>

Total Tayangan Halaman

Senin, 05 Juli 2010

Pertarungan Islam VS Kemanusiaan di Mavi Marmara

Serangan brutal Israel ke kapal Mavi Marmara menambah panjang daftar kejahatan dan kedengkian bangsa Yahudi itu . Seduah pesan seolah olah hendak di sampaikan Israel , armada aktivis sipil yang membawa makanan dan obat obatan saja boleh di serang dengan senjata ( apalagi yang lain ) . Maka duniapun geger .
Secara umum , hal itu membawa opini yang positif . umat manusia terbuka matanya bahwa muslim di gaza tengah di bantai perlahan lahan dengan di halangi logistiknya . makanan , obat obatan dan fasilitas pendidikan dilarang masuk kawasan pengungsian yang telah berubah jadi kota itu .
Namun dari sudut pandang islam , ada hal hal negatif yang terselip di sela sela hiruk pikuknya marvi marmara . Ada bisgikan syetan untuk mengaburkan visi dan misi perjuangan di palestina . Ada tipuan iblis untuk merubah aqidah dan hadist tentang jihad fisabilillah di Syam ( termasuk di dalamnya Palestina ) : dari berdasarkan Islam saja menjadi berdasarkan kemanusiaan .

Demi kemanusiaan dan atas nama kemanusiaan menjadi mantra yang , entah sadar ataupun tidak , di ucapkan manusia sepanjang geger Mavi Marmara . Pelantun mantra itu beragam manusia , dari mulai aktivis geralan islam , jurnalis muslim hingga orang orang kafir yang mendukung pelayaran bantuan itu .
Sekilas hal tersebut tampak tidak berbahaya . Bahkan sepintas hal itu mirip senuah kemenangan . Bagaimana tidak ? perjuangan sekelompok umat islam di negrinya yang terjajah mendapat perhatian seluruh dunia . Bahkan mendapat bantuan dari saudaranya sesama muslim maupun orang orang kafir . Kemenangan apa yang tak bisa di raih saat kebanyakan manusia mendukung perjuangan kita ???

Disinilah syetan masuk kedalam hati kaum muslimin . Optimisme perjuangan mereka di pompa dengan banyaknya pendukung , bukan berawal dari benar dan bersihnya motivasi jihad fisabilillah itu sendiri . Maka hal itu mirip sekali ketika kaum muslimin berangkat menuju perang hunain ( merasa bangga dengan jumlah ) .
Pasukan yang besar itu akhirnya kocar kacir di sergap musuh yang jumlahnya lebih kecil . Namun Allah menolong mereka , pasukan besar yang kacau balau itu berhasil di halau oleh tsabatnya ( keteguhan ) Rosulullah dan segelintir sahabat . Merekalah orang orang yang tetap menjaga optimisme berdasarkan keimanan dan kekuatan aqidah , bukan berdasarkan besarnya jumlah pendukung di belakangnya .

Kejadian yang mirip terjadi saat bangsa Arab berhadapan dengan Israel tahun 1967 . Mereka bangga dengan jumlah pasukan , kuatnya persenjataan , dan besarnya dukungan . Sayangnya , alih alih memompa aqidah denganAl Qur'an , semangat kaum muslimin saat itu di pompa dengan lagu lagu pop uummu Kulsum . Maka , Allah pun menetapkan takdirNya , mereka ditimpa kekalahan yang memalukan .
Kaum Yahudi mengkaji penghalaman kaum muslimin itu . Mereka tau etos perjuangan musuh yang paling berbahaya adalh semangat jihad berdasarkan aqidah islam dan tas nama tujuan penegakan syareat Alah di muka bumi tidak ada embel embel yang lainnya . Hal itu di pompa dengan lantunan ayat ayat Al Qur'an dan juga amal sholeh setiap pasukan serta terjafanya pasukan dari bermaksiat kepada Allah .

Maka dari itu subhat pun di tebar di benak umat islam . Aqidah umat islam di tukar dengan kemanusiaan , tujuan menegakkan syareat islam di ubah menjadi hanya sekedar membantu mereka yang kelaparan dan kurangnya obat obatan . Semangatpun di pompa dengan lagi pop semacam " We Will Not Go Down " yang di lantunkan oleh Michael Heart .
Dukungan kemudian mengalir dari berbagai bangsa , termasuk Amerika Serikat dan Jerman yang pasukannya tengan membantai kaum muslimin di Afganistan . Heran ??? Tak perlu takjub , ini adalah hasil nothing to loose bagi mereka.
Dalam hitungan mereka , jika Paletina tetap dikuasai Israel , Islam tetap kalah . Sementara kelak jika Palestina merdeka , orang orang kafir tetap memiliki saham dalam perjuangan dan akan menjadikannya alasan menolak pemberlakuan syareat Islam di negri itu .

Hal tersebut telah terbukti di Indonesia ( dan akan terus di lakukan ) . Kelompok non muslim dan sekuler selama berabad abad menikmati penjajahan Belanda atas umat Islam . Saat umat Islam dibunuh dan di peras kekayaannya , merekalah yang banyak menjadi serdadu KNIL dan menduduki pejabat pemerintahan .
Lalu ketika gelora Jihad tak terbendung , segelintir dari mereka melibatkan diri dalam perang kemerdekaan . Beberapa yang gugur di dan kemudian di blow up sebagai pahlawan besar . Padahal jika dikritisi , daftar pahlawan non muslim paling banyak muncul ketika perang kemerdekaan , bukan pada saat peperangan masa masa kerajaan , mengapa demikian ??

Jawabannya sangat sederhana , pada masa kerajaan hampir seluruh kerajaan adalah Islam . Perlawanan mereka adalah Jihad fisabilillah , beraqidah Islam , bertujuan menegakkan syareat Allah di bumi ini dan di pompa semangatnya dengan Al Qur'aan . Perlawanan Diponegoro , Padri dan Aceh cukup menggambarkan hal itu . Pada saat itu non muslim dan sekuler justru berada di fihak Belanda . Mereka baru merapat dalam perjuangan melawan Belanda ketika perjuangan itu beraqidah nasionalisme sekuler , bertujuan hanya sekedar mengusir penjajah dan di pompa semangatnya dengan gesekan biola dan lagunya WR Supratman yang kristen .
Lalu ketika kemerdekaan itu di raih , mereka mengklaim mempunyai saham dan menolak pemberlakuan syareat Islam di bumi Indonesia ini . Dalih mereka , " Kemerdekaan ini adalah buah dari perjuangan seluruh manusia indonesia tanpa pandang agama , maka jangan mengisinya dengan salah satu agama saja , yaitu Islam " ( itulah fakta sejarah ) .

Hal sama akan terulang di Palestina jika kemanusiaan menjadi aqidah perjuangan membebaskannya . Kalaupun merdeka dari Israel , Palestina akan diklaim sebagai " Buah perjuangan seluruh umat manusia tanpa pandang agama " dan Islampun akan di pinggirkan dari hati bangsa muslim itu .

Mengatas namakan kemanusiaan dalam perjuangan sangatlah bernahaya . Aqidah ini tak memiliki akar dalam islam , melainkan dalam konsep barat tentang humanism , humanity , dan humanitariasm . Semua berakar dari tradisi sekuler yang menyingkirkan agama dari panggung kehidupan .
Dalam pandangan sekuler barat , manusia hanyalah makhluk hasil evolusi monyet . Maka solidaritas atas nama kemanusiaan adalah solidaritas primitif sesama keturunan monyet . Hal ini sangatlah berbeda dengan pandangan Islam , ukhuwah di bangun atas dasar landasan aqidah ; menghamba pada satu satunya Ilah yang menciptakan manusia pertama langsung jadi .

Sebagai contoh terkini : Brimob yang bermottokan " Jiwa ragaku bagi kemanusiaan " adalah sumber personel pasukan pemukul densus 88. padahal unit inilah yang memburu , menangkap dan membunuh para mujahid yang mengorbarkan perlawanan terhadap Amerika Serikat .

Jadi slogan atas nama kemanusiaan sebenarnya bukan milik Islan dan kaum muslimin . Islam melindungi hak hak dasar manusia dengan syareat - syareatnya dan tak perlu berlindung di bawah " kemanusiaan " untuk memperjuangkan tujuannya . Jika subhat kemanusiaan telah tersingkap dan umat telah kembali kepada syareat Islam , terutama jihad , Insya Allah bumi bumi kaum muslimin yang terjajah akan kembali dan syareat akan tegak di atasnya . Termasuk Palestina . Wallahu A'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar