>

Total Tayangan Halaman

Rabu, 02 November 2011

LEBAH




" ............Ya Rabb kami , tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia sia . Maha Suci Engkau.  Maka, peliharalah kami dari siksa neraka . " ( QS : Ali Imran 191 )





Maha Suci Allah Rabul 'Alamin,  yang telah menegakan langit tanpa tiang,  menjadikan gunung gunung sebagai pasaknya,  dan telah menundukan seluruh makhlukNya yang ada di permukaan bumi untuk kumakmuran manusia.  Dengan keMaha Rokhman RokhimNya Allah tersebut ada manusia manusia yang bersyukur kepadaNya ( yang bersyukur jumlahnya sedikit ),  dengan menjadikan itu semua sebagai sarananya untuk beribadah kepada Allah dengan sebaik mungkin.  Dan kebanyakan manusia dengan kemudahan yang telah Allah berikan itu menjadikannya kufur.  Kebanyakan manusia lupa dan mengira bahwa dengan kekufurannya itu Allah akan membiarkannya begitu saja ( tidak ada pertanggung jawabanya nanti ).  Padahal di balik itu semua ada sebuah skenario besar dari Allah Azza Wajalla atas kehidupan seluruh manusia di muka bumi,  jika ia mau sedikit berpikir sejenak untuk merenunginya.  Ada beberapa hikmah dari itu semua .

Dari penggalan ayat diatas ( QS : Ali Imran 191 ), melalui tulisan ini saya mengajak untuk bersama sama merenungkan penggalan ayat diatas. Ada satu makhluk Allah di muka bumi ini yang menarik kita cermati dan dapat kita ambil pelajaran berharga darinya,  yaitu LEBAH ... sesuai dg judul diatas .
Kenapa topik bahasannya lebah, kok tidak Laba laba, atau Semut atau Sapi bertina ( yang sama sama menjadi nama surat dalam Al Qur'an ). Karena dari Lebah banyak sekali yang bisa kita ambil manfaatnya di samping madunya.
Di awal awal ayat dari QS: An Nahl, Allah Tabaroka Wata'ala menjelaskan kepada manusia, bahwa Allah telah menundukan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi untuk manusia. Dengan satu tujuan utama , agar hal tersebut ( dengan Allah tundukkannya untuk manusia itu ) memberikan kemudahan kepada manusia tersebut untuk mencapai apa apa yang di tuju manusia. Atau dengan bahasa mudahnya, menjadi sarana dan prasaranya bagi manusia tersebut untuk mencapai tujuan utama di ciptakan manusia di muka bumi, yang tidak ada yang lain kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah saja tanpa syirik sedikitpun. Hal tersebut sebagaimana di jelaskan dalam QS : An Nahl 9-17.
Lebih dari itu, dalam QS An Nahl, Allah Azza Wajalla juga banyak memberikan perumpamaan perumpamaan kepada manusia dari makhluk Allah Ta'ala yang lain, agar di jadikan bahan renungan dan pelajaran bagi manusia. Dalam surat tersebut juga banyak di terangkan akan hukum sebab akibat bagi manusia. Al Qur'an juga memberikan beberapa sinyal sinyal dan menyapa manusia dalam QS : An Nahl tersebut dengan bahasa yang lembut.
Itu semua sebagai bentuk rasa Kasih Sayang Alah kepada manusia dan nikmat nikmat dari Allah buat hamba hambaNya, sehingga surat An Nahl juga di namakan An Ni'am ( nikmat nikmat ).

Qur'an surat yang ke 16 ini di namakan An Nahl ( yang artinya lebah ), karena di dalamnya terdapat firman Allah ( ayat yang ke 68-69 ) : " Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah :"Buatlah sarang sarang di  bukit bukit, di pohon pohon kayu dan di tempat tempat yang di bikin manusia".  ( QS : An Nahl 68 )
" Kemudian makanlah dari tiap tiap ( macam ) buah buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan bagimu. Dari perut lebah itu keluar minuman ( madu ) yang bermacam macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnyapada yang demikian itu terdapat tanda tanda ( kebesaran Tuhan ) bagi oranng orang yang memikirkan ". ( QS : An Nahl 69 )
Lebah adalah salah satu makhluk Allah dari sekian banyak makhluk Allah yang ada di muka bumi, yang banyak memberikan manfaat kepada manusia dan juga tingkah lakunya bisa memberikan satu pelajaran berharga bagi manusia.

Pelajaran Yang Bisa Di Ambil Dari Lebah 

1. Dari Segi Makanan 

Lebah hanya mengisap sari bunga, jarang sekali atau tidak pernah kita lihat lebah memakan selain sari bunga. Tidak sebagaimana yang di konsumsi oleh Kumbang ( memakan kotoran ) dan Babi ( hewan yang paling rakus, sangking rakusnya jika terpaksa kotorannya sendiri pun akan ia makan juga ). Artinya Apa yang di konsumsi lebah adalah sesuatu yang halal dan baik. Sehingga apa yang di hasilkan lebahpun adalah sesuatu yang pasti baik lagi banyak manfaatnya, yaitu madu.
Hendaknya seorang mukmin juga mengkonsumsi sesuatu yang telah di halalkan oleh Allah, sebagaimana apa yang di konsumsi lebah. Halal dari apa yang ia makan, apa yang di pakainya, apa yang ia dapatkan ( cara mencarinya ) dan juga halal dari apa yang ia belanjakanya. Kesemuanya haruslah jelas kehalalannya. Di samping halal juga harus toyyib. Karena sesuatu yang halal belum tentu tayyib, akan tetapi sesuatu yang tayyib sudah tentu halal.
Contohnya :* Daging sapi adalah halal, akan tetapi jika di sembelih tidak menyebut Asma Allah, atau mati tidak di sembelih, atau di sembelih dengan menyebut Asma Allah akan tetapi untuk persembahan ( untuk acara kesyirikan ), maka daging tersebut yang mulanya halal, akan  jadi haram untuk di konsumsi. Bukan masalah mubadzir atau tidak. Karena Ulama' Islam sepakat mengenai hal itu.
* Kita mengkonsumsi daging sapi, dengan kriteria diatas, akan tetapi cara mendapatkan daging sapi yang hendak kita konsumsi itu dari harta haram ( mencuri atau menipu ). Itu juga haram. Tidak toyyib. Masih ada subuhatnya.

Jadi halal tidaknya makanan yang hendak kita konsumsi itu akan besar pengaruhnya terhadap amal ibadah kita kepada Allah. Akan menghambat terkabulnya sebuah do'a yang kita panjatkan kepada Allah.
Hari ini, di tengah tengah dominasi jahiliyah modern, dan sulitnya perekonomian, tentang  masalah mengkonsumsi makanan yang halal lagi toyyib adalah satu masalah yang sangat berat bagi seorang mukmin yang bersungguh sungguh dalam beribadah kepada Allah. Berhati hati dalam masalah makanan juga termasuk rangkaian dari ibadah.

2. Dari Sisi Muamalah ( interaksi dengan lingkungan sosial )

Kita lihat, jika lebah hinggap di seuatu ( ranting, bunga, atau daun atau yang lainnya ) hal itu tidak menjadikan lingkungan sekitarnya jadi rusak. Malah kebanyakan hadirnya lebah akan membawa manfaat. Hal itu berawal dari apa yang di konsumsinya adalah hanya sesuatu yang halal saja( menurut pandangan Allah dan RosulNya ).
Jika Al Qur'an dan as Sunah adalah sebagai satu pedoman hidup dari Allah yang harus di pahami dan di laksanakan dalam realitas nyata bagi kehidupan seorang mukmin, sebagaimana Allah mengilhamkan kepada lebah, maka apa apa yang di hasilkan oleh lebah dan apa apa yang di hasilkan oleh seorang mukmin yang mentauhidkan Allah dengan sebenar benarnya akan sama. Karena sama sama tunduk kepada perintah Allah Azza Wajalla saja.
Begitu pula jika seorang manusia sudah mau tunduk atas seluruh hukum hukum Allah, sebagaimana apa yang Allah ilhamkan atas lebah, maka kemana pun manusia bertempat tinggal akan membawa manfaat lingkungan sekitar.

3. Dari Sisi Pertahanan Diri

Akan tetapi satu hal yang harus di perhatikan. Jangan sekali kali mengganggunya. Mengusik eksistensinya di dalam melaksanakan perintah Allah itu. Seekor lebah akan mempertahankan diri, atau minimal melawan dengan sengatannya. Jika yang melakukan perlawanan itu lebah madu, maka perlawanan atau sengatannya itu akan mencelakakan dirinya sendiri( mati ). Itu sunatulah yang telah Allah tetapkan di muka bumi ( dalam hal ini lebah ) jika kita mau sedikit mencermati.
Apa yang di lakukan lebah, juga akan sama dengan apa yang akan di lakukan oleh seorang mukmin yang mentauhidkan Allah dengan benar. Akan melakukan perlawanan terhadap kedzaliman yang di timpakan kepada dirinya. Seorang mukmin akan mengeluarkan seluruh potensi yang di milikinya itu untuk melawan.
Jika sarang lebah di usik dan di ganggu, maka sepontan seluruh lebah yang ada di sarang itu akan melawan. Minimal yang telah mengusik sarangnya itu akan tersengat satu atau dua sengatan.
Maka satu hal yang wajar jika ada salah satu bumi Islam yang di serang, baik itu perang urat syaraf maupun perang fisik ( apapun alasannya ) maka yang di serang akan melakukan perlawanan. Ada kalanya dua kekuatan itu seimbang, juga ada kalanya dua kekuatan itu berat sebelah. Akan tetapi intinya yang di serang tetap akan mempertahankan diri.

Akan tetapi bagi seorang mukmin sebagai khalifatullah di muka bumi, yang telah di turunkan Al Kitab ( Al Qur'an ) dan telah di utusnnya para Utusan Allah ( para Nabi dan Rosul ) , maka Alah telah memberikan ketentuan ketentuan bagi seorang mukmin yang harus di taatinya. Bagaimana atau dalam hal apa ia harus marah dan membalas serangan itu . Jadi tidak asal marah begitu saja, akan tetapi harus tau alasanya ia marah. Apakah kemarahannya atau balasan dari serangan itu di benarkan syar'i apa tidak, itu yang terpenting.
Ada 5 hal pokok, yang jika 5 hal pokok itu di serang atau terancam, ia boleh marah dan membalas serangannya itu . Menurut skala prioritas.Dan urutannya ndak boleh di bolak balik.
1.Jika diennya atau agamanya di serang atau terancam bahaya, dirinya boleh membalas serangan atau minimal menahan srrangan itu .2. Apabila nyawanya terancam. 3. Jika akalnya terancam dari penyesatan penyesatan pemikiran. 4. Apabila keturunannya terancam. 5. Apabila hartanya terancam.

Catatan.
Jika dienya terancam bahaya, maka ia di perbolehkan mengorbankan hartanya(5)( berapapun harta ia akan keluarkan agar dienya selamat ), boleh mengorbankan keturunannya (4),  boleh ia korbankan akalnya(3) (artinya ia fikirkan dengan serius agar diennya itu selamat), bahkan akan ia korbankan nyawanya yang paling berharga itu asal diennya tidak di lecehkan dan diinjak injak(2).
Jika hartanya terancam(5), ia boleh marah dan mempertahankan hartanya itu. Akan tetapi sebisa mungkin  jangan ia korbankan yang nomer 4- nomer 1. Artinya: hanya karena membela hartanya ia korbankan sanak keluarganya, ia rela putus dengan sanak keluarga hanya karena dunia yang ingin ia kejar. Ia peras akalnya untuk mendapat harta. Ia bela mati matian hanya karena harta, yang bisa ia cari kembali.Bahkan ia berani mengorbankan agamanya ( murtad ) demi secuil harta dunia.
Intinya nomer yang tertinggi( 1 ) jangan sampai di korbankan. Boleh mengorbankan nomer nomer di bawahnya ( 2-5). Nomer 2 boleh mengorbankan nomer 3-5, tetapi jangan sampai mengorbankan nomer 1( jika dalam mempertahankan nomer 2 ia korbankan nomer 1 dalam fiqh ada pembahasan tersendiri ) . nomer 3 boleh mengorbankan 4dan 5, tetapi jangan sampai mengorbankan nomer 1. Nomer 4 boleh mengorbankan nomer 5 saja.
Jika seseorang berbuat menurut skala prioritas diatas, sedangkan dirinya ikut terbunuh, maka dalam Islam di kategorikan mati syahid( tentunya menurut skala prioritasnya. Sedangkan orang yang mati demi membela dienya kedudukanya jauh lebih tinggi di sisi Allah, jika di bandingkan dengan yang lain ).
Sehingga dalam memulai sesuatu tidak boleh gegabah atau ceroboh. Harus di fikirkan masak masak, dengan fikiran dingin. Harus bisa menggabungkan dua sifat marah dan sabar. Marah karena apa dan sabar sebatas apa itu harus di ketahui pula. Karena Islam menyuruh umatnya untuk berbuat atas dasar kesadaran dan ilmu.
Itu juga sudah merupakan sunatullah yang telah Allah tetapkan di muka bumi ( yaitu peperangan antara al haq dan al batil )dan akan terus berlangsung serta mengalami pengulangan demi pengulangan hingga hari kiamat. Dan itu pasti terjadi.

4. Dalam Hal  Permulaan Akan Membuat Sarang

Lebah jika akan membuat sarang, akan survey lokasi terlebih dulu. Akan berputar putar kesana kemari mencari tempat yang cocok, aman dan kondusif. Mulanya hanya satu titik kecil ( mungkin sebagai tanda awal )akan tetapi lama kelamaan tanpa di sadari oleh manusia berubah menjadi sarang yang besar, yang siap menghasilkan madu. Dalam memilih tempat bersarang minimal jauh dari jangkauan manusia ( sarang yang di buat secara alami ) dan terlindungi. Lebah akan bersarang di atas pohon atau di bawah atap rumah atau di tempat lain, yang minimal jika ada yang menganggu sarang tersebut akan sedikit kesulitan. Itulah yang di lakukan lebah di dalam mentaati perintah Tuhannya. Sebagaimana diteranngkan dan di abadikan oleh Al Qur'an sebagai pelajaran penting untuk orang orang beriman :
" Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : " Buatlah sarang sarang di bukit bukit, di pohon pohon kayu dan di tempat tempat yang di bikin manusia". ( QS :AnNahl 68 )
Sebagai manusia yang di berikan kelebihan akal, harusnya malu pada lebah. Mampu merealisasikan perintah Tuhannya, seperti di terangkan dalam QS : An Nahl 68.
Seharusnya hal tersebut dapat menjadi satu inspirasi bagi seorang mukmin, bagi seorang pegiat amal Islami atau seorang aktivis Islam jika ingin melakukan satu amal islami. Baik itu amal pribadi atau amal amal yang perlu berjama'ah( di lakukan bersama sama ).
Minimal ia harus faham daerah sekitarnya terlebih dulu. harus bisa memahami permasalahan permasalahan yang ada di sekitarnya, yang akan ia jadikan obyek dakwahnya itu.
Memahami karakter karakter orang orang yang ingin ia jadikan sebagai obyek dakwahnya itu. Suatu dakwah yang mengajak kepada tauhid membutuhkan waktu yang lama, dan kontinuitas serta kesungguhan.
Ia juga harus memikirkan ada apa tidak yang akan menopang dakwahnya itu( melindungi ) sebagaimana lebah yang membuat sarang di tempat yang terlindungi dari mara bahaya. Keberadaan pelindung tersebuat akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari sebuah dakwah Islamiyah, sehingga dakwah tersebut akan terus berlangsung dan bertahan serta bisa di nikmati oleh seluruh manusia ( kehidupan manusia di daerah dakwah itu akan di liputi ketenangan batin dan terjauhkan dari adzab Allah ) minimal bisa di nikmati oleh orang orang di sekitar obyek dakwah itu, meluas dan meluas ( sebagai mana yang pernah di alami di zaman Umar bin Abdul Aziz ).

Di sana di butuhkan pribadi pribadi yang bermental ulet, tahan uji dan senantiasa sabar. Karena dakwah tauhid itu milik Ummat seluruhnya. Allah memerintahkan kepada orang orang beriman di dalam mendakwahkan kemurnian tauhid itu, untuk bersungguh sungguh menapaki jalan jalan yang telah Allah tentukan dalam medan dakwah. Bersungguh sungguh mengikuti apa apa yang di contohkan oleh Rosulullah Muhammad Saw dalam berdakwah. Adapun hasilnya bukan urusan manusia. Artinya apakah seorang pegiat amal Islami yang telah menceburkan dirinya di dalam dakwah tauhid dapat melihat hasil dari dakwahnya itu? ataukah dirinya keburu di panggil Allah sedangkan yang ia dakwahkannya itu belum maksimal dan ia tidak bisa melihat hasil dakwahnya itu. Untuk merobah sesuatu yang buruk itu butuh proses. Yang terkadang proses itu berjalan sangat lambat dan melelahkan.
Bermodal semangat saja tidaklah mencukupi. Di butuhkan pribadi pribadi yang tidak mudah berputus asa. Selalu bertawakal kepada Allah( karena ia adalah seorang manusia yang lemah ). Selalu optimis. Selalu berbaik sangka kepada Allah, apapun yang terjadi pada dirinya. Yang mana itu semua sebagai bentuk ujian dan ujian bagi diri aktivis itu. Bagaimana mengaplikasikan sabar dan syukurnya.
Itu semua harus di sadari oleh para pegiat amal Islami. Karena jika ia tidak menyadari sedari awal, maka yang terjadi akan mudah terjebur kedalam penyakit futur. Berhenti di tengah jalan. Dan tidak sedikit yang berputar 180 derajad( yang mulanya sebagai penopang dakwah, akan menjadi penghambat dakwah).

5. Dalam Hal Berjama'ah

Yang paling menarik untuk di cermati adalah kehidupan lebah madu. Lebah madu sangat menjunjung tinggi rasa kebersamaan. Tidak saling iri satu dengan yang lainnya. Saling membutuhkan satu dengan yang lainnya dan saling menopang. Tidak berkerja sendiri sendiri. Bekerja sesuai dengan bidang bidangnya. Terus bekerja, hingga menghasilkan madu.
Ada lebah pekerja. Ada lebah penjaga. Ada lebah pejantannya. Ada ratunya.
Lebah pekerja tidak pernah iri dengan lebah pejantannya. Lebah penjaga tidak pernah iri, ingin menjadi ratu dengan memobilisasi yang lain untuk melakukan revolusi. Ndak pernah ada lebah melakukan demontrasi ( ngambek tidak mau melakukan pekerjaannya ). Lebah ratu membutuhkan lebah pejantan. Lebah pejantan membutuhkan lebah pekerja dan lebah penjaganya. Bekerja saling bahu membahu dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.

Di sanalah menariknya. Sama sama menerima perintah Allah. Allah mengilhamkan pada lebah untuk bekerja sesuai dengan perintah Allah sehingga menghasilkan madu. Allah memerintahkan kepada manusia untuk mentaati perintah Allah, dengan merealisasikan syareat Islam yang menyeluruh di muka bumi dalam kehidupan nyata manusia itu sehari hari. Sehinggga turunlah pertolongan Allah dan juga barokah langit dan barokahnya bumi akan tercurah atas manusia. Sebagaimana  di beritakan dalam QS : An Nur 55. 
Yang di hasilkan lebah dari mentaati perintah Allah adalah madu ( obat yang bermanfaaat bagi manusia, sebagaimana di beritakan Al Qur'an QS : An Nahl ayat 69 nya. Merealisasikan syareat Islam yang menyeluruh di muka bumi akan berdampak baik  dan sangat luas bagi seluruh alam ini. Tidak hanya manusia saja yang merasakan manfaaatnya, akan tetapi seluruh makhluk Allah yang ada di muka bumi akan merasakan manfaaatnya. Sejarah mencatat dalam pemerintahannya Umar bin Abdul Aziz.
Yang lebih menarik adalah firman Allah QS:  An Nahl 69 nya : " ... dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan ( bagimu )...". ( QS : An Nahl 69 ). Bagimu pada ayat tersebut adalah perintah kepada lebah. Dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah di mudahkan adalah agar jangan sampai lebah itu menyalahi perintah Allah. Membuat sarang di sembarang tempat, memakan makanan yang lain selain menghisap bunga ( tidak sebagaimana yang di lakukan oleh babi yang memakan apapun yang bisa di makan )dalam beramal jama'i tidak saling sikut menyikut  yang akan mengakibatkan madu tidak dapat di hasilkan.
Untungnya hanya manusia saja yang kebanyakan menyelisihi perintah  Allah. Kita tidak dapat membayangkan jika makhluk Allah yang lain juga ikut menyelisihi perintah Alllah. Bisa jadi tumbuhan tidak mau berbuah. Ayam tidak mau bertelur( sehinggga regenerasi tidak ada ), lembu atau sapi tidak mau mengeluarkan susunya dan tidak mau di sembelih untuk konsumsi makanan manusia.

Apa pelajaran yang bisa di ambil dari bersatu padunya lebah di dalam sarangnya itu demi untuk menghasilkan madu.
1. Secara fitrohnya manusia itu adalah makhluk sosial, saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana di beritakan dalam Al Qur'an di awal QS: An Nisaa'.
2.  Tegaknya hukum hukum Allah di muka bumi ( iqomatuddin, sebagaimana di beritakan Al Qur'an dalam surat Asy  Syuraa 13 ) secara menyeluruh di dalam kehidupan manusia, haruslah di lakukan secara berjama'ah. Beban iqomatuddien bukanlah perkara yang ringan dan sepele. Perlu ada kebersamaan dalam mengemban dan merealisasikan beban tersebut. Karena manfaat dari tegaknya hukum  hukum Allah di muka bumi lebih besar dari pada manfaaat madu ( manfaaatnya sangat luas. Rakhmat seluruh alam ).

3. Butuh kerja  sama dengan jama'ah jama'ah islamiyah yang lainnya. Yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dan saling menguatkan. Jama'ah A membutuhkan jama'ah B, Jama'ah B membutuhkan jama'ah C dan A. Sebagaimana orang mendirikan rumah : adanya pagar rumah ( perlu dan di butuhkan ), adanya pintu dan jendela ( perlu dan di butuhkan ),adanya atap rumah ( perlu dan di butuhkan ), adanya cat rumah, baik itu di dalam maupun di luar rumah ( perlu dan di butuhkan ), Interior di dalam dan di luar rumah ( perlu dan di butuhkan ). Kesemuanya itu saling terkait dan berhubungan, sehingga tercipta sebuah rumah yang ideal yang layak huni.
Jama'ah jama'h Islam yang ada itu, mengumpulkan nilai nilai Islam. Ada yang bergerak di bidang pendidikan Islam, ada yang bergerak di bidang pelayanan publik, ada yang bergerak di bidang dakwah, ada yang bergerak di bidang kemiliteran ( jihad ), ada yang bergerak di bidang politik ( karena kurang hati hati, sehinggga terseret kedalam kubangan politik sekuler ). Kesemuanya mempunyai nama sendiri sendiri yang beranega ragam.
Akan tetapi apa yang di lakukan lebah madu di dalam membuat sarang untuk menghasilkan madu yang bermanfaat, tidak di contoh dan diikuti oleh manusia. Padahal perintahnya sama.
Sehingga satu hal yang wajar jika di satu fihak ( lebah madu ) sudah bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, karena tertib dalam melaksanakan perintah Allah. Akan tetapi di fihak yang lain, yaitu manusia ( yang sama sama menerima perintah Allah ) belum bisa mnenghasilkan sesuatu yang bermanfaat ( baik itu manfaat bagi diri manusia sendiri, maupun manfaat bagi seluruh alam ) yaitu tegaknya hukum hukum Allah di muka bumi. Karena manusia di dalam usahanya menegakkan hukum hukum Allah saling centang perenang. Satu dengan yang lainnya saling merasa hebat.
Itulah fakta di lapangan yang terjadi.
Sehingga yang mengambil keuntungan dari hal itu adalah orang orang kafir. Itulah sekenario besar yang di mainkan oleh orang orang kafir. Semenjak runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani 1924 hinggga hari ini. Ironinya banyak ummat Islam yang tidak tersadarkan dengan sekenario besar ini. Terbuai dengan virus Terorisme yang di hembuskan oleh orang orang kafir, sehingga yang terjadi jama'ah A mencurigai jama'ah B dan seterusnya. Merasa Jama'ah A lebih mendekati sunah dari pada jama'ah B dan C, sehingga tidak membutuhkan keberadaan jama'ah B dan C.

Itulah problematika ummat Islam hari ini, sehingga Ummat ini sulit sekali bangkit dari keterpurukan dan ketertindasannya oleh dominasi orang orang kafir dan orang orang munafik.
Ternyata dengan mengambil 5 Ibroh ( pelajaran ) kehidupan lebah madu, yang diabadikan oleh Al Qur'an surat An Nahl 68-69 dan mentranformasikan ke dalam keterpurukan Ummmat Islam hari ini. Banyak sekali pelajaran penting yang dapat kita ambil dari sana. Dari makhluk Allah yang kecil yang bernama lebah.

Semoga uraian ini dapat menjadi pelajaran yang berharga dan bahan renungan kita bersama.
Wallahu a'lam bishowwab 

1 komentar:

  1. Alangkah baiknya kehidupan lebah itu, banyak yg kita bisa teladani dari sifat kehidupan lebahat yang bersih, ia hinggap disatu bunga ke bunga lain tanpa merusak bunga tersebut, suka memberikan manfaat kepada orang lain. dari segi kesehatan, madu yang dikeluarkan oleh lebah sangat berkasiat, salah satunya madu dapat membunuh kuman2 penyakit yg bersarang pd tubuh manusia dan tidak suka mengganggu atau merusak, serta kekompakkannya dalam kelompok dan masyarakatnya. lebah ketika dia meninggalkan tempat yg didiami, tempat tersebut meninggalkan kenangan manis yaitu madu.
    jadi intinya utk menuju suatu masyarakat yang bersih sangat diperlukan sistim, tatanan serta aparat yg bersih pula. dalam perspektif fiqih dikatakan : "HANYA AIR YANG SUCILAH YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENSUCIKAN NAJIS ATAU KOTORAN, SEDANGKAN AIR YG SUDAH TERCEMAR OLEH NAJIS, TIDAK AKAN DAPAT DIGUNAKAN UNTUK BERSUCI."

    Dalam pesan Rasulullah SAW. dalam diri lebah adalah:
    ,,Seorang mukmin itu adalah ibarat lebah. apabila ia makan, ia makan barang yang baik, apabila ia mengeluarkan sesuatu dari badannya, yang dikeluarkannya itupun barang yang baik dan apabila ia hinggap, sekalipun disebuah ranting yang lapuk, maka tempat ia hinggap itusedikitpun tidak rusak lantarannya."

    BalasHapus