahal hadits palsu tersebut adalah perkatan seorang tabi'in yang bernama Ibrahim bin Ablah ) .

Padahal mayoritas fuqaha' ( imam 4 madzhab ) sepakat bahwa Kalimat jihad jika di sebutkan secara mutlak maknanya adalah perang melawan orang kafir bukan jihad melawan hawa nafsu .
Imam Al Kassani (  ulama' madzhab Hanafiyah ) berkata " jihad adalah mengerahkan segala kemampuan dengan berperang di jalan Allah dengan nyawa , harta lisan dan lain lainnya atau melebihi curahan dalam hal itu " .
Ibnu Rusyd ( ulama' madzhab Malikiyah ) berkata : " Setiap orang yang berpayah payah karena Allah berarti telah berjihad di jalan Allah . Namun sesungguhnya jihad fie sabilillah kalau berdiri sendiri maka , tidak ada maksut lain selain memerangi orang kafir dengan pedang sampai mereka masuk Islam atau membayar jizyah dalam keadaan hina " .
Imam Al Qasthalani ( Ulama' madzhab Syafi'iyah )  berkata : " Jihad adalah memerangi orang kafir untuk memenangkan Islam dan meningginkan kalimatullah " .
Imam Al Ba'ly ( ulama' madzhab Hanabilah ) berkata : " Jihad secara syar'i adalah ungkapan khusus untuk memerangi orang kafir " .
Penisbahan mereka terhadap syeikh Al Alamah Ibnul Qayyim Al Jauziyah 

Mayoritas sufi sering menisbahkan pendapat mereka bahwa jihad yang paling agung dan paling besar adalah jihad melawan hawa nafsu kepada syeikh Al Allamah Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah . Penisbahan ini tidak benar dan keliru , sekalipun syeikh Al Allamah Ibnu Qayyim Al Jauziyah pernah menyatakan bahwa jihad melawan hawa nafsu yang paling agung dan besar . Akan tetapi yang di maksut beliau bukanlah jihad melawan hawa nafu dengan dzikir dzikir dan wirid wirid , sebagaimana yang di lakukan oleh orang orang sufi .
Sesungguhnya yang di maksut oleh beliau ( syeikh Ibnu Qayyim Al Jauziyah ) dari jihad melawan hawa nafsu adalah beriltizam dengan seluruh syareat Allah Azza wajalla dan berdakwah untuk mengajak manusia agar beriltizam dengan syareat Allah ini dalam mewujudkan tegaknya tauhid dan terhinanya para thoghut .

Dan jihad melawan hawa nafsu ini tidak akan terwujud kecuali dengan 4 sebab :
1. Bersungguh sungguh untuk mempelajari syareat Allah Azza wajalla
2. Bersunguh sungguh untuk mengamalkan syareat Allah Azza wajalla
3. Bersungguh sungguh berdakwah mengajak manusia untuk beriltizam dengan syareat Allah Azza Wajalla
4. Bersungguh sungguh dalam kesabaran ketika mendapatkan cobaan dan halangan dalam berdakwah mengajak manusia untukberiltizam dengan syareat Allah Azza wajalla ( selengkapnya lihat di Zadul Ma'ad Ibnu Qayim ) .
 Inilah maksud jihad melawan hawa nafsu menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah , bukan sebagaimana yang di klaim dan di sangkakan oleh orang orang sufi ( bisa dilihat dikitab beliau : Ahammiyatul Jihad , hal 122 - 123 )

 Akibat dari Pemahaman yang Keliru


Karena kesalahan dan kekeliruan kelompok sufi dalam memahami jihad maka hal itu adalah wajar ( karena di tegakkan di atas dasar kebodohan ) . Mata batin , dan hal hal perasaan dalam memandang satu permasalahan itu keliru , maka amalanya akan keliru dan fatal akibatnya ( walaupun apa yang di tuju itu benar , akan tetapi jalan yang di tempuhnya itu keliru , maka hal itu tidak akan mengantarkannya sampai tujuan , lebih lebih jika apa yg di tujunya itu salah dan jalanya pun salah maka tidak akan mengantarkannya sampai di tempat tujuan , sehingga terkumpul antara apa yang ditujunya itu benar dan jalanya pun juga benar pula . Itulah kaidah ushul fiqh )  .
Diantara kefatalan itu adalah :

1. Mereka lebih senang dengan hal hal yang berbau dzikir , tahlilan , wirid , do'a do'a , dan seabrek shalawatan lainya . sekalipun menggunakan dalil dalil hadits yang lemah , palsu dan munkar untuk melegitimasikan amalannya itu

2. Mereka tidak perhatian terhadap keadaan kaum muslimin yang terusir dan terjajah di negri mereka . Karena mereka menyangka bahwa jihad melawan orang orang kafir adalah jihad kecil yang tidak ada bandingannya dengan ihad melawan hawa nafsu , sekalipun persangkaannya itu keliru .

3. Pasrah dan tunduk di bawah penjajahan orang kafir . Tidak ada usaha untuk melawan mereka . Karena melawan mereka dan memerangi mereka adalah jihad kecil dan menyibukkan dirinya dengan wirid dan dzikir dzikir adalah jihad yang besar .
ketika Prancis menjajah Tunisia , maka mereka mendapatkan perlawanan yang sengit dari kaum muslimin Tunisia . Maka Prancis menemui seorang tokoh besar sufi Tunisia dan membicarakan perlawanan kaum muslimin terhadap mereka . Maka tokoh sufi tersebut naik keatas mimbar dan berkata , " Laa Haula wala Quwwata Ilaa Bilah . Aku telah menyaksikan tokoh sufi yang bernama Al Khidhr dan Sayyid Abul Abbas Asy Syadzili dalam penjara Perancis dan menyerahkan urusan pemerintahan Tunisia kepada Perancis . Wahai kaum muslimin , ini adalah perintah Allah . Kalau mereka berdua saja telah ridha dan menyerahkan urusan Tunisia kepada Perancis , maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk memerangi tentara Perancis " . setelah peristiwa tersebut tentara Perancis berhasil masuk dan menguasai Tunisia tanpa ada perlawanan yang berarti sedikitpun . Kemudian orang orang sufi sibuk dengan dzikir dzikir dan wirid wirid mereka ( selengkapnya lihat di kitab Ahammiyatul Jihad Ibnul Qayyim ) .

4. Menjadi kaki tangan orang orang kafir untuk meredam semangat jihad melawan orang orang kafir .
Itulah yang kita saksikan hari ini . Dengan seruan dzikir bersama , tahlilan bersama , shalawatan bersama , haul , dan lain lainnya ( itulah fakta di lapangan hari ini ) mereka mengajak kaum muslimin untuk meninggalkan jihad memerangi orang orang kafir , karena itu adalah jihad kecil dan tidak berarti ( padahal kedudukan syareat jihad adalah sama dengan syareat shalat . Tidak akan pernah keluar dari 2 fardhu fardhu Ain dan fardhu Kifayah ) .

Dan akhirnya , jika orang orang sufi menyangka bahwa jihad melawan hawa nafsu adalah jihad besar dan jihad melawan orang orang kafir adalah jihad kecil , tentunya mereka memulai sesuatu yang kecil lebih dulu sebelum melangkah yang lebih besar . Sebagaimana air di sumur menjadi banyak karena mata air yang kecil . Sekarang maukah mereka jihad yang kecil dulu sebelum jihad yang besar ?? . Kita tunggu jawaban mereka . kalau tidak berarti jihad mereka keliru .

Wallahu A'lam Bisshowab    

















T asawuf S ufi Tareqat

Di tengah Euforia umat hari ini , di era keterbukaan , ternyata tidak selamanya memberikan dampak yang positif . Salah satu ekses negatif dari era ini adalah tumbuh suburnya paham paham dan aliran aliran sesat . Tasawuf , hari ini telah mendapatkan respon yang luar biasa di tengah masyarakat .Namun mereka tidak mengetahui adanya bahaya besar di balik ajaran ini . Dalam lintasan sejarah pahan sufi telah banyak menyerang sendi sendi pokok ajaran Islam , mulai dari kerancuan konsep Rububiyah hingga usaha mereka untuk mendistorsikan makna Jihad fie sabilillah . Bagaimanakah perkembangan ajaran ini sebenarnya ???? temukan jawabannya pada edisi kali ini . 

SUFI

Sufi , yang sebagian kalangan menyebutnya tasawuf telah berkembang sepanjang zaman . Aliran ini hampir hampir mencakup seluruh kawasan dunia Islam , termasuk negri ini . Sehingga , istilah ini sudah tidak asing lgi di telinga kaum muslimin . walau demikian istilah sufi belumlah dikenal di awal awal Islam . 

Sejak pada permulaan abad pertama hingga abad kedua dimulai dari masa Rosulullah , KhulafaurRosyidin hinga wafatnya Hasan Al Basri ( Tabi'in ) belum dikenal istilah sufi baik itu nama , bentuk , maupun keadaanya . Yang ada pada masa itu adalah istilah muslimin dan mukminin . Atau penamaan khusus seperti kaum Muhajirin , kaum Anshar , ashabul Badr, Ashabul Bai'ah , dan lain sebagainya . Istilah sufi baru muncul setelah abad kedua Hijriyah .

Banyak sekali kaum muslin yang terjerumus kedalam faham ini , baik itu disadarinya atau tidak . Mereka mengangap atau menyangkanya tasawuf merupakan satujalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Rabbul Alamin . Banyak orang yang mengaku paling salaf , akan tetapi tanpa mereka sadari mereka telah terkontaminasi virus tasawuf dengan tarbiyah dan tashfiyahnya . Mereka hanya mencukupkan diri engan tarbiyah dan tashfiyah serta mengabaikan urusan kaum muslimin yang sedang menghadapi makar orang orang kafir . Menurut mereka ( yg telah terkontaminasi dengan tasawuf itu ) yang paling dibutuhkan umat sat ini dua hal tersebut ( tarbiyah dan tashfiyah) dengan mengabaikan satu syareat yaitu Jihad fie sabililah . Padahal , diberbagai belahan bumi , kaum muslimin tertindas , di jajah , di bantai dan di rampas hak haknya . Bahkan mereka tidak segan segan melontarkan tuduhan keji kepada para penegak syareat dan para mujahidin yang mengawal kemulian umat ini .

Pengertian 

secara bahasa , kata tasawuf tidak memiliki asal usul yang jelas . Tidak ada sebuah katapun dalam bahasa Arab yang bisa di jadikan masdar ( kata dasarnya ) . Oleh karena itu para ulama' berbeda pendapat berkenaan asal usul kata sufi . Sedangkan diantara pendapat pendapat mereka adalah sebagai berikut .

Ada yang mengatakan bahwa kalimat sufiberasal dari kata ahli suffah , satu julukan yang di berikan kepada para sahabat yang tinggal di Masjid Nabawi untuk mendapatkan ilmu dari Rosulullah . Ada juga yang mengatakan bahwa yang di maksut adalah barisan ( shaaf ) terdepan di hadapan Allah . Ada juga yang mengatakan bahwa ungkapan tersebut bermakna : makhluk pilihan Allah ( shafwah ) . Ada juga yang mengatakan - dan inilah yang terkenal - bahwa kalimat tersebut berasal dari kata shuufa ( wol ) . Inilah yang di rajihkan oleh Syeikhul Islam . Beliau menolak dari versi versi lain dengan alasan semua tidak tepat jika ditinjau dari segi bahasa . 

Dari perbedaan definisi secara bahasa , penganut tasaewuf berbeda pendapat mengenai definisi tasawuf . Hingga melahirkan dua ribu definisi . Semuanya itu hanya batasan batasan kata dan definisi definisi kosong tanpa ada hakekatnya .
Namun dengan melihat keberadaan tasawuf dari zaman ke zaman dapat diketahui bahwa yang di maksut tasawuf ketika pertama kali muncul adalah mengikhlaskan amal hanya kepada Allah Ta'ala , Zuhud terhadap dunia , meninggalkan ajakan syahwat dan condong kepada sifat tawadhu' lemah lembut dan menyingkirkan syahwat dari jiwa .
 Adapun menurut Ibnul Jauzi , pada awal kemunculanya tasawuf bermakna " Olah jiwa , yaitu membentuk watak dengan mengusir perlaku buruk dan mengarahkannya kepada akhlaq mulia , berupa zuhud , santun , sabar , ikhlas , dan jujur " . Inilah yang difahami oleh generasi pertama dari kalangan tasawuf . Mereka menyendiri untuk memperbaiki diri dan menghindar darihiruk pikuk dunia . Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya Iblis menyesatkan mereka dan menjauhkannya dari ilmu . Sehingga berkembang dari kalangan mereka akan faham al hulul ( peleburan dirinya dengan Allah ) , al ittihad ( Allah berada dalam dirinya ) dan wihdatul wujud . Ta'alallah mimmaa washafuuh .

Sejarah Kemunculanya  

Kelompok tasawuf mulai muncul sekitar abad ketiga atau keempat Hijriyah . Pada awal kemunculannya , tasawuf relatif lebih moderat dan belum banyak terjadi penyimpangan . Tasawuf yang mereka maksut adalah hidup zuhud , ketekunan beribadah dan kebersihan hati dari syahwat .
Kemudian Iblis menyesatkan orang orang sesudah mereka dan pengikut mereka . Setelah berlalu satu abad , keinginan Iblis untuk menyesatkan semakin menjadi jadi hingga berhasil menyesatkan generasi belakangan . Sedangkan prinsip dari penyesatan Iblis adalah mencegah mereka dari ilmu dan menggiring mereka kepada pemahaman bahwa yang paling penting adalah amal walau tanpa di landasi pemahaman yang benar tentang amal tersebut beradasarkan Al Qur'an dan As Sunah . Maka ketika pelita ilmu padam , dan mereka berjalan terhuyung huyung dalam kegelapan tanpa adanya petunjuk .

Diantara mereka ada yang mengatakan bahwa tujuan sebenarnya adalah meninggalkan kediniaan secara keseluruhan , mereka menolak merawat tubuh mereka dan menyerupakan harta dengan kalajengking . Mereka lupa bahwa harta di ciptakan untuk maslahat . Mereka berlebih lebihan membebani jiwa hingga ada diantara mereka yang hampir hampir tidak pernah berbaring . Padahal mereka sebenarnya mempunyai tujuan yang baik , akan tetapi cara mereka yang tidak tepat . Ada juga diantara mereka yang - karena sedikitnya ilmu - beramal berdasarkan hadits hadits palsu ( maudu' ) sedangkan dirinya tidak mengetahui halitu 
Datanglah setelah itu orang orang yang berbicara kepada mereka tentang lapar , kefakiran , was was ( keragu raguan ) dan lintasan lintasan pemikiran lalu mereka mengarang buku tentang hal itu . Dan datang yang lain lagi lalu menyusun madzhab sufi dan memberinya kekhususan dengan sifat sifat tertentu ; penampilan lusuh , nyannyian sentimentil , tarian dan tepuk tangan . 

Kondisi seperti ini terus berkembang . Hingga mereka jauh dari para ulama' . Mereka melihat pada guru mereka terdapat kelebihan sehingga mereka menyebutnya dengan ilmu batin , sementara ilmu syareat mereka anggap sebagai ilmu dzahir .
Pada perkembangan selanjutnya tasawuf di dominasi oleh pemikiran filsafat yunani . Ajaran al hulul ( peleburan antara dirinya dengan tuhan ), al ittihad ( tuhanberada dalam dirinya ) , wihadatul wujud mulai berkembang . Iblis terus menjerumuskan mereka dengan berbagai bid'ah , hingga mereka membuat ajaran ajaran tertentu yang menyelisihi ajaran Islam . Pada periode inilah masa yang paling parah dan menghawatirkan dalam sejarah perkembangan tasawuf . 

Pada abad kelima hijriyah , mulailah bermunculan tariqah tariqah sufiyah , yang merupakan mata rantai dari sufi abad abad sebelumnya . Dan pada akhigr abad tersebut , atau awal awal abad ke enam Hijriyah , muncul Abu Hamid al ghazaly , yangmereka gelari Hujatul Islam . Abad ini juga di nyatakan sebagai abad berakhirnya peletakan pokok pokok ajaran tasawuf . Tokoh tokoh yang berperan besar dalam marhalah ini antara lain , Abu Hamid Al Ghazaly , Muhyiddin Ibnul 'Araby, Abu Hasan Asy Sadzaly , Abdul Qadir Jailany , Ahmad bin Abu Hasan Ar Rifa'i Muhammad Bahaudin An Naqsabandy .

Diantara Pokok pokok Pemikirannya   

1 . Beribadah hanya berdasarkan rasa Cinta dan mengabaikan sisi yang lainnya seperti rasa takut dan harap .
 
Sebagaimana yang diucapkan oleh sebagian dari mereka , " Saya tidakberibadah kepada Allah karena mengharap surga , bukan juga karena takut neraka " . Cinta merupan hal yang sangat asasi dan penting dalam beribadah , akan tetapi ibadah tidak semata mata berlandaskan cinta saja sebagaimana yang mereka sangkakan . Cinta merupakan salah satu dari sekian banyak sisi selainnya . Seperti rasa takut ( khauf ) , tunduk ( Khudhu' ) , harap ( Roja' ) , merendah ( Dzul ) , do'a dan lain lainnya . Berkenaan ibadah sebagian salf berkata ,
" Siapa yang beribadah kepada Allah dengan cinta semata , maka dia adalah zindiq . Dan siapa yang beribadah kepada Allah dengan Raja' ( harapan ) semata , maka dia adalah Murji'ah . Dan siapa yang beribadah kepada Allah dengan takut semata maka dia adalah hururi ( Khawarij ) . Dan barangsiapa yangberibadah kepada Allah dengan rasa cinta , harap dan takut , maka dia adalah Mukmin sejati " .

2. Berpegang Teguh kepada Dzikir dzikir atau wirid wirid yang telah di tetapkan oleh guru guru 
mereka   

Mereka menjadikanya sebagai pegangan dan sarana ibadah dengan membacanya bahkan lebih mengutamakannya dari pada membaca Al Qur'an . Mereka menamakannya sebagai dzikrul khasah ( dzikir untuk orang orang khusus ) . Sedangkan dzikir yang terdapat di dalam Al Qur'an dan As Sunah mereka namakan dengan dzikrul ammah ( dzikir untuk orang orang awam ) . Ucapan kalimat Laa Ilaha Ilallah bagi mereka adalah dzikrul ammah , sedangkan dzikrul khassahnya adalah kalimat tunggal , yaitu lafazh Allah , sedangkan dzikrul khasshatul khassha ( yang lebih khusus lagi ) adalah huwa ( Dia ) . Maka hal yang demikian adalah yang lebih sesat dan menyesatkan lagi .

3. Keyakinan mereka terhadap Auliya' ( para wali )

Kalangan tasawuf lebih mengutamakan wali dari pada Nabi . Menurut mereka para wali adalah maksum sehingga harus di ikuti dan di ta'ati  , walaupun perintah mereka menyelisihi Al Qur'an dan As Sunah ( karena sudah terlanjur taqlid buta ) .
Kalangan tasawuf juga mempunyai keyakinan bahwa seseorang menjadi wali Allah , dia dapat melakukan berbagai perkara atau kejadian diluar adat kebiasaan . seperti terbang di udara ke Makkah , atau berjalan diatas air , mengetahui hal hal yang ghaib , menyembuhkan orang yang sakit dan lain sebagainya . 
Atau ada sebagian dari mereka yang meminta pertolongan kepada wali tersebut saat dia tidak ada atau setelah kematiannya . 


Bahkan tidak hanya sampai di situ saja , bahkan mereka berlebih lebihan terhadap para wali dengan memberikan sifat Ilahiyah yaitu dengan mengatakan bahwa para wali berperan atas apa yang terjadi di alam ini , mengetahui yang ghaib , dapat memenuhi setiap permohonan yang tidak mampu direalisasikan kecuali oleh Allah . Nama nama mereka di sebut sebut saat ada bencana , padahal di sat yang bersamaan , mereka telah mati atau tidak berada di tempat itu . Mereka di inta untuk memenuhi kebutuhan dan menolak kesulitan , memberikan gelar kesucian dalam kehidupan mereka , kemudian menyembahnya setelah mereka wafat ( dengan satu peribadatan tertentu ) . Diatas kubur para wali mereka mendirikan bangunan bangunan dan mengambil barakah dari tanah kuburnya dan thawaf di sekelilingnya , bertaqarrub kepada mereka dengan berbagai macam nadzar serta menyebut nyebut nama mereka ketika berdo'a .


4. Mereka meyakini seseorang dapat keluar dari beban syareat bila telah mencapai derajat tertentu 


Diantara mereka ada yang berhujjah dengan firman Allah Ta'ala ; 
" Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang di yakini ( ajal ) " . ( QS : Al Hijr 99) 
Mereka mengatakan bahwa artinya ( ayat diatas ) , " Sembahlah Rabbmu hingga kamu meraih ilmu dan ma'rifat . Jika kamu mendapatkan hal tersebut , maka gugurlah kewajiban ibadah darimu " . Dan sebagian lainnya berkata , " beramalah hingga engkau mencapai derajat tertentu , jika telah sampai derajat tasawuf , maka gugurlah ibadah darimu " . 
Dan mereka adalah orang orang yang apabila telah tercapai maksudnya berupa ma'rifat dan kondisi tertentu , maka baginya di perbolehkan untuk meninggalkan kewajiban kewajiban dan melaksanakan yang diharamkan . Padahal Al yakin dalam ayat diatas maknanya adalah kematian . Jadi maksutnya , " Sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu kematian " ( hal ini sebagaimana yang di sebutkan oleh Hasan Al Basri ) .


5. Mereka meyakini tentang adanya ilmu laduni 

Mereka mengaitkan ilmu laduni dengan firman Allah dalam QS : Al Kahfi 65 : 
" ... dan Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami " . 
Menurut mereka adalah di singkapnya alam ghaib bagimereka yaitu dengan kasyaf ( penyingkapan ) , tajliyat ( penampakan ) serta melakukan kontak langsung dengan Allah dan Rosulullah . Mereka berdalil dengan firman Allah dalam QS : Al Baqarah 282 
" ... dan bertaqwalah kepada Allah , maka Allah akan mengajari kalian semua ..." .


6. Paham Al Hulul , Al Ittihad dan Wihdatul wujud

Sebagian kelompok sufi berhayal , siapa saja yang menempuh ilmu batin , pada akhirnya akan mencapai pada tingkatan melebur dengan Dzat Allah , sehingga menyatulah sifat ketuhanan dan tabi'at kemanusiaan . Bentuk lahirnya manusia akan tetapi batinya adalah sifat ketuhanan . Orang orang yang memiliki fikiran seperti ini misalnya : Al Hallaj , Ibnu Al Faradh dan Ibnu Sa'in dari kalangan sufi . Ajaran ini biasa di kenal dengan Al hulul Wa Al Ittihad.
Kelanjutan dari faham Al Hulul Wa Al Ittihad adalah Wihdatul Wujud . Istilah ini berdasarkan ola fikir orang orang sufi yang bermakna bahwa tidak ada yang wujud didunia ini kecuali Allah . Dan tidaklah segala hal yang nampak kecuali penjelmaan dari DzatNya . Ibnu 'Arabi berkata : " Tidaklah yang nampak ini kecuali Allah , dan tidak mengetahui Allah kecuali Allah " .
Dan masih banyak lagi pemikiran dan keyakinan sesat tasawuf lainya . Semoga Allah menujukan kepada kita jalan yang lurus dan menyelematakan dari faham faham sesat tersebut .

Wallahu a'lam bishawwab






 

Minggu, 13 Februari 2011

FUTUR

 "Dan sekiranya Kami tidak memperteguh ( hati ) mu , niscaya engkau hampir saja condong sedikit kepada mereka " . ( QS : Al Isra' 73 ) 

Pada saat harta kita longgar , rengekan anak anak kita yang tidak mau di tinggal sendirian , pandangan sayu sang istri pelaku kemaksiatan yang memberikan sogokkan sejumlah dunia , para thoghut yang bersikap lunak dengan banyak memberikan segala fasilitas dunia kepada kita agar supaya kita mau sedikit lunak terhadap mereka atau sedikit melonggarkan aktivitas keislaman kita , maka pada saat itu futur menyapanya  .

Allah Azza wajalla menciptakan manusia di dunia ini dengan berbagai fasilitas di berikan kepada manusia tersebut mempunyai satu tujuan utama ( tidak main main ) . Untuk mencapai apa yang di tuju oleh manusia itu jalanya telah Allah tentukan , atau dengan bahasa yang lain Allah Ta'ala telah memberikan beberapa petunjuk kepada anusia di dalam upayanya ( seorang manusia ) mencapai apa yang di tujunya itu . Itulah salah satu bentuk Rokhman Rokhimnya Allah kepada manusia .Manusia tidak perlu bersusah payah di dalam dia berjalan menuju tujuan akhirnya itu .Di samping itu jauh jauh sebelumnya Allah juga telah memberi tahukan akan halangan dan rintangan apa saja yang ada di sempanjang jalan itu sehingga manusia tersebut bisa mempersiapkan dirinya untuk menghadapi rintangan di sepanjang perjalananya itu .
Ibarat seseorang yang ingin menempuh satu perjalanan dari Semarang menuju Jakarta ( misal ) , maka jalan yang ingin dia lalui menuju jakarta itu telah terbetang dengan jelas , rambu rambu penunjuk jalan menuju Jakarta juga telah terpampang jelas ( di samping rambu rambu yang lain ) , sehinga dia tidak perlu repot repot membuat jalan sendiri atau membuat rambu rambu sendiri . Apa yang terjadi jika dia tidak mempersiapkan dirinya , membawa bekal yang cukup untuk menempuh perjalananya itu atau dia malah  membuat jalan sendiri atau membuat rambu rambu sendiri ( karena kebodohanya atau kesombonganya ) , maka yang terjadi bisa di pastikan dia akan tersesat , perjalananya akan semakin berat dan yang di tujunya itu tidak akan pernah sampai atau dia tidak akan selamat di dalam menempuh  perjalanannya itu .

Seorang manusia yang di lahirkan di muka bumi ini mempunyai satu tujuan utama yaitu hanya untuk beriadah saja dengan memurnikan ketaatannya itu hanya untuk Allah saja tidak kepada yang lain . Sedangkan tujuan akhir dari perjalanannya itu demi meraih ridho Allah semata . Sedangkan start perjalanya itu dia mulai dari orang tersebut aqil baligh hingga maut menjemputnya . Sedangkan jalan yang di tempuhnya itu untuk mencapai apa yang dia cita citakan itu ( ridho Allah ) hanyalah dengan Islam ( tidak dengan yang lain ) karena hanya dengan Islam sajalah yang dapat menghantarkan apa yang akan dia tuju .
Tentunya orang yang ingin berjalan kesatu tempat tentulah dia harus mematuhi rambu rambu yang ada di sepanjang jalan itu ( jika orang tersebut ingin ampai di tempat tujuan dengan cepat dan selamat ) . Adapun rambu rambu yang ada di sepajang perjalanannya itu adalah syareat Allah dan RosulNya yaitu Al Qur'an dan As Sunah , sedangkan pemandu jalan adalah lesan para ulama' yang lurus . Adapun bekal yang harus dia bawa di dalam menempuh perjalannya itu hanyalah taqwa .

Akan tetapi seorang manusia di dalam menempuh perjalananya itu tidaklah selamanya mulus , hal itu tergantung dengan seberapa besar kadar keimanannya . Karena hakekat dari iman seseorang itu ialah naik dan turun atau keimanan seseorang itu mengalami pasang surut . 
Ketika keimanan seseorang itu mengalami pasang atau naik maka , orang tersebut begitu bersemangat di dalam menempuh perjalananya , akan tetapi pada giliran imanya itu sedag mengalami penurunan , maka yang terjadi pastilah semangatnya tu sedikit demi sedikit akan mengendur . Boleh jadi pada satu titik dia akan berhenti di tengah jalan atau  berbelok arah . 
Adapun penyakit yang harus di waspadai adalah penyakit futur . Karena jika tidak di waspadai , maka dapat menyebabkan perjalananya akan berhenti di tengah jalan atau pada satu titik yang telah parah orang tersebut akan berbelok arah .

Apa Itu Futur

Futur ialah lemah setelah semangat . Penyakit ini dapat menimpa atau menyerang siapa saja , baik itu di kalangan orang awamnya atau maupun di kalangan orang alimnya sekalipun .

Pada suatu hari sahabat Handzalah al Asadi r.a - salah seorang penulis wahyu berkata : " Aku pernah bertemu dengan Abu Bakar r.a . Beliau bertanya , " Apakabar , Handzalah ?". Handzalah telah munafik " . Jawabku . " Subhanallah ! Apa katamu ? " Tanya Abu Bakar r.a . Aku menjawab " Saat kami bersama Rosulullah SAW , beliau mengingatkan kami tentang surga dan neraka sehinga seakan akan kami melihatnya . Namun saat kami tidak bersama Rosulullah SAW istri , anak dan harta benda  merusak kami .Kami pun banyak lupa . " Demi Allah , akupun merasakan hal yang sama ." Kata Abu Bakar ra . Maka aku dan Abu Bakar ra berangkat menemui Rosulullah SAW . Di sana aku ceritakan ( kepada Rosulullah ) seperti yang aku ceritakan kepada Abu Bakar ra . Rosululah bersabda : " Demi Dzat yang jiwaku berada di TanganNya ! jika kalian senantiasa berada dalam keadan seperti saat bersamaku dan di dalam dzikir , niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di atas tempat tidur kalian dan di jalan jalan kalian . Akan tetapi , wahai Handzalah , ada saat semangat ada saat kurang semangat . Ada saat semangat ada saat kurang semangat . Ada saat semangat ada saat kurang semangat ". ( HR. Muslim ) 

      Dari kisah Handzalah diatas kita dapat memetik pelajaran , bahwa kondisi keimanan seseorang itu naik turun . Hampir bisa di pastikan tidak ada seorangpun yang imanya senantiasa stabil , hatta sahabat sekelas Abu Bakar r.a sekalipun . Mustahil seseorang memiliki keimanan yang selalu ada di puncaknya . Sehingga hal itu berimbas ketika iman kita turun , maka terseretlah kita pada lembah kefuturan .

Futur menjadi fenomena tersendiri bagi orang orang beriman , bagi para pegiat amal islami dan juga bagi para pejuang Islam . Hal itu menjadi satu dilema antara memegang teguh ketaatan dan bisikan malas menjauhi amal ketaatan tersebut ( apapun jenis amalannya ) . Sehinga bahayanya bukan hanya bagi dirinya sendiri , akan tetapi terkadang dapat berimbas kepada teman , sahabat seperjuangan pun dapat menjadi ikut futur .
Pada saat dir ini di hingapi rasa malas dalam beramal dan rasa malas dalam berjuang iqomatuddin . Terjatuh di terpa cobaan cobaan yang amat berat di dalam amal tersebut ( buah dari sebab akibat ) . Mundur teratur di dalam menatap jalan yang menanjak yang penuh duri dan onak . bahkan ada juga pada satu keadaan terdiam dan pasrah lalu berpaling dari amal Islami , menjadikan satu problematika tersendiri bagi setiap orang yang menapaki jalan menuju Rabbnya .

Orang orang yang terserang penyakit futur terbagi menjadi 3 golongan 

1. Golongan yang yang setelah futur , mereka terputus dari amalanya sama sekali . Ada banyak sekali orang yang masuk kedalam golongan ini . Meskipun pada awal sebelumnya mereka sedemikian teguh beriltizam dalam amalan Islam .
Sebelum dia terkena penyakit futur dia begitu bersemangat sekali dalam beramal seakan akan halangan dan rinangan dalam beramal mudah dilaluinya . Akan tetapi setelah futur menyapanya , maka pada satu titik keadaan dia bimbang dan ragu . Dia berada di persimpangan jalan . Dia lupa dan mengira jalan yang di tempuhnya selama ini salah jalan , jalan yang di laluinya selama bertahun tahun tidak membuahkan hasil apa apa , malah yang terjadi menyengsarakanya . sebelum dia menapaki jalan tersebut hidupnya berkecukupan ( malah lebih lebih ) banyak teman , akan tetapi setelah melalui jalan ini hidupnya agak kekurangan ( usahanya seret dan mandek ) banyak orang yang melupakanya . Sehingga dia berfikir ( jalan yang di tempuhnya pasti salah ) dan perlu putar haluan .

2. Golongan yang terus dalam keadaan lemah dan lamban , namun dia tidak sampai terputus dari amalnya . Kebanyakan orang yang futur masuk golongan ini . 
Di dalam hati manusia seolah olah ada kaca bening yang  mengelilingi hatinya , akan tetapi syetan senantiasa masuk kedalam diri manusia dengan menghembus hembuskan kedalam hati manusia itu sifat ragu ragu , sehinga kaca yang mengelilingi hatinya itu jadi buram dan kabur , sehingga ia terjangkiti penyakit futur . Hal itu berakibat dia merasa berat untuk memulai kembali amalan amalan yang dulunya pernah dia lakukan .
3. Golongan yang setelah futur mereka kembali lagi ke amalan amalannya dulu seperti sedia kala . Hanya orang yang senantiasa di iringi oleh rahmat Allah dan ridho Allah yang menjadi golongan ini .
Pada saat futur menyapa golongan ini , mereka berhenti sejenak dalam beramal sunah ( akan tetapi hal itu tidaklah berlangsung lama dan berlarut larut ) . Setelah itu dia meniti kembali jalan tersebut ( karena dia tidak ingin menunda nunda amal ) sehingga grafik amalnya meningkat kembali .

Solusi 

Perbaharuilah Amal Kita 

Ingatlah akan firman Allah : 
" Dan ketahuilah , bahwa hartamu dan anak anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang besar ( QS : Al Anfal 28 )
Imam Al Hakim dan Ath Tabrani meriwayatkan bahwa Nabi bersabda : 
" Sesungguhnya iman benar benar bisa menjadi usang di dalam tuibuh seseorang dari kalian sebagaimana usangnya pakaian . Maka memohonlah kepada Allah untuk memperbaharui iman di hati kalian ". 
Di dalam haditsnya yang lain Nabi SAW bersabda : 
" Tidak ada satu hatipun kecuali di sana ada mendungnya , seperti mendung yang menutupi rembulan . Jika saat rembulan bercahaya , tiba tiba mendung menutupinya maka gelaplah . Dan jika mendung menyingkir darinya rembulanpun bercahaya lagi " . ( HR . Abu Nu'aim ) 

Ketika futur menyapa seseorang syatan memainkan peranya dengan menggoda dan membisikkan seseorang dengan harta yang melimpah , rengekan anak anak yang tidak ingin ditinggalkan sendirian . Pandangan sayu sang istri ketika tekad mulai muncul kembali . Para pelaku maksiat yang memberikan iming iming kenikmatan dunia kepada kita , agar supaya dunianya tidak di usik . Para thoghut juga memberikan iming iming kemudahan fasilitas dunia kepada aktivis dakwah agar supaya dia sedikit lunak kepada mereka ( para thoghut ) atau mau sedikit berkompromi dengan mereka . Maka benarlah apa yang di firmankan Allah : 
" Dan sekiranya Kami tidak memperteguh ( hati ) mu niscaya engkau hampir saja condong sedikit kepada mereka " . ( QS : Al Israa' 73 ) 

Fitnah fitnah itu semua membuai kita untuk terus terlelap di dalam kefuturan dan enggan untuk bangkit  Hanya dengan berdo'a yang tulus . Memohon yang ikhlas kepada Rabb kita untuk senantiasa merindhoi kita dengan menjaga dan memperbarui iman kita , agar Allah memberikan keteguhan dan agar kita tidak berpaling dari amal islami . Meskipun godaan demi godaan datang menyapa kita silih berganti .
Istiqamahlah Dalam Beramal 

Terkadang ketika iman kita sedang berada di puncak , ibadah sebanyak apapun akan terasa ringan di lakukan . Shalat lail 11 rekaat bahkan lebih terasa mudah di lakukan . Membaca Al Qur'an berpuluh puluh juzpun mampu . Sujud yang lamapun terasa betah berlama lama dan terasa nikmat . Namun hal itu tidaklah berlangsung lama saat futur datang menghampiri kita .Amal ibadah mulai menurun dan menurun . Yang sunah hilang dan yang wajibpun terlambat . Amal ibadah yang tadinya penuh dengan kekhusyu'an yang tinggi , kini menjadi sekedarnya saja dan semaunya saja ( itulah fakta di lapangan ) .
Rosululah Saw bersabda : 
" Hendaklah kalian beramal sekedar kemampuan kalian . Demi Allah ! Allah tidak akanbosan hinga kalian bosan . Dan amalan agama yang paling di cintai Allah adalah amalan yang di kerjakan secara kontinyu oleh pelakunya ". ( HR. Bukhari dan Muslim ) 
Imam Nawawi berkata tentang hadits ini , " Hadits ini mengandung anjuran untuk beribadah sekedarnya dan larangan berlebih lebihan . Juga pereintah untuk serius dalam beribadah di kala semangat ( saat iman kita naik ) . Apabila seseorang dilanda futur hendaklah dia beristirahat sampai futurnya hilang " .
 Sahabat Umar bin Khattab ra berkata : " Iman itu naik turun . Ketika iman kita naik , maka berusahalah dengan sungguh sungguh dan baguskanlah amalan sunah kalian . Akan tetapi manakala iman kita turun , maka bertahanlah pada yang wajib " . 

Pada hadits diatas dan perkataan sahabat Umar bin Khattab r.a terdapat satu rahasia , bahwa : amalan yang terbaik adalah amalan yang di kerjakan secara kontinyu walaupun sedikit artinya kita mengerjakan amalan amalan sunah setelah kita kerjakan amalan yang wajib dengan benar dan tertib .
Sebagai contoh 
Pada saat kita membaca Al Qur'an ( terasa berat pada mulanya ) usahakan kita baca walaupun satu halaman saja di saat habis sholat maghrib saja ( misal ) . Hal itu kita lakukan beberapa hari ( satu minggu misal ) jangan kita tambah sampai kita betul betul bisa melakukan dengan ringan walaupun satu halaman saja kita baca ) . Pada saat kita ingin menambah bacaan Al Qur'an tersebut maka kita tambah satu halaman lagi ( jangan banyak banyak ) dan kita ulangi hal itu selama beberapa hari sampai kita mampu membaca Al Qur'an beberapa halaman dengan ringan . Maka di dalam hati pasti akan timbul rasa untuk menambah dan menambah amalan tersebut . Sehingga pada satu titik ( bosan ) maka hal itu perlunya kita berhenti sejenak , lalu kita ulangi lagi dari awal mula tahapan ( begitu seterusnya ) . Itulah maksut dari hadits diatas .  

Sebagai penutup marilah kita renungi firman Allah : 
" Hai orang orang yang beriman , jika kalian menolong ( agama ) Allah , niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu " . ( QS : Muhammad 7 )
Dengan apa kita menolong agama Allah yaitu senantiasa menjaga dan melaksanakan hukum hukumNya ( Al Qur'an ) dan juga Hukum hukum RosulNya ( As Sunah ) sesuai kemampuan kita dan dengan penuh kesungguhan , yang tentunya harus memenuhi 2 syarat ikhlas dan itiba'ussunah ( mengetahui ilmunya ) . Kita lakukan pada saat kita sendirian atau pada saat kita bersama orang banyak .
Dengan kita melakukan hal itu semoga kita mudah tersembuhkan dari penyakit futur pada saat penyakit futur itu menyapa kita .
Karamah yang terbesar adalah bilamana kita bisa melazimi Istiqamah .


Wallahu 'alam Bisshowab



 

Selasa, 08 Februari 2011

ADA APA DENGAN REZEKIKU ??

" Apakah mereka yang membagi bagi rahmat Tuhanmu ? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia , dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain . Dan rahmat Tuhanmu yang lebih baik darri apa yang mereka kumpulkan " . QS : Az Zukhruf 32 

Pernahkah kita bertanya tentang bagaimana rizki kita ? Hal itu sebuah teka teki kehidupan , yang sadar atau tidak sering timbul di dalam pikiran kita , mengapa saya tidak sekaya orang lain ? Mengapa mereka yang banyak maksiat justru semakin sukses bisnisnya ? Apakah hal ini sudah menjadi takdir saya ? Oleh karena itu perlunya kita kaji ayat diatas .

Apakah kita yakin bahwasanya Allah Azza Wajalla -lah yang mengatur pembagian rizki kepada kita dan kepada seluruh makhluk hidup yang ada di permukaan bumi , Allah juga -lah yang mengatur penghidupan kita ( ma'isyah kita ) bukanya orang lain bukannya pelangan kita , bukan bisnis kita , bukan pimpinan perusahaan kita , dan juga bukan pula diri kita sendiri , akan tetapi hanya Allah-lah yang menentukan seberapa banyak kadar rezeki kita hari ini dan esok hari .

Kalau Alah yang mengatur rizki , kenapa Dia menentukan rizkiku sedikit 

mungkin terlalu sering diantara kita yang mengeluhkan tentang jumlah rizki kita . Padahal boleh jadi karena Allahlebih tahu akan batas kemampuan kita , jika di berikan kekayaan melimpah , kita tidak lagi ingat kepadaNya , dan kita banyak berbuat maksiat . Di karenakan Alah Maha tahu , Dia mengetahui kadar kemampuan kita dala menerima fitnahharta . Sedangkan Allah sangat dan paling tahu apa kebutuhan kita dan Allah tidak akan mendzolimi hambaNya . Apalagi sampai kekurangan rizki . Jelas tidak mungkin dan sangat tidak mungkin !
Sebagaimana firman Allah Ta'ala di dalam Al Qur'an di sebutkan , Dia tidak akan membebani seorang hambaNya diluar kesanggupanya .
"Dan jikalau Allah melapangkan rizki kepada hamba hambaNya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi , tetapi Allah menurunkan apa yang di kehendakiNya dengan ukuran . Sesungguhnya Dia Maha mengetahui ( keadaan ) hambaNya lagi MahaMelihat " . QS Asy Syuura 27

Semua itu terjadi karena Allah tau kapasitas dan kemampuan kita dalam menerima ujian kekayaan , itu semua karena kasih sayang Allah kepada hambaNya . Ada orang yang jika di berikan kemiskinan , maka dia akan bermaksiat , sedangkan jika dia di berikan kecukupan , maka dia banyak beramal kebajikan . Sebaliknya juga ada orang orang yang jika diberikan kemiskinan justru dia banyak beribadah , sedangkan jika di berikan kekayaan atau kelapangan rizki akan bermaksiat .
Sebuah hadits qudsy menyebutkan : 
" Aku bersama persangkaan hambaKu " 
Artinya hendaklah kita senantiasa berkhusnudzon kepada Allah , baik itu di dalam do'a atau di dalam perkataan kita atau apa yang terdetik di hati kita , karena persangkaan kita tersebut boleh jadi akan terjadi pada diri kita ( orang jawa bilang dilalah atau secara kebetulan hal itu terjadi pada diri kita ) .
Maka benarlah apa yang Rosulullah takutkan sebagaimana sabda beliau : 
" Bagi setiap sesuatu terdapat ujian dan cobaan , dan ujian serta cobaan terhadap umatku ialah harta benda " . HR . Tirmidzi 

Dari hadits riwayat Tirmidzi diatas lebih seringnya kita salah duga , yang Allah timpakan kepada kita itu apakah satu ujian atau satu teguran . Lebih seringnya kita melihatnya satu ujian , padahal boleh jadi hal itu satu teguran dari Allah agar kita mau kembali kepadaNya . Jika sesuatu itu bentuk ujian dari Allah , manakala kita dalam berjalan menapaki kehidupan ini sudah sesuai sunahNya dan sunah NabiNya . Akan tetapi jika dalam menapaki kehidupan ini melenceng dari syareat , maka hal itu ( yang terjadi pada kita ) satu bentuk teguran keras dari Allah agar kita mau kembali kejanNya ( Islam ) .

Kalau rizki sudah di takdirkan , lalu mengapa kita harus berusaha dan bekerja 
Di dalam Islam bekerja dan berusaha serta bersungguh sungguh dan juga melihat sebab akibat bagi orang orang beriman adalah satu kewajiban yang harus di laksanakan dan itu hukumnya wajib , akan tetapi masalah hasil maka hal itu persoalan keimanan atau bukan urusan manusia . Jika mendapat hasil yang banyak kita bersukur dan jika dikaruniai hasil yang sedikit kita bersabar .
Meskipun rizki kita sudah Allah tentukan , akan tetapi kita tidak pernah tahu akan takdir kita itu sebelum takdir itu terjadi pada kita . Olehkarena itu tetaplah berusaha dan bekerja dengan sunguh sunguh dan juga banyak beramal kebajikan untuk menyambut takdirt kita , karena kita akan di permudah munuju takdir kita .
Tentang masalah ini , jangankan kita , para sahabat Rosulullah SAW -pun menanyakan hal yang sama kepada beliau , buat apa berusaha dan bersusah payah jika sudah di takdirkan buruk ? 
" Wahai Rosulullah !Kalau begitu apakah kita tidak sebaiknya berserah diri kepada takdir kita dan meninggalkan amal usaha ? Rosulullah SAW bersabda : " Barang siapa yang telah di tentukan sebagai orang yang berbahagia , maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang orang yang berbahagia . Dan barang siapa yang telah di tentukan sebagai orang yang sengsara , maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang orang yang sengsara ". Kemudian beliau melanjutkan sabdanya : " Beramallah ! Karena setiap orang akan di permudah ! Adapun orang orang yang ditentukan sebagai orang yang berbahagia , maka mereka akan dipermudah untukmelakukan amalan amalan orang orang bahagia . Adapun orang orang yang di tentukan sebagai orang yang sengsara , maka mereka juga akan dipermudah untuk melakukan amalan orang orang yang sengsara " . Kemudian beliau membacaka ayat berikut ini : " Adapun orang orang yang memberikan hartanya dijalan Allah dan bertaqwa , dan membenarkan adanya pahala yang terbaik ( jannah ) , maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jan yang mudah . Dan adapun orang orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup , serta mendustakan adanya pahala yang terbaik , maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar " . ( Shahih Muslim no 4786)   

Jadi bersukurlah jika anda termasuk orang orang yang di mudahkan dalam berbuat kebaikan . Selain dari pada itu , perbaikilah kualitas agama kita , agar kita lebih siap menerima ujian , baik itu ujian kekayaanmaupun ujian kemiskinan , karena jika kita sudah berbuat baik dengan banyak bersedekah dan bertaqwa ,maka Allah akan memudahkan jalan sukses kita . Dan sekali lagi kita renungi firman Alah berikut ini : 
" Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda beda . Adapun orang yang memberikan ( hartanya dijalan Allah ) dan bertaqwa , dan membenarkan adanya pahala yang terbaik ( jannah ) , maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang mudah " . (QS : Al Lail 4-7 ) 


Lalu bagaimana dengan mereka yang berbuat dosa , mengapa mereka justru sukses di dunia ini ? 

Semoga Allah memberikan RahmatNya kepada orang orang yang bersungguh sungguh , untuk menyempurnakan hidupnya dengan ilmu dan amal islami . Kita lihat orangorang yang bermaksiat kepada Allah ! mereka telah melupakan peringatan Allah , maka Allah akan memberikan semua kenikmatan dunia , sehingga mereka akansemakin lupa dan semakin berbuat dosa yang pada akhirnya akan di adzab ( di dunia ini ) dengan sekonnyong konyong . Hal itu sesuai dengan firman Allah : 
" Maka tatkala mereka telah melupakan peringatan yang telah di berikan kepada mereka , Kamipun membuka semua pintu pintu kesenangan untuk mereka ; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka , kami siksa mereka dengan sekonyong konyong , maka ketika itu mereka terdiam berputus asa " . ( QS : Al An'aam 44 ) 

Jadi berhati hatilah jika disaat kita banyak berbuat dosa dan maksiat justru Allah memberikan rizki yang berlimpah   

Ingatlah 

" Kehidupan dunia di jadikan indah dalam pandangan orang orang kafir , dan mereka memandang hina orang orang yang beriman . Padahal orang orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari kiamat . Dan Allah memberi rizki kepada orang orang yang dikehendakiNya tanpa batas " . ( QS : Al Baqarah 212 )


Oleh karena itu bukalah pintu rizkimu dengan beribadah 

Rosulullah Shalallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : 
" Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman ,' Wahai anak Adam ! , beribadahlah sepenuhnya kepadaKu , niscaya Aku penuhi ( hatimu yang ada ) di dalam dada dengan kekayaan ( dengan sifat Qona'ah ) dan Aku penuhi kebutuhanmu . Jika tidak kalian lakukan niscaya Aku penuhi tanganmu dengan kesibukan dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu ( kepada manusia ) " .

Dalam hadits tersebut menjelaskan , bahwasanya Allah menjanjikan kepada orang yangberibadah kepadaNya sepenuhnya dengan dua hadiah dan sebaliknya mengancam bagi yang tidak beribadah kepadaNya dengan sepenuhnya dengan dua siksa . Adapun dua hadiah tersebut adalah memenuhi hatinya dengan kekayaan yaitu Allah akan menumbuhkan dalam dadanya sifat qana'ah ( merasa cukup ) dan memenuhi kebutuhannya . 
Sedangkan dua siksa yaitu Allah akan memenuhi tanganya itu dengan kesibukan dan ia sendiri walaupun telah berusaha tidak mampu memenuhi kebutuhannya itu ( senantiasa merasa kurang dan kurang ) , sehingga ia tetap atau senantiasa  membutuhkan bantuan manusia  .

Dan akhirnya marilah kita renungi nasehat Ibnul Qayyim 

" Tidaklah kelapangan rizki dan amalan itu di ukur dengan jumlahnya yangbanyak , tidaklah panjangnya umur itu di lihat dari bulan dan tahunya yang berjumlah banyak . Akan tetapi kelapangan rezeki dan umur itu di ukur dengan keberkahannya " .




Wallahu 'alam Bishowab