>

Total Tayangan Halaman

Senin, 04 April 2011

W A N I T A

Tawazun Dalam Multiperan




Sudah merupakan ketetapan dari Allah , bahwa Allah Azza Wajalla menciptakan seorang makhluk yang di turunkan di muka bumi untuk memakmurkan bumi dan dalam rangka untuk beribadah kepadaNya saja itu mempunyai beberapa sifat dasar yang melekat padanya ( seorang manusia ) yaitu tidak luput dari salah dan dosa . Karena sifat Rakhman dan RakhimNya Allah kepada manusia maka , Allah Ta'ala menurunkan Al Kitab ( mulai sukhuf para Nabi , Zabur , Taurat , Injil hingga Al Qur'an ) dan juga mengutus para utusan Nabi dan Rosul untuk membimbing manusia tersebut agar dapat beribadah dengan baik kepada Allah ( mulai dari Rosul pertama Nuh Alaihissalam hingga penghulu para Nabi dan Rosul yaitu Muhammad Shallahualaihi wassallam) . Karena sifat dasar seorang manusia itu adalah tak luput dari salah dan dosa , maka hal itu juga berlaku pada Nabi dan Rosul ( karena para Nabi dan Rosul itu bukanlah Malaikat ) hanya saja Allah SWT langsung mengingatkan dan menjaganya dari berbuat dosa , hal itu hanya berlaku pada para utusanNya saja tidak pada seluruh manusia .Sehingga dengan di turunkannya Al Kitab dan di utusnya para utusan tersebut di harapkan seorang manusia itu dapat memakmurkan bumi dan di dalam peribadatannya itu dapat di lakukan dengan sebaik baiknya sesuai dengan kehendak Allah , dan juga sebagai hujjah di yaumul hisab nantinya ( manusia tidak bisa menyangkal ) .

Berkenaan judul diatas yaitu " Wanita " maka seorang wanita adalah di ciptakan oleh Allah Azza Wajalla dari tulang rusuk laki laki yang bengkok .Artinya sifat dasar tulang yang bengkok itu harus senantiasa di luruskan . jika di paksa dengan kekuatan yang ekstra maka akan patah tulang tersebut , dan juga jika di biarkan begitu saja tanpa adanya pelurusan , maka akan terus bengkok . Itulah uniknya seorang wanita , tidak boleh terlalu di kasar ( walaupun adakalanya perlu untuk meluruskan ) dan juga perlunya kelembutan dan kasih sayang kepadanya ( agar supaya tidak patah ) . Itulah sifat dasar yang harus di fahami bagi seorang wanita , di samping dia itu seorang manusia yang tak luput dari kesalahan dan dosa dan juga memiliki sifat yang mudah bengkok ( karena awal mula penciptaannya itu ) sehingga Islam bicara banyak tentang wanita .
Bagaimana Islam berbicara mengenai seorang wanita sehingga seorang wanita itu dapat melaksanakan atau bersikap tawazun ( seimbang ) dalam melaksanakan multiperanya .

Disadari atau tidak , seorang muslimah memiliki berbagai macam tugas dan amanah yang melekat pada irinya itu . Ia di harapkan dapat atau mampu merealisasikan multipera yang di sandangnya itu pada batas kemampuan yang di milikinya itu pada batas yang maksimal .
Dalam peranya yang multi dimensi itu seorang muslimah , setidaknya ada empat kewajiban yang harus di jalankannya .

1. Kewajiban Terhadap Diennya ( wajibat Diniyyah )
Yang di maksud dengan wajibat diniyyah adalah ; satu kewajiban yang berkaitan dengan keimanan dan keIslaman seorang muslimah . Termasuk juga di dalamnya berkaitan dengan permasalahan aqidah dan ibadah , baik itu amalan yang di lahirkan ( dhohir atau kelihatan yaitu amalan lesanya maupun amalan anggota badan ) maupun amalan batinnya ( amalan yang tidak tampak atau amalan hatinya ) haruslah berdasarkan satu ilmu yang shahih dan benar ( bukan asal ikut saja atau persangkaanya ) di samping ikhlas semata karena mencari keridhoanNya .
Bagaimana ia mengisi hari harinya dengan tetap menjaga amalan yang fardhu 'ain ( amalan amalan yang wajib sebagai seorang muslimah ) dan juga sunah sunah tathawwu' , serta bagai mana seorang wanita muslimah itu dalam bermu'amalah dengan manusia lain sebagaimana yang telah diajarkan oleh beliau Rosulullah Muhammad Saw .

2. Kewajiban Terhadap Diri Pribadinya ( Wajibat Syakhsiyyah )
Wajibat sakhsiyyah merupakan satu kewajiban yangharus i penuhinya oleh seorang wanita muslimah terhadap dirinya sendiri . Hal itu bertujuan agar kwalitas dirinya itu semakin meningkat dari hari kehari . Baik itu dari aspek jasmaninya ataupun aspek rukhaninya , akal pikiranya dan jiwa , serta sikap dan tingkah lakunya ( akhlaqul karimah ) . Citra seorang muslimah akan terbias dari kepribadiannya yang tercelup oleh nilai nilai Islami .
Akalnya terlindung oleh lapisan ilmu dengan memperbanyak mendatangi kajian kajian ilmu atau sering membaca buku buku Islami , yang hal itu di lakukannya secara kontinu . Karena Ilmu atau kefahaman tidak akan di dapatkan hanya berdiam diri saja ( pasif ) . Ilmu ( tentang Islam ) harus di carinya dengan penuh kesungguhan dan juga harus di amalkan ( sesuai kemampuan dengan maksimal ) , karena Islam adalah agama praktek bukan sekedar teori dan seseorang tidak akan faham kecuali dia tau ilmunya juga telah mempraktekkan dalam kehidupan sehari harinya .

Badannya terjaga dan terpelihara dengan pola makan yang teratur dan terjaga , melakukan olah raga yang teratur pula ( walaupun ringan , jalan kaki misal ) dan juga menjaga agar akal dan batinnya tetap tenang ( hanya dengan Islam solusinya ) . Ia tau semua orang di hadapan hukum kesehatan adalah sama ( baik itu seorang yang beriman maupun orang yang kafir sekalipun ) sehingga untuk menjaga badanya agar tetap sehat dia melakukan ketiga hal tersebut yaitu : pola makan yang teratur baik , olah raga yang teratur dan ketenang seimbangan batin dan akalnya . Ia juga tau ( dengan ilmu ) jika ketiga fondasi sehat itu pincang , maka seseorang akan mengalami gangguan kesehatan atau minimal akan sakit walaupun dia juga tau tidak semua orang begitu ( sakit dan sehat adalah dari Allah semata ) , akan tetapi hal itu di lakukannya sebagai bentuk ikhtiarnya kepada Allah dengan penuh kesunguhan ( dengan melihat sebab akibat ) agar ia ingin tetap sehat . Karena ia berkeyakinan jika badannya sehat , maka ibadahnya akan optimal .

Seorang muslimah akan menjaga hatinya , matanya , lesannya , telinganya , tangan dan kakinya dari segala sesuatu yang akan mengundang kemurkaan Allah Azza Wajalla dan membawa kemadharatan bagi dirinya dan orang lain .
Sehingga , ia senantiasa mengarahkan setiap bagian tubuhnya untuk membawa kebaikan bagi orang lain dan mencari satu pahala bagi amal amalnya dari kesantunan akhlaknya .

3. Kewajiban Terhadap Rumah Tangganya ( wajibat Baitiyyah )
Yang di maksut wajibat baitiyyah adalah kewajiban yang harus ia laksanakan terhadap rumah tangganya . Seorang perempuan dalam kaitannya dengan keluarga , ia memiliki peran yang sangat vital .
Sebagai seorang anak ia di tuntut harus bisa berbakti kepada kedua orang tuanya ( jika masih punya , atau hanya punya salah satunya ) . Bagaimana ia menyikapinya tatkala orang tuanya ( atau salah satunya ) masih dalam keadaan jahiliyah , sedangkan dia sendiri telah mendapat hidayah ( baik itu hidayatul bayan atau hidayatu taufiq ) . Jika hal itu tidak di sikapinya dengan penuh kearifan , maka hal itu akan menjadikan satu problematika yang berkepanjangan bagi dirinya .

Sebagai seorang istri dan ibu , ia harus bisa mengatur suasana rumah yang baik , nyaman dan tentram .Sedangkan ketrentraman dalam rumah tangga itu hanya didapatkan jika seluruh persoalan kehidupannya dia kembalikan kepada Allah dan RosulNya . Memang tidak di sangkal bahwa kehidupan seorang manusia di muka bumi ini adalah tak bisa luput dari berbagai permasalahan hidup , akan tetapi jika seluruh permasalahan hidupnya itu ia kembalikan bagaimana Allah dan RosulNya memutuskan , maka permasalahan yang di hadapinya itu cepat terselesaikan dengan baik . Akan tetapi manakala persoalan hidupnya itu ( baik yang bersifat ringan maupun berat ) tidak ia kembalikan kepada Allah dan RosulNya ( sebagai solusi terbaik ) , malah bersikap sombong ( merasa bisa mengatasi persoalanya sendiri dengan kekuatannya tanpa menyandarkan kepada Allah ) , maka yang terjadi adalah persoalan itu akan berlarut larut dan persoalan demi persoalan akan bertumpuk tumpuk ( karena kesombongannya itu ) .

Harus pandai menyiapkan makanan sehari hari dengan beragam variasi dan gizi yang seimbang , hal itu dilakukannya agar anggota keluarganya tidak terbiasa jajan diluar rumah ( walaupun kadangkala perlu dan tidak terus terusan ) yang hal itu tentunya di sesuaikan dengan keadaan ekonomi keluarga pada saat itu .
Sebagai pendamping suami , ia berusaha memberikan satu pelayanan terbaik dan mentaati sang suami selama bukan bermaksiat kepada RabbNya . Karena dia tau : " Tidak ada ketaatan kepada akhluk ( suami ) dalam rangka bermaksiat kepada Sang Khaliq " .
Sedangkan dalam kaitanya dengan anak anaknya , ia juga memainkan satu peran utama dalam melahirkan dan mendidik generasi yang shalih dan shalihah , yang semoga bermanfaat kepada dirinya dan Islam . Dia tau bahwa setelah dia meninggal , maka putuslah segala galanya kecuali tiga hal yang akan mengalir terus ketika dia telah mati : shadaqah jariyah , ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih dan shalihah . Dan jika anak anaknya nanti tidak shalih dan shalihah , maka dapat menyeret dirinya kedalam Neraka . Sehingga dia berusaha sekuat tenaga mengarahkan anak anaknya itu menjadi seorang anak yang shalih dan shalihah . Dan dia juga tau mempersiapkan hal itu tidaklah mudah , sebagaimana membalikkan telapak tangan ( butuh proses dan perjalan yang panjang dan melelahkan ) .

4. Kewajiban Terhadap Masyarakatnya ( Wajibat Ijtima'iyyah )
Wajibat ijtima'iyyah adalah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang muslimah terhadap masyarat sekitarnya . Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa manusia itu adalah makhluk sosial ( yang di dalamnya termasuk seorang perempuan ) yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan bermasyarakat pada umumnya dan urusan umat Islam khususnya . Maka kurang tepat jika ada seorang perempuan yang hanya mengurung diri di dalam reumahnya , dia tidak peduli dengan kondisi umat , lalu tidak mau bermasyarakat dan ikut berperan di dalamnya untuk berbuat kebajikan . alaupun demikian , bukan berarti seorang permpuan itu harus berperan secara bebas , akan tetapi ada aturan aturan syar'i yang harus tetap di iltizami ( ia tetapi ) dalam partisipasinya di tengah tengah umat yang majemuk .

Tawazun dan Sesuai Skala Prioritas

Pada taraf ideal , seorang muslimah mampu memadukan dan menaplikasikan berbahgai kewajiban kewajiban diatas sekaligus secara baik , adil , proporsional dan bijaksana ( sesuai tuntunan syareat ) , sehingga dapat bersikap tawazun ( seimbang ) di dalam melaksanakan multi peranya itu .Walaupun realita di lapangan , terkadang di dalam pelaksanaan kewajibanya itu secara menyeluruh memiliki banyak kendala internal ( pada dirinya sendiri ) seperti rasa malas yang hinggap pada dirinya , rasa enggan dan kurang bersemangat ( minder ) dan motivasi dalam mengaplikasikannya .Yang hal itu tentu saja berakibat kurang baik bagi diri seorang muslimah yang bersangkutan . Dalam hal ini , ia harus bisa bijaksana dalam membuat skala prioritas ( mana yang harus di dahulukan ) diantara berbagai kewajiban yang harus di laksanakannya diatas tadi .
Namun bukanlah hal yang mustahil jika Allah azza wajalla memberikan pada dirinya satu kemampuan dan kemudahan kepadanya untuk dapat melakukannya dengan baik secara keseluruhan ( manusia hanyalah diperintahkan oleh Allah Ta'ala untuk berusaha dengan mengerahkan seluruh potensinya dengan melihat sebab akibat , adapun hasil itu urusan Allah Ta'ala saja ) .

Setiap orang yang menginginkan keseimbangan dalam hidupnya , ia harus bisa melihat secara utuh setiap persoalan yang sedang di hadapinya itu dan menyelamatkan akalnya dari cara pandang yang parsial .
Misalnya , pilihan untuk " berkarir " di rumah tangga ia sebagai Istri dan ibu , hal itu tidak berarti ia melepaskan kewajibannya sebagai anggota masyarakat ( dengan alasan capaek sudah seharian bekerja , tidak ada waktu , dan alasan lain ) .
Demikian pula sebaliknya , bahwa ia aktif dalam berdakwah dan amal jama'i lainnya , mestinya ia tidak mengurangi perhatian dirinya terhadap tanggung jawab sebagai seorang istri bagi suaminya dan seorang ibu bagi anaknya .
Karena : Allah dan RosulNya punya hak yang harus di penuhi atas diri kita ( dan itu harus mendapat prioritas ) , seorang suami juga punya hak atas diri kita , anak anak kita juga punya hak atas diri kita , masyarakat kita juga punya hak atas diri kita , dan diri kita sendiripun punya hak atasnya juga harus kita perhatikan .
Dengan demikian , ia akan dapat mengetahui urutan ibadah dan prioritas ( karena cakupan dari ibadah adalah sangatlah luas sekali tidak hanya rukun Islam saja ) serta mengklasifikasikan berbagai permasalahan dan tuntutan yang ada . Sehinga dengan membuat skala prioritas akan menghindarkan diri kita dari ketidak teraturan dalam kegiatan kita . Tanpa skala prioritas , seseorang tidak akan bisa mendahulkan mana yang lebih penting dari yang kurang penting , dan memilih yang terpenting dari yang penting .

Oleh karena itu , seorang muslimah pun di harapkan bisa berlaku proporsional sesuai skala prioritas . Memiliki pola penyeimbang , pengaturan dan pemerataan porsi masing masing kewajiban itu . Sehinga ia dapat melakukan multi perannya itu secara tawazun ( seimbang ) dan muqtadhal hal ( melakukan hal yang paling utama .

Sebagai Contoh Kasus

 Di dalam dia bekerja ( karena tuntutan ekonomi keluarga ) pada saat dia asyik dalam kerjaannya itu , ia mendengar seruan adzan , maka skala prioritasnya adalah memenuhi seruan adzan tersebut ( bergegas untuk sholat ) karena di sana ada hak Allah yang harus di tunaikan . Setelah sholat selesai ia lanjutkan kerjaannya itu . Akan tetapi belumlah lama , karena sudah siang perutna meronta ronta , maka skala prioritasnya adalah makan dan istirahat ( karena di sana diri kita juga punya hak ) . Setelah di rasa penatnya dan rasa laparnya teratasi , ia lanjutkan kembali kerjaanya itu barang sebentar . Menjelang sore ia kedatangan tamu , maka skala prioritasnya adalah memuliakan tamu . Setelah sang tamu pulang ia lanjutkan untuk mengajar anak anak membaca Al Qur'an ( sore hari ) . Setelah maghrib ia gunakan untuk bercengkrama dengan keluarga ( anak anaknya dan sang suami ) . Di dalam satu pekan ia luangkan waktu untuk libur satu hari tidak bekerja . Hal itu ia gunakan untuk silaturrahmi kepada keluarga yang dekat maupun keluarga yang jauh , atau mengunjungi saudaranya mungkin  sakit atau sedang ada kesulitan lain ( sehingga dia bantu , bisa bentuk fikiran tenaga atau materi atau ketiganya sekaligus ya fikiran ya tenaga ya materi ) .Atau ia gunakan untuk mendatangi kajian kajian Islam .
Hal itu di lakukannya berulang ulang , pekan demi pekan , bulan demi bulan tahun demi tahun .

Sikap tawazun tersebut akan sulit terwujud manakala ia tidak memiliki jadwal secara teratur dan tidak mampu mengukur kemampuan dirinya . Dan diantara penyebab ketidak seimbangan pelaksanaan kewajiban yang ada , adalah jika kita sudah terjebak pada aktivitas yang sia sia dan tidak bermanfaat , bicara kesana kemari ( ngegosip orang ) . Jika kita sudah menghabiskan waktu kita pada hal hal yang tidak jelas tujuannya , maka kita tidak akan mampu esensi dari tawazun itu . Dan dari sinilah setan mampu mencuri waktu berharga kita . Secara tidak sadar , kita kehilangan waktu berharga kita dengan membiarkan setan bermain dalam kegiatan kita .
Dunia adalah ladang untuk beramal sholeh selagi kita di karuniai kesehatan dan waktu luang oleh karena itu kita manfaatkan sebaik baiknya waktu , itu .

Selain itu , janganlah sekali kali kita menyandarkan  pada diri kita , bahwa keberhasilan yang telah kita dapat itu karena kemampuan diri kira semata . Tidak !! sekali kali tidak !! karena seluruh kemampuan dan kemudahan yang kita miliki adalah atas karunia Allah semata . La quwwata illa billah . Tidak ada kemudahan kecuali yang telah Allah mudahkan ,dan tidak ada kesulitan jika Allah telah menjadikannya mudah .
Wahai Dzat Yang Maha Hidup , Wahai Dzat yang terus menerus mengatur hambaNya , dengan RahmatMu aku memohon perlindungan , dan perbaikilah seluruh urusanku , serta janganlah Engkau ( menjadikan ) aku bersandar pada diriku , sekejap matapun .*


Wallahu 'alam bishowwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar