Ada suatu fenomena sejarah yang harus di perhatikan oleh para pegiat amal islami di seluruh bumi ini dan seluruh umat , yang kemudian untuk direnungkan dengan mendalam .
Bahwasanya dakwah ini pernah menghasilkan satu generasi manusia yaitu generasi para sahabat semoga Allah Azza Wajalla merindhoi mereka semuanya . Suatu generasi pilihan dalam sejarah islam dan dalam sepanjang sejarah umat manusia . Kemudian generasi itu tidak lagi di hasilkan dalam sejarah islam . Memang ada beberapa gelintir orang dengan karakteristik seperti generasi pertama itu namun belum pernah terjadi dalam sejarah berkumpulnya para tokoh tokoh besar berada dalam satu tempat , seperti yang terjadi pada masa pertama .
Hal inilah yang perlu kita renungkan dengan seksama agar kita dapat menyingkap rahasia keberhasilannya .
Al Qur'an yang menjadi jantung dakwah ini telah turun dengan sempurna 30 jus 114 surat dan 6600 lebih ayat telah terkumpul dalam satu mushaf usmani , dan juga berikut tafsirnya telah ada dan mudah kita dapatkan . Demikian juga Hadist hadist Rosulullah Saw yang terangkum dalam kitab kitab hadist oleh para ulama' ulama' hadist juga ada di tangan kita bahkan kedudukan suatu hadist dapat kita ketahui sekarang ini . Sebagaimana semua itu juga pernah terdapat pada generasi yang pertama ( para sahabat Ra ) . Apakah yang menjadi kunci kesuksesan dakwah Rosulullah terdahulu dalam membina watak para sahabat ?? apakah karena ketiadaan pribadi Rosulullah sekarang ini yang menjadi kuncinya , apakah ini rahasianya ??
Jika keberadaan pribadi Rosulullah secara fisik adalah suatu keharusan bagi pelaksanaan dan keberhasilan dakwah ini ?? . Jika itu kuncinya niscaya Allah Azza Wajallla tidak menjadikannya sebagai risalah terakhir untuk seluruh umat manusia dan tidak menyerahkan tanggung jawab memberikan tuntunan petunjuk kepada umat manusia di muka bumi kepada dakwah ini hingga akhir zaman ( sampai Allah sendiri mengangkat islam ini dari permukaan bumi ini ) .
Namun Allah Azza Wajallla sendiri telah menjamin untuk memelihara Adz Dzikr ( Al Qur'an ) serta memberitahukan bahwa dakwah ini dapat terus berjalan setelah wafatnya Rosulullah Saw . Dan dapat memetik keberhasilan dakwah . Allah Azza Wajalla telah menyerahkan dakwah islamiah ini kepada Rosulullah , selama 23 th hingga wafatnya dan Allah juga berjanji akan memelihata Al Qur'an ini setelah wafatnya Beliau hingga menjelang hari kiamat . Jadi dengan demikian ketidak beradaan pribadi Rosulullah secara fisik bukan menjadi faktor penentu keberhasilan dakwah islamiah itu sendiri .
Oleh karena itu mari kita teliti faktor lainnya . Kita teli yang menjadi sumber rujukan generasi pertama itu , apakah ada yang berubah darinya ?? kita teliti pedoman hidupnya yang menghasilkan tokoh tokoh semacam mereka itu , apakah ada yang berubah ??.
Ada tiga faktor utama yang membedakan keislaman para sahabat dahulu dengan keislaman kita hari ini :
1 . Sumber rujukan utama generasi petama itu adalah Al Qur'an semata . Sedangkan hadist Rosulullah dan petunjuknya hanyalah satu bentuk penjelasan ( pengeja wantahan ) dari sumber tersebut ( Al Qur'an ) .Oleh karena itu ketika Aisyah Ra di tanya tentang akhlak Rosulullah , ia menjawab " Akhlak beliau adalah Al Qur'an ( HR: Nasa'i ) .
Dari atsar diatas , karena seluruh kepribadian sahabat ingin seperti Al Qur'an , maka para sahabat mencontoh seluruh perikehidupan Rosulullah tanpa terkecuali kepada dirinya .
Dengan demikian hanya Al Qur'an sajalah yang menjadi sumber segala sumber hukum mereka . Darinya mereka memetik pelajaran dan dengannya pula mereka di rubah menjadi tokoh tokoh besar . Hal tersebut terjadi bukan karena mereka para sahabat tidak memiliki perdapan budaya , ilmu pengetahuan , buku buku rujukan / kajia kajian ilmiah . Di sana mereka pada saat itu ada peradapan Romawi dan budayanya , serta buku bukunya dan undang undangnya yang pada saat ini di jadikan pedoman oleh orang orang eropa . Ada warisan peradapan Yunani dan Persia , logikanya , filsafatnya , seninya , syairnya legenda legendanya kepercayaan kepercayaannya , dan sistim kekuasaannya yg pada saat ini pula di jadikan sumber rujukan oleh negara barat . Peradapan Romawi dan Persia mengelilingi jazirah Arab dari timur dan barat. Juga Yahudi dan Nasrani yang hidup di jantung Jazirah Arab .
Jadi mereka tidak kekurangan peradapan internasional dan budayanya , yang membuat generasi sahabat hanya mengambil Al Qur'an saja sebagai sumber rujukan selama masa pembentukannya . Hal ini dapat di dihat dengan marahnya Rosulullah saat Umar Bin Khattab sedang memegang lembaran Taurat dan beliau bersabda : " Demi Allah , seandainya Musa hidup saat ini bersama kalian , niscaya ia hanya di perbolehkan oleh Allah untuk menjadi pengikutku " . ( HR . Abu Ya' la )
Ada suatu rencana dari Rosulullah untuk mensterilkan para generasi sahabat dari sumber lain selama masa pembentukan mereka . Rosulullah ingin membentuk generasi sahabat yang bersih hatinya , akalnya , gambaran hidupnya , dan jiwanya dari segala pengaruh lain selain Al Qur'an saja . Dan hasilnya tercetaklah generasi yang istimewa dalam sejarah yang pernah terulang kembali .
Hal inilah yang menjadi faktor utama perbedaan keberhasilan generasi pertama islam dengan seluruh generasi berikutnya ( sampai dengan generasi kita hari ini ) .
2. Perbedaan dalam menerima dakwah islam . Mereka generasi sahabat membaca Al Qur'an bukan sekedar ingin tau , sekedar membaca saja , juga bukan sekedar untuk merasakan dan menikmatinya . Tidak ada seorangpun dari mereka yang mempelajari Al Qur'an untuk sekedar menambah pengetahuan / untuk menambah bobot ilmiah dan kepintaran dalam ilmu fikih .
Mereka mempelajari Al Qur'an untuk menerima perintah Allah Azza Wajalla berkenaan dengan masalah pribadi mereka , masyarakat mereka , dan seluruh peri kehidupan yang di jalaninya bersama jamaahnya . Mereka menerima perintah Ar Rahman itu untuk segera di amalkan dengan maksimal setelah mendengarnya , seperti seorang tentara yang ada di medan perang yang menerima perintah harian dari sang komandannya . Oleh karena itu tidak ada dari mereka yang memperbanyak mempelajari Adz Dzikr dalam sekali pertemuan , karena ia merasa bahwa dengan memperbanyak membaca perintah itu berarti memperbanyak pula kewajiban dan tanggung jawab tugas yang harus mereka kerjakan . Mereka cukup mempelajari 10 ayat dalam setiap kesempatan menelaah Al Qur'an hingga mereka hafal dan melaksanakan isinya .
Perasaan menerima perintah dan mengerjakannya sehingga Al Qur'an membukakan bagi mereka gerbang kenikmatan dan ilmu pengetahuan . Hal tersebut tidak akan terjadi jika mereka membaca Al Qur'an hanya sekedar untuk meneliti , mengkaji dan membacanya saja ( tanpa pengamalan ) .
Dari metode yang para sahabat lakukan itu , sehingga mereka menjadi termudahkan mengamalkan isinya , beban tugas mereka jadi ringan , Al Qur'an merasuk dalam diri mereka dan setelah itu mereka ejawantahkan dalam pedoman hidup yang realistis dan kehidupan mereka menjadi hidup , yang tidak semata mata berada dalam otak ( konsumsi otak saja ) atau kalimat kalimat yang tersimpan dalam kertas saja , namun menjadi wujud perubahan dan peristiwa yang mengubah perjalanan kehidupan mereka .
Al Qur'an tidak akan memberikan khazanahnya kecuali bagi orang yang mau menerimanya dengan semangat ini ( semangat untuk mengetahui kemudian mengamalkannya ) . Al Qur'an tidak datang hanya sebagai hiburan otak , Al Qur'an bukan kitab sastra / seni , dan bukan kitab sejarah / kisah kisah - meskipun itu semua terkandung di dalam isinya - namun Al Qur'an datang sebagai manhaj kehidupan ( menjadi pedoman hidup setiap orang ) . Allah menurunkan Al Qur'an ini secara terpisah pisah dan berangsur angsur yang datang secara beriringan .
" Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur angsur agar kamu membacanya dengan perlahan lahan kepada manusia , dan Kami menurunkannya bagian demi bagian ". ( QS: Al Israa' 106 )
Al Qur'an tidak di turunkan sekaligus , namun di turunkan sesuai dengan kebutuhan manusia yang terus berubah , sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam pemikiran dan pola pandang , dan sesuai dengan perkembangan dalam masyarakat dan kehidupan , serta sesuai dengan problem problem yang di hadapi masyarakat islam dalam kehidupan sehari hari . Satu ayat atau beberapa ayat di turunkan dalam momen momen tertentu / suatu kejadian tertentu yang menjadi permasalahan manusia pada saat itu . Kemudian memberikan tuntunan bagi mereka ( para sahabat ) dalam menghadapi permasalahan seperti itu , menggariskan bagi mereka suatu pedoman hidup / panduan yang harus mereka lakukan dalam keadaan seperti itu , meluruskan sikapnya dan tindakanya yang salah, mengaitkan semua itu dengan Allah Rabbul Alamin , Tuhan mereka , Allah Azza wajalla memperkenalkan DiriNya pada mereka , dengan Sifat SifatNya yang berkuasa di seluruh alam ini . Dengan begitu mereka para sahabat seakan hidup bersama Alah dan selalu dalam pengawasan Allah secara langsung ( pada tingkatan ikhsan ) .
Oleh sebab itu mereka segera merubah sikap dan tindakan mereka dalam kehidupannya sesuai dengan tuntunan manhaj Ilahi yang sempurna itu . ( demikianlah maksud dari ayat QS : Al Israa' 106 di atas )
Faktor kedua inilah yang membedakan seluruh generasi islam sesudah para sahabat dengan generasi para sahabat itu sendiri .
3 . Jika para sahabat masuk islam , mereka melepaskan seluruh bentuk kejahiliahan pada masa lalunya . Dan pada saat itu para sahabat merasa bahwa ia sedang memulai sesuatu era baru dalam titian kehidupannya , yang terputus sama sekali dari perjalanan hidupnya yang telah ia lewati pada masa jahiliah . Para sahabat memandang segala sesuatu yang biasa mereka temukan pada masa jahiliahnya dengan pandangan ragu , penuh curiga , berhati hati dan takut . Dengan sikap seperti itulah mereka menerima petunjuk kebenaran islam . Jika pada suatu saat mereka terperdaya oleh nafsunya / melakukan kebiasaan lamanya / kurang sempurna dalam menjalankan kewajiban islam , maka pada saat itulah mereka merasa berdosa dan bersalah . Para sahabat sadar bahwa mereka perlu penyucian diri dari tindakannya itu untuk berusaha kembali sesuai dengan petunjuk Al Qur'an .
Contoh satu kasus , seorang shohabiah yang meminta kepada Rosulullah untuk di rajam karena telah berzina ( dengan kesadaran sendiri ) bahkan meminta sampai 3 x meminta Rosulullah untuk merajamnya .
Mereka memutuskan kaitan mereka dari situasi dan kondisi jahiliah , tradisinya , pola pandangnya , kebiasaannya , dan ikatan ikatannya . Hal ini terlahir dari pemutusan ikatan dengan kemusyrikan kepada aqidah tauhid dan dari pola pandang jahiliah kepada pola pandang islamiah tentang kehidupan . Bergabung dengan masyarakat islam yang baru , dengan kepemimpinan yang baru dan memberikanseluruh loyalitas ( kecintaan ) , ketaatannya , dan keterikatannya kepada masyarakat islam serta kepemimpinan islam .
Inilah titik perpisahan mereka dengan masa lalu dan awal perjalanan mereka dalam jalan yang baru , jalan yang bebas dari seluruh tekanan budaya yang di anut oleh masyarakat jahiliah dan seluruh pola ppandang serta nilai nilai yang berlaku di dalamnya . Pilihan mereka itu harus mereka tebus dengan aniaya dan fitnah yang menimpa mereka , namun mereka tetap teguh dan memutuskan dama sekali ikatanmereka dengan kejahilahan . Sehingga, tekanan pola pandang jahiliah dan adat istiadatnya yang jahiliah tidak mungkin lagi dapat menggoyahkan mereka sedikitpun .
Pada saat ini kita hidup dalam kejahiliahan seperti yang di alami oleh para sahabat / mungkin malah lebih kelam dan jahiliah lagi ( walaupun banyak yang mengaku beragama islam ) Di karenakan seluruh yang ada di sekeliling kita adalah jahiliah . Pola pandang mereka , kepercayaan mereka , tradisi dan adat istiadat mereka ( orang jahiliah ) sumber rujukan , seni , hukum serta undang undang mereka . Hingga banyak yang kita sangka sebagai budaya islam , referensi islam , filsafat islam , pemikiran islam tetapi ternyata juga bagian dari produk jahiliah itu sendiri yang di bukus dengan baju islam .
Oleh karena itu nilai islam tidak dapat meresap / menetap dalam diri kita , pandangan islam tidak dapat tetap berada dalam akal kita dan kita tidak dapat menjadi generasi yang besar yang di segani musuh walaupun jumlahnya banyak , berbeda dengan karakteristik sahabat ( sangat jauh )
Dengan demikian , jika ingin kehidupan kita menjadi baik , tentram ( walaupun ada masalah pasti cepat terselesaikan masalah tersebut ) maka , mau tidak mau kita hatus kembali dari awal kepada sumber yang terjamin tidak tercemari dan tidak di ragukan lagi ( QS: At Taubah 100 memberikan lisensi ) . Dari sanalah kita ambil pola pandang kita terhadap kehidupan ini , nilai nilai , akhlak , sistim kekuasaan , politik , ekonomi dan seluruh sisi kehidupan kita , niscaya beban kehidupan kita jadi ringan , di saat kita kembali kepada Al Qur'an dengan sikap menerima untuk di laksanakan dan di amalkan dalam kehidupan sehari hari .
Bukan untuk sekedar mencari kesenangan rohani . Kita kembali kepada Al Qur'an untuk mengetahui apa yang di tuntut dari kita dan bagaimana seharusnya sikap kita ?? apa pola pandang yang di kehendaki Allah Azza Wajalla lewat Al Qur'an untuk kita miliki ?? apa kehendak Al Qur'an tentang bagaimana seharusnya perasaan kita terhadap Allah Rabbul Alamin dan apa pula kehendak Al Qur'an tentang bagaimana seharusnya akhlak kita , kondisi kita dan sistim kehidupan kita ??.
Jika kita telah berazzam kuat ingin kembali kepada Al Qur'an secara kaffah seperti pemahaman para sahabat, maka bara ujian yang akan menimpa kita sungguh teramat berat . Ujian tersebut akan datang menimpa kita sebagaimana pernah menimpa para sahabat Rosulullah terdahulu di karenakan tetap berpegang teguh kepada Al Qur'an secara murni dan menyeluruh . Terkadang ujian itu datang dari keluarga dekat kita sendiri , teman sejawat kita , lingkungan di sekitar kita , bahkan seluruh manusia yang ada di muka bumi ini . Kita akan di dustakan , di cemooh , di kucilkan bahkan di intimidasi . Hal tersebut sudah menjadi sunah dakwah , sunah para pengemban risalah dan memang harus demikian adanya dakwah tauhid akan di timpa bara ujian yang bertubi tubi serta sedikit sekali orang yang mengikuti / berjalan di atas jalan tauhid ( hal tersebut untuk menguji kebenaran keimanan kita kepada 2 kalimat shahadat yang telah kita ucapkan ) .
Mungkin gambaran kita terasa berat dalam meniti jalan tersebut , akan tetapi jika kita telah membulatkan tekad, bersungguh sungguh dan berangkat dari kesadaran kita maka Insya Allah , Allah akan memudahkan jalan kita . Dalam meniti jalan tersebut dengan berbekal Iman , ikhlas , Ilmu , Yakin , Tawakal , Istiqomah serta bersungguh sungguh Insya Allah kita akan berhasil melaluinya dengan sukses , jika kita meninggal dalam meniti jalan tersebut dalam keadaan khusnul khotimah dan Jannahlah sebagai balasannya .
Tinggal kemauan kita sendiri dan kesadaran kita sendiri .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar