>

Total Tayangan Halaman

Rabu, 02 Februari 2011

Penipu Mata

Segala sesuatu yang akan di perbuat oleh seorang manusia berawal dari mata , sedangkan informasi yang di berikan oleh mata akan di sampaikan ke otak . Sedangkan sang penguasa adalah hati .
Dari hati sinyal akan di kirim ke otak , yang selanjutnya otak akan memerintahkan anggota badan yang lainnya untuk melakukan suatu kerja nyata .

 Benarlah apa yang di sabdakan oleh Rosulullah Muhammad Saw bahwa baik buruknya seorang manusia itu di tentukan oleh segumpal darah yang bernama hati . Apabila hati seseorang itu baik maka hal itu akan mendorong seseorang melakukan suatu amal kerja yang baik pula ( baik itu amalan lisan maupun amalan anggota badan ) . Akan tetapi jika segumpal darah atau hati seseorang itu buruk , maka hal itu juga akan mendorong orang tersebut berbuat kejelekan .
 Oleh karena itu , yang bisa membuat sebuah hati manusia itu jadi baik atau tidak tak lain hanya Islamlah yang bisa memberikan satu jawaban yang jelas dan terang , akan tetapi karena kebodohannya dan kesombongannya dia mengesampingkan hal itu ( membuang Islam jauh jauh dan lebih mengandalkan akal dan nafsunya sendiri ) .

Informasi yang di berikan oleh mata tadi akan di respon baik oleh hati dan seluruh anggota badan yang lainnya manakala hati seseorang itu baik ( begitu juga sebaliknya ) . Jadi , jika sebuah hati telah di sinari oleh Nur Ilahi maka , pandangan seorang manusia akan jauh memandang ( menembus ruang dan waktu ) . Pandangannya tidak picik dan tidak dangkal .
Pandangannya akan tertuju jauh di kampung akherat kelak , walaupun dia masih hidup di dunia ini , akan tetapi pandangannya sudah sampai di akherat ( itulah orang orang langka dan aneh di tengah tengah masyarakat yang telah rusak ) .

Dia tau betul apa yang harus di perbuatnya . Melalui pandangan matanya itu dia khawatir bagaimana nasibnya kelak di akherat , sehingga apa yang di kerjakannya itu dia lakukan dengan penuh kesungguhan dan kehati hatian .
Dia faham bahwa hasil kerjanya itu pada satu keadaan akan menyengsarakannya di dunia ini , atau jika Allah menghendaki dia bisa merasakan hasil kerjanya di dunia sewaktu di masih hidup . Hal itu dia yakini sebagai bentuk cicilan dari Allah ( jika dia bisa merasakan nikmatnya hasil kerjanya di dunia ) dan akan di bayar kontan oleh Allah besok di hari kiamat kelak .
Dan dia juga faham bahwa masa kerjanya itu sepanjang hidupnya hingga ajal mendatanginya( masa kerjanya bukan satu tahun atau sepuluh tahun saja ) .
Itulah pandangan mata yang telah di sinari oleh Nur Ilahi .

Berikut ini 4 perkara yang kebanyakan mata manusia itu tertipu olehnya :

1. Oleh dosa dosa yang telah lewat , pandangan mata tidak mengetahui apa yang Allah perbuat kepadanya sebagai balasan atas dosa dosanya tersebut .
Dia merasa bahwa apa yang telah di perbuatnya itu ( kemaksiatan atau kesyirikan atau dosa besar ) tidak akan terjadi apa pada dirinya itu . Mungkin sebagai buktinya dia tidak mengalami satu musibah atau sesuatu yang tidak mengenakkan pada dirinya walaupun dirinya banyak melakukan hal hal yang melanggar syareat Allah .

Jika ada orang yang mengingatkan agar dia itu sadar dari perbuatan dosa dosanya itu , maka dia menganggapnya sambil lalu saja toh selama ini tidak terjadi apa apa pada dirinya dan ironinya dia masih mengaku sebagai orang beriman yang taat . Itulah satu gambaran kehidupan orang munafik tulen , sedikit beramal sholeh dan banyak melakukan pelanggaran syareat akan tetapi dia merasa aman aman saja dari Makar Allah Azza Wajalla .
Hal itu sebagai akibat dari banyaknya kemaksiatan yang telah di lakukannya , sehingga Allah menutup hatinya dari menerima kebenaran . Dan jika hal itu telah terjadi pada diri seseorang , maka itulah seburuk buruk manusia atau bentuk dari adzab Allah buat orang tersebut  di dunia ( lebih lebih besok di hari kiamat kelak adzab yang pedih telah menantinya ) .

2. Oleh umur yang telah berlalu , pandangan mata tidak mengetahui bagaimana harus mempertanggung jawabkan dosa yang telah di perbuatnya selama itu .
Kemaksiatan akan membawa satu kemaksiatan yang lain ( ibarat satu mata rantai yang saling berkaitan ) . Sebagai contohnya : korupsi ( yang akhir akhir ini marak terjadi di negri ini yang telah terorganisir rapi ) hal itu akan membawa satu kemaksiatan yang lain yaitu berbohong dan main suap agar supaya korupsinya itu tidak di ketahui orang , kalaupun orang sampai tau hukuman yang akan di terimanya di harapkan akan ringan . Atau boleh jadi dosa dari korupsinya tersebut akan membawa juga kepada dosa pembunuhan ( jika hal itu di anggap perlu ) . Hal itu di lakukannya jika berbohong dan main suapnya sudah tidak ampuh lagi . Adapun yang lain masih banyak lagi macamnya

Dia lupa bahwa hidupnya itu tidak hanya di dunia ini saja , akan tetapi setelah dia mati juga masih ada kehidupan yang sangatlah panjang sekali telah menantinya . Bagaimana dia mempertanggung jawabkan dosa dosa itu ( yang telah dia lakukan di dunia dulu ) pada saat pengadilan akherat di tegakkan . Semua saksi saksi di hadirkan atas semua perbuatannya dulu . Pada saat mulutnya di kunci rapat rapat ( padahal dulunya bisa dan ahlinya bersilat lidah ) seluruh anggota badanya bersaksi di hadapan Allah bahkan bumi yang di pijaknya pun juga ikut bersaksi . Hal itulah yang kebanyakan pelaku kemaksiatan lalai .
Mereka menyangka akan terlepas dari itu semua

3. Oleh kemulyaan yang Allah berikan , pandangan matanya tidak mengetahui , apakah kemulyaanya itu adalah tipuan ( istidraj ) ataukah memang tingkatan yang sebenarnya telah dia raih .
Sudah menjadi fitrah manusia bahwa seseorang ingin di pandang mulya di hadapan manusia yang lain . Orang akan senang jika dia di sanjung sanjung , di segani atau menjadi idola setiap orang . Dan tentunya semua orang tidak senang jika semua orang mengucilkannya , mencemoohkannya atau merendahkannya , sehingga wajar jika semua orang yang hidup di dunia ini menginginkan sebuah kemulyaan di hadapan manusia .

Dia rela mengeluarkan biaya yang banyak demi meraih sebuah kemulyaan di hadapan manusia . Dia juga rela bersusah payah demi meraih sebuah kemulyaan .

Orang ingin menjadi kaya harta dan di sebut orang yang terkaya di kampungnya , sehingga dia berusaha sekuat tenaga mengumpulkan harta benda siang dan malam demi di sebut orang kaya  . Atau jika hartanya sudah terkumpul dia akan memberikan hartanya tersebut kepada setiap orang yang di jumpainya ( atau yang dia kenal ) demi di sebut orang yang kaya dermawan lagi ..... Dia tidak menghiraukan jalan untuk meraih itu sudah di benarkan oleh syareat atau tidak . Jika tidak maka , seluruh usahanya itu akan sia sia belaka nantinya dan juga akan mgenambah beban pederitaannya di akherat kelak .

Atau seseorang yang giat belajar Islam , waktunya , hartanya dan seluruh tenaganya dia kerahkan untuk mempelajari Islam . Dengan harapan nantinya setelah dia tamat dari studinya dan berinteraksi di tengah tengah masyarakat dia di sebut Kiyai , seorang ulama' atau sebutan sebutan yang lain . Dia ingin jika dia ceramah banyak orang yang mendengarkannya , banyak pengikutnya , dia ingin di undang kesana kemari untuk memberikan ceramah agama atau di sebut da'i sejuta umat ??? . Apakah yang di lakukannya sudah sesuai syareat apa tidak ??  Padahal Rosulullah Muhammad SAW sebelum diangkat sebagai Rosul sebutannya Al Amin ( orang yang dapat di percaya ) akan tetapi setelah menjadi atau diangkat menjadi Rosul ( menerima wahyu dari Allah ) maka sebutannya tidak lagi Al Amin , akan tetapi Al Majnun ( orang gila ) atau orang yang memecah belah keluarga dan sebutan sebutan buruk lainnya .
Padahal Rosululah saja selama berdakwah di Makkah 13 tahun hanya mendapat orang 300 , itupun banyak diantara mereka yang miskin dan orang yang tidak punya pengaruh apa apa di tengah masyarakat .

Orang hari ini bangga jika dakwahnya telah di hadiri ribuan manusia , diantara mereka banyak para pejabat , tidak banyak halangan yang di hadapinya . Dia bicara sebentar banyak rupiah yang masuk di kantongnya .
Apakah yang di lakukannya itu sudah sesuai syareat apa tidak atau apakah sunah dakwah para Rosul demikian ??.
Ada sebuah kisah nyata di zaman Imam Hasan Al Bana . Di kisahkan pada suatu hari di adakan suatu tablik akbar yang akan di isi oleh pembicaranya adalah Hasan Al Bana .
Setelah hari H di tentukan dan seluruh panitia telah memasang panflet di seluruh tempat , maka datanglah hari H itu . Seluruh rakyat Mesir tumpah ruah memenuhi lapangan tempat tablik akbar itu berlangsung . Ribuan orang yang datang memenuhi undangan sang panitia tersebut .
Singkat cerita , pada saat  acara inti akan berlangsung Sang pembicara ( Hasan Al Bana ) tidak ada di tempat . Sontak saja seluruh panitia bingung di buatnya , maka seluruh panitia mencari di semua tempat karena acara inti sebentar lagi akan berlangsung .
Setelah mencari kesana kemari akhirnya ketemu juga . Imam Hasan Al Bana bersembunyi di suatu ruangan dengan menangis . Sontak si panitia tersebut kaget di buatnya , lalu panitia tersebut menghampirinya sambil berkata : " Ya Syeikh , ada apa gerangan yang terjadi sehingga anda menangis . Di luar sudah banyak sekali orang yang menunggu anda , menanti fatwa fatwa anda . Bukankah banyaknya orang yang hadir di acara anda ini sebagai indikasi akan keberhasilan dakwah anda selama ini ???".
Hasan Al Bana menjawab : " Bukan itu yang aku harapkan , akan tetapi aku khawatir , jika yang aku sampaikan selama ini tidak sesuai sunah . Sedangkan Rosulullah sendiri dalam berdakwah , beliau di lempari batu di Taif , di lumuri kotoran sewaktu beliau sedang shalat di Baitullah , di dustakan kaumnya . Apakah saya lebih baik dari beliau ??" .
Beliau ( Hasan Al Bana ) takut kemulyaan akan banyaknya orang yang hadir di acara tablik akbar itu sebagai Istidraj dari Allah Azza Wajala .

4. Oleh kesesatan yang menghiasi seseorang , sedangkan ia mengangapnya sebagai petunjuk .
Barang siapa yang menyeleweng sedikit , maka dengan cepat matanya akan membohonginya dan agamanya akan rusak , sedangkan ia sendiri tidak menyadarinya .
Para shabat Radhialahu anhum membrikan satu suri tauladan bagaimana berjalan diatas dien ini . Mereka r.a senantiasa berhati hati di setiap langkahnya , karena tau betul bahaya yang di hadapinya .

Umar bin Khatab r.a berkata : " Hisaplah dirimu sebelum engkau di hisab " . Ya mengevaluasi di setiap langkah kita . Itu artinya setiap kita akan melangkah yang kita fikirkan adalah : 1. apakah yang akan saya kerjakan ini sudah betul betul ikhlas Illahi Ta'ala apa belum . 2. Apakah yang akan saya kerjakan ini ada tuntunannya apa tidak baik dari Al Qur'an , As sunah , maupun Ijma' ulama' Islam  . Itu yang selalu kita fikirkan sebelum kita akan melangkahkan kaki kita ( apapun jenis amalan kita ) .
Karena jarak antara kebenaran dan penyimpangan pada awalnya sangatlah tipis , dan disanalah kelihaian syetan memainkan perannya .

Islam adalah agama pertengahan . Artinya setiap amal yang di kerjakan umatnya itu jangan terlalu menyepelekan dan juga jangan terlalu berlebih lebihan , sehingga dalam berjalan menapaki As Shirathal Mustaqim ( di dunia ini yaitu Islam ) senantiasa berada di tengah ( tidak terlalu kekiri dan tidak terlalu kekanan ) . Jika menyepelekan artinya bermaksiat dan jika terlalu berlebih lebihan dapat terjebak dalam kebid'ahan . Karena bid'ah adalah menambah nambahi sendiri bentuk peribadahan yang telah baku baik itu secara akal maupun nafsu .
Jika kita tidak melakukan muhasabah ( evaluasi ) di setiap kita akan melangkah , maka langkah kita sedikit demi sedikit akan melenceng , yang lama kelamaan melencengnya tersebut semakin jauh , sehingga tingkat kesesatannya semakin parah dan jika ada orang yang mengingatkan untuk kembali tidak di hiraukanya ( di ibaratkan seseorang yang memanggil manggil temanya yang telah berjalan sangat jauh di panggil panggilnya temannya itu untuk kembali pastilah temannya yang telah di kejauhan itu sudah tidak mungkin mendengar teriakannya , karena saking jauhnya ) .

Oleh karena itu apabila kita dalam berjalan menapaki dien ini jika di tengah tengah  perjalanan kita tidak menemui ketidak ikhlasan ( di setiap amalan dan apapun bentuknya ) maka, akan lebih selamat kita berhenti sejenak ( tidak melakukan amalan tersebut ) sampai hati kita betul betul ikhlas . Atau di tengah tengah perjalanan amal kita ada orang yang mengingatkan bahwa ada amal kita yang tidak sesuai dengan sunah , maka hal itu akan lebih selamat kita berhenti sejenak sampai kita yakin betul bahwa amal yang kita lakukan sudah sesuai sunah . Karena beratnya timbangan amal kita ( yang akan di hisab ) bukanlah dari banyaknya amal yang telah kita kerjakan , akan tetapi yang Allah nilai adalah dari benarnya amal kita .

Itulah 4 perkara yang kebanyakan orang tertipu . Semoga hal tersebut dapat menjadi renungan kita bersama dalam menapaki kehidupan ini .

   
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar