>

Total Tayangan Halaman

Kamis, 29 April 2010

Dengan Apa Allah Menguji Manusia

Ibarat sekolah , jadwal ujian itu ada yang bersifat reguler , ada juga yg bersifat dadakan , sewaktu waktu tanpa pemberitahuan dulu kecuali permakluman diawal saja bahwa hal seperti itu pasti akan ada . Semua bentuk ujian tadi tidak mempertimbangkan siap atau tidak siapnya peserta didik .
Ujian itu pasti akan datang . Kita renungkan QS : Al - Ankabut 2-3 yang artinya :
" Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan di biarkan ( begitu saja ) mengatakan , " Kami telah beriman " , sedang mereka tidak diuji lagi ? . Dan Kami telah telah menguji orang orang sebelum mereka , maka sesungguhnya Allah mengetahui orang orang yang benar dan sesungguhnya Dia menetahui orang orang yang dusta ".

Ujian tersebut mengukur kadar kesungguhan dari seorang mukmin terhadap azzamnya untuk hidup sebagai seorang mu'min . Ujian yang Allah timpakan kepada manusia banyak sekali aspeknya , itu semua demi kemaslahatan manusia itu sendiri .
Diantara bentuk ujian itu untuk menyaring atau membedakan mana orang orang yang beriman dengan orang orang yang pada dirinya ada sifat munafik . Allah tidak akanmembiarkan seorang muslim bercampur baur tanpa ada indikator pembeda . QS : An - Nisaa' 179 menjelaskan :
" Allah sekali kali tidak akan membiarkan orang orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini , sehingga Dia menyisihkan yang buruk ( munafik ) dari yang baik ( mukmin ) . Dan Allah sekali kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal hal yang ghaib , akan tetapi Allah memilih siapa yang di kehendaki Nya di antara rosul rosul Nya . Karena itu berimanlah kepada Allah dan Rosul rosul Nya ; dan jika kamu beriman dan bertakwa , maka bagimu pahala yang besar ".
Allah Azza Wa Jalla menguji manusia dengan perantaraan perintah , larangan , dan musibah . Semua perintah Allah menjadi alat uji bagi manusia , sungguh sungguhkah mereka memenuhi panggilan Allah yang mereka imani . Sholat ,shiyam, zakat , jihad dan seluruh faraaidl memilah manusia yang taat dari yang maksiat , sekalipun kedua duanya mengaku beriman . Zakat , infak fisabilillah , shodaqoh menjadikan manusia terpisah siapa yang mau meminjamkan hartanya untuk Allah dan siapa yang bakhil musyrik menyembah harta . Shiyam menguji keimanan manusia , karena orang yang berpuasa sungguh sungguh akan merasakan muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah ) sekalipun tidak di lihat oleh manusia . Jihad menjadi perintah yang paling besar peranannya untuk menguji siapakah yang benar pernyataan imannya dan siapa pula yang lisannya mengaku beriman tetapi ketika datang perintah berjihad menyusun seribu alasan .
Demikian pula larangan . Larangan Allah menjadi batu ujian yang memilahkan manusia , siapa yang benar pernyataan imannya dan siapa yg sebagai penghias bibir . Orang orang yang benar benar beriman mampu akan meninggalkan larangan Allah serta merta , sekertika itu ia tahu bahwa itu haram , dan ketika itu pula dia meninggalkannya tanpa menunda lagi . Adapun orang yang dalam hatinya ada penyakit , mereka mencari alasan untuk menghindar dari larangan , jika perlu mereka mencari dalil atau mentakwilkan agar tindakannya itu ( pelanggarannya itu kepada larangan ) seolah olah bersandarkan dalil .
Adapun musibah , ada dua macam , yang bersifat idltirori ijbariy artinya mau tidak mau suka tidak suka tetap mengenainya , dan ada juga yang bersifat ikhtiariy ( pilhan ) artinya jika dia melakukan akan terkena , jika dia tidak melakukan tidak terkena . Oleh karena itu sabar dalam menghadapi ujian pun ada dua nacam ; ada yang idltirori ada pula yang ikhtiariy . Persoalan ini sangat terkait dengan keimanan kepada takdir Allah , takdir yang baik maupun takdir yangf buruk . Seorang yang dikatakan beriman , jika sekurang kurangnya dia mengetahui dan menerima ketetapan Allah baik maupun buruk . Sebagaimana Hadist yang artinya :
" Rosulullah SAW bersabda , " Belum di katakan beriman seorang hamba sehingga dia beriman kepada ketetapan Allah yang baik maupun yang buruk , sampai dia mengetahui bahwa apa saja yang tewlah di tetapkan ( oleh Allah ) akan menimpa padanya tidak mungkin luput darinya . Dan apa saja yang telah di tetapkan (oleh Allah ) luput darinya tidak mungkin menimpanya ". (HR . Tirmidzi )
Terhadap musibah yang bersifat idl tiroriy , manusia tidak punya pilihan lain selain menerima danbersabar . Sabar dalam perkara ini akan menjadikan wasilah ( sarana ) untuk mendapatkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah . Sebaliknya jika terhadap musibah tersebut tidak mau bersabar , maka musibahnya tidak juga hilang karena penolakannya , sementara pahalanya hilang darinya . Sementara , dia tidak mungkin dapat bersabar kecuali hatinya menerima dengan rela ketetapan Allah atasnya . Jadi pengikai dari pahala itu kesabaran dan pondasi kesabaran itu adalah menerima ketetapan Allah .
Adapun kesabaran ikhtiyariy adalah kesabaran yang manusia dapat memilih sebabnya . Contohnya amalan jihad fisabilillah . Manusia telah mengetahui bahwa siapa saja yang berangkat berjihad di jalan Allah akan berhadapan dengan berbagai kemungkinan musibah , dari kelelahan , luka , tertawan oleh musuh , hingga terbunuh . Dia bisa saja memilih untuk berangkat atau tidak berangkat berjihad . Tidak berangkat berjihad berarti tidak akan tertimpa musibah dan jika berangkat akan berhadapan dengan musibah . Sedangkan mereka yang berangkat dengan pilihannya , padahal dia tahu apa yang akan menimpanya dan dia bersabar terhadap pilihannya itu , maka sabar seperti ini adalah sabar ikhtiyariy . Nilai kesabaran ini lebih tinggi di bandingkan dengan sabar idl tiroriy di mana dia tidak punya pilihan lain selain bersabar .
Walaupun di dalam perhitungan kemungkinan terkena akibat akibat peperangan itu sudah begitu nampak , toh belum tentu dalam kenyataannya , setelah di lalui tertimpa seperti itu . Semua terserah kepada takdir dan masyi ah Allah .
Dengan tiga hal ini Allah menyaring manusia , sehingga tampak bukti siapa yang benar benar konsekuen dengan pernyataan imannya dan siapa yang hanya bermain main saja , atau bahkan berdusta . Ujian Allah juga merupakan indikasi kecintaan Allah kepada hambaNya .

Akhirnya untuk mengakhiri bahasan ini ada sebuah hadist Hasan sebagai tambahan :
" Nabi shallal Lahu ' alaihi wa sallam bersabda ," Sesungguhnya besarnya balasan ( Allah ) setimpal dengan besarnya bala' ( cobaan ) , dan sesungguhnya jika Allah Ta'aalaa mencintai suatu kaum maka Allah mengujinya ( menimpakan bala' padanya ) . Maka apabila dia rela terhadap ketetapan tersebut baginya keridhaan ( Allah ) dan barang siapa yang marah terhadap ketetapan itu , maka baginya kemurkaan ( Allah ) ". ( HR . Tirmidzi )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar