>

Total Tayangan Halaman

Selasa, 03 Mei 2011

SYUKUR



Seorang manusia hanyalah berjalan di atas ujian yang telah Allah tetapkan atas dirinya itu . Apakah ia di berikan kelapangan rizki , maka hal itu satu ujian bagi dirinya untuk bersyukur . Apakah ia di karuniai kesempitan , maka hal itu juga merupakan satu ujian pula bagi dirinya bagaimana dia bersabar atas hal itu .




Di dalam kehidupan sehari hari , kata syukur sering kali kita dengar dan pernah kita lakukan . Kata syukur juga erat hubungannya dengan kata sabar , ibarat mata uang , di satu sisinya tertulis kata syukur dan di sisi yang lain tertulis kata sabar , yang mana hal itu tidak mungkin terpisahkan .
Apakah kata syukur itu cukup di ucapkan di bibir dengan mengatakan Alhamdulillah saja ?? Atau merealisasikan wujud dari rasa syukur kita atas nikmat yang telah kita terima dari Allah Ta'ala itu dengan memberikan sesuatu ( makanan mungkin ) kepada tetangga dekat kita ?? Atau bagaimana seharusnya mendudukkan syukur itu sesuai dengan syareat ?



Kata syukur secara garis besar dan dengan bahasa mudahnya adalah : suatu istilah untuk mengetahui nikmat , karena dengan mengetahui nikmat merupakan satu jalan untuk bisa mengetahui pemberi nikmat ( dalam hal ini adalah Allah Azza Wajalla saja Dzat Yang Maha Pemberi Nikmat ) . Yang mana hal itu Allah Ta'ala menuntut kepada manusia untuk menampakkan kesyukurannya itu di dalam kehidupannya .
Jika seseorang bisa menampakkan rasa syukurnya itu atas nikmat yang telah Allah karuniakan itu sesuai dengan apa yang di kehendaki Allah , maka Allah berjanji akan menambah nikmat yang telah di berikan kepada orang tersebut . Akan tetapi jika ia tidak bisa menempatkan rasa syukurnya itu sesuai dengan apa yang di kehendaki Allah , maka adzab Allah berlaku atasnya .

Menurut aqidah ahlus sunah wal jama'ah , iman itu haruslah di ucapkan dengan lisannya , di yakini didalam hatinya dan di realisakan secara nyata oleh anggota badannya . Jika tiga hal tersebut terpenuhi , maka orang tersebut di katakan beriman . Akan tetapi jika salah satunya tidak terpenuhi , maka orang tersebut belum bisa di katakan beriman ( hanya pengakuan saja ) , karena Islam menghukumi seseorang itu dari apa apa yang di dhohirkan atau di tampakkan .
Begitu pula dengan syukur . Yang mana seseorang bisa di katakan bersyukur , jika dia meyakini di dalam hatinya Sang pemberi nikmat yaitu Allah Ta'ala saja , lalu ia ucapkan dilesanya ( dengan hamdalah , atau di beritahukan pada seseorang bahwa dirinya telah di karuniai oleh Allah ini dan ini ) , setelah itu ia wujudkan rasa syukurnya itu sesuai apa yang di perintahkan Allah dan tidak menyelisihi perintahNya .

Apabila seseorang telah meyakini bahwa nikmat yang dia peroleh itu hanyalah dari Allah semata , juga dia telah mengucapkan rasa syukurnya dengan Alhamdulillah , akan tetapi di dalam merealisasikan rasa syukurnya itu dia malah menyelisihi syareat , maka orang tersebut belum bisa dikatakan bersyukur . Apalagi jika ada seseorang yang meyakini bahwa apa yang di perolehnya itu atas usahanya saja tanpa campur tangan Allah , mengucapkan Alhamdulillah saja tidak , di tambah lagi nikmat yang telah ia peroleh itu untuk bermaksiat kepada Allah dan menyelisihi syareat , maka hal itu mengindikasikan keadaan yang sangat parah pada diri orang tersebut .


Perkataan Salafus Sholeh Tentang Syukur


Berkata Umar bin Khattab r.a :
" Sekiranya sabar dan syukur itu ibarat dua ekor unta , maka aku tidak perduli yang mana kumiliki dan kunaiki " ( karena keduanya bekal seorang muslim di dalam perjalanannya menuju Allah Ta'ala ) .

Berkata Umar bin Abdul Aziz rakhimahullah :
" Ikatlah nikmat nikmat Allah itu dengan syukur " .

Berkata Al Hasan ( Hasan Al Basri ) rakhimahullah ) :
 " Apabila Allah Azza Wajalla telah mengaruniakan nikmat pada suatu kaum , maka Allah menuntut kesyukuran atas mereka , kalau mereka mau mensyukurinya , Allah Azza Wajalla mampu untuk menambah nikmat tersebut . Dan kalau mereka mengingkarinya , maka Allah Azza Wajalla pun dapat menjadikan nikmat tersebut sebagai siksa atas mereka " .

Bentuk Bentuk Syukur

1. Syukur dengan lisan artinya lidah selalu memuji Allah Ta'ala atas anugrah nikmat tersebut .
Di samping dia mengucapkan kalimat syukur ( Alhamdulillah ) , bahwa itu semua berkat kemurahan Allah semata yang telah ia terima dan usahanya itu hanyalah sebagai wasilah saja dari mendapatkan nikmat tersebut serta tidak sebagai sebab . Bukanya karena saya giat bekerja dengan tekun dan sungguh sungguh saya jadi kaya , akan tetapi itu semua atas karunia yang telah Allah berikan kepada saya dan tanpa itu semua ( atas izin Allah saja ) saya tidak bisa seperti ini .
Semakin sering Allah memberikan satu nikmat , maka semakin sering dia memuji Rabbnya .

2. Syukur dalam hati artinya Pengakuan di dalam hati secara terus menerus akan anugrah Allah atas dirinya dan kelangsungan kesaksian atas nikmat nikmat Allah kepadanya dan pengertianya atas kekurangannya dalam mensyukurinya .
Ia tanamkan kedalam lubuk hatinya yang paling dalam bahwa nikmat yang telah ia peroleh itu atas karunia Allah semata . Dirinya sendiri tidak bisa mendatangkan satu manfaat apa apa , apalagi orang lain jika Allah tidak mengizinkan . Usahanya yang penuh ketekunan dan kesungguhan itu tidak bisa mendatangkan manfaat apa apa bagi dirinya jika Allah tidak menghendaki . Dengan begitu dirinya akan terhindar dari sifat sombong dan takabur .

3. Syukur dengan anggota badan yaitu menggunakan setiap nikmat yang di perolehnya itu pada keperluan yang di cintai Allah dan di ridhoi Allah .
Semakin sering nikmat yang dia dapatkan , maka semakin banyak dia beribadah kepada Allah . Semakin sering ia memperoleh nikmat Allah , maka semakin dia berusaha untuk menyempurnakan peribadatannya itu kepada Allah . Hal itu terus dia lakukan sampai ia menemui kematian .

Contoh kasus

Apabila kita bekerja sebagai pedagang , yang pada saat itu dagangan kita laku keras . Maka wujud rasa syukur kita secara lesan adalah kita ucapkan Alhamdulillah atas rizki yang di limpahkan kepada saya hari ini . Syukur kita dalam hati , bahwa kita meyakini bahwa itu semua atas kehendak Allah semata , lewat perantara orang lain kepada saya dan hal itu bukanlah mutlak hasil kerja keras saya sendiri tanpa campur tangan Allah . Allah hanyalah memerintahkan kepada saya untuk berusaha dengan sungguh sungguh saja , adapun hasilnya Allah lah yang menentukan hal itu . Karena betapa banyak orang yang telah bekerja dengan sungguh sungguh ( bahkan lebih dari pada saya ) akan tetapi hasil yang di dapatkan hanyalah sedikit sekali , begitu pula ada orang yang kerjanya tidak banyak mengeluarkan energi banyak , akan tetapi malah hasil yang di dapatkan lebih banyak ( padahal bentuk pekerjaanya sama ) .
Adapun bentuk rasa syukur dari anggota badan adalah ia berusaha di dalam berdagang ia jujur , tidak mengurangi takaran , tidak mencari penglaris dagangan ( yang menuju kepada kesyirikan ) . Setiap taun ia hitung dengan teliti barang dagangannya untuk ia zakati dan tanpa mengurangi hak haknya zakat . Semakin berkembang barang dagangannya , maka semakin banyak pula zakat yang dia keluarkan .

Dari hasil keuntungan dagangannya itu sehari hari , ia sisihkan untuk menafkahi keluarganya ( untuk biaya makan , kebutuhan sekolah anak , dan biaya biaya lainnya yang menjadi tanggung jawabnya ) . Dari hasil keuntungan sehari harinya itu ia juga menyisihkan untuk berinfak , yang mana hal itu ia yakini dan dia berharap agar semakin banyak dia berinfak dan sodaqohnya sebagai tabungan atas dirinya itu setelah menghadapi kematian , bukannya agar dagangannya laris ia sering berinfak dan bersodaqoh . Jika keuntungan yang di dapatnya itu sedikit , ya berinfaknya juga sedikit , akan tetapi jika keuntungan dagangannya itu pas lagi banyak , maka dia dalam berinfak pun juga banyak . Demikian itu ia lakukan terus menerus .

Pernah suatu ketika kedua telapak kaki beliau terlihat bengkak , yang mana hal itu karena beliau sering berlama lama berdiri dalam sholatnya . Lalu ada orang yang bertanya kepada beliau ,' Mengapa engkau melakukan yang demikian itu ? padahal Allah telah mengampuni seluruh dose dosa engkau yang telah lalu dan yang akan datang ??" , Maka beliau pun menjawab , ' Tidak bolehkah aku menjadi seorang hamba yang banyak bersukur " .
Sekelas Rosulullah saja , yang telah di jamin masuk Jannah dan diampuni dosa dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang saja masih melakukan satu peribadatan yang membuat kaki beliau bengkak karena terlalu lama berdiri dalam sholatnya , maka amalan apakah yang akan kita bangakan nantinya di hadapan Allah ??

Pernahkah kita menghitung atau mengkalkulasi dan membayangkan nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dengan sehatnya badan kita ?? dengan berfungsi normalnya seluruh angota badan kita dan angota badan kita tidak ada yang kurang ( cacat ) ? . Berapa ratus juta biaya yang kita keluarkan jika hati kita tidak berfungsi sebagai mana mestinya , berapa biaya yang mesti kita keluarkan jika udara yang kita hirup dari bayi hingga saat ini ?? atau yang paling ringan berapa ribu biaya yang kita keluarkan jika kaki kita terkilir ??
Sehatnya badan dan berfungsinya seluruh anggota badan kita merupakan satu nikmat tersendiri yang harus dan wajib kita syukuri . Allah Ta'ala hanya meminta kepada manusia untuk beribadah kepada Nya saja tanpa mempersekutukanNya sedikitpun  . Dan bentuk ketundukan manusia atas syareat Allah itu akan kembali kepada dirinya sendiri .
Jadi ketundukan kita atas seluruh syareat Allah ( melaksanakan Islam secara keseluruhan dalam kehidupan sehari hari kita ) adalah bentuk rasa syukur kita atas nikmat sehat badan kita dan berfungsinya seluruh angota badan kita dengan normal yang mana Allah berikan kepada manusia dengan gratis , yang mana hal itu harus kita sadari dan kita tanamkan ke dalam lubuk hati kita yang paling dalam .

Berkata Ibnul Qoyyim : " Syukur di landasi atas lima sendi atau lima pilar yaitu
1. Orang yang bersyukur tunduk kepada yang di syukuri
2. Menmcintai Nya
3. Mengakui Nikmatnikmat Nya
4. Memuji Nya karena nikmat itu
5 . Tidak mengunakan nikmat itu untuk hal hal yang di benci Nya " .

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah
Makna syukur itu ada tiga macam :
1. Mengetahui Nikmat , artinya menghadirkan nikmat itu di dalam fikiran kita , mempersaksikan dan membenarkanya bahwa hal itu berasal dari Allah saja .
2. Menerima nikmat , artinya menerimanya dari Sang pemberi nikmat ( Allah Azza Wajalla ) dengan memperlihatkan kebutuhan akan nikmat tersebut yang sebenarnya ia tidak berhak menerimanya , apalagi dia mengeluarkan harga untuk mendapatkannya . Dia melihat pada dirinya itu seperti seorang anak kecil yang hanya bisa menerima pemberian .

3. Memuji karena nikmat tersebut , artinya memuji sang pemberi nikmat yaitu Allah Subhanahuwata'ala .
Ada dua macam pujian :

1. Bersifat umum , artinya mensifati Allah Ta'ala dengan sifat Maha Pemurah , Baik dan Luas PemberianNya , dls .
2. Bersifat khusus yaitu : Menyebut nyebut nikmat Allah dan mengabarkannya bahwa nimat nikmat tersebut telah sampai pada dirinya . Hal tersebut seperti di terangkan dalam QS : Adh Dhuha 11
" Dan terhadap nikmat Rabbmu , maka hendaklah kamu menyebut nyebutnya " .

Tentang menyebut nyebut nikmat pada ayat tersebut ada dua pendapat
1. Menyebut nikmat itu dan mengabarkannya , seperti perkataan hamba : " Bahwa Allah telah melimpahkan nimat kepadaku ini dan ini " . Yang mana hal itu Allah senang melihat hambaNya menampakkan suatu nikmat yang telah di berikan Allah kepada hambaNya itu , dengan satu satu batasan tidak menjadikannya sombong .
2. Menyeru kepada Allah dan menyampaikan risalahNya yaitu dienul Islam serta mengajari umat akan bagaimana Islam yang benar itu seperti apa .
Yang kedua inilah satu nikmat terbesar yang di berikan Allah kepada manusia yaitu mendapat hidayah keimanan ( jika mereka mau mendengar seruan tersebut ) dan mengetahui mana yang al haq dan mana yang al batil , yang mana tidak semua manusia mendapatkan nikmat tersebut .

Al Qur'an Bicara Tentang Syukur

1. Allah Azza Wajalla berfirman dalam QS : Al Baqarah 172

" Hai orang orang yang beriman , makanlah diantara rizki yang baik baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah , jika benar benar hanya kepadaNya kamu menyembah " .

Pada ayadt tersebut menjelaskan bahwa wujud dari kesyukuran seorang hamba Allah yang hanya beribadah kepadaNya adalah memakan dan mencari sesuatu yang di halalkan oleh Allah . Sedangkan apa apa yang di haramkan oleh Allah haruslah di jauhi . Pada ayat seseudahnya yaitu ayat 173 - 174 dari surat Al Baqarah ( silahkan buka sendiri terjemahan ayat tersebut )  adalah satu contoh apa apa yang harus di jauhinya . Yang mana dengan menjauhi apa apa yang di larang pada ayat 173 -174 juga termasuk bentuk dari kesyukuran seorang hamba yang beribadah kepada Allah .

2 Allah Ta'ala berfirman dalam QS : An Naml 40

" Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu ( dari al kitab ) : " Aku akam membawa singgasanamu itu kepadamu sebelum matamu berkedip ' . Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya , ia pun berkata : " Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencobaku , apakah aku bersyukur atau mengingkari ( akan nikmatNya ) . Dan barang siapa yang bersyukur , maka sesungguhnya ia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri . Dan barang siapa yang ingkar , maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya , lagi Maha Mulia " .

Pada ayat tersebut sebagai contoh kasus ( yang di wakili oleh Nabiyullah Sulaiman AS ) , bahwa apabila Allah telah membukakan perbendaharaan langit dan bumi pada seseorang di dunia ini , maka hal itu merupakan ujian berat tersendiri bagi orang tersebut . Seolah olah orang tersebut ( yang di bukakan perbendaharaan langit dan bumi ) apa apa yang di perbuat orang tersebut pastilah mendatangkan hasil yang memuaskan bagi dirinya . Kekayaanya semakin meningkat , perniagaannya semakin meningkat dan apa apa yang diinginkannya pasti tercapai dengan mudah .
Apakah dengan hal itu ( semua kemudahan yang telah Allah berikan kepadanya itu ) ia lupa dalam beribadah kepada Allah apa tidak ? Apakah ia melupakan hak hak Allah dan hak hak hartanya itu apa tidak ?? dan apakah hal itu membuat ia bersyukur apa malah sombong dan kufur ?? .

Dan itu semua Allah SWT tidak mempunyai kepentingan sedikitpun ( apakah orang tersebut mau bersyukur atas nikmat itu atau malah kufur nikmat ) bukan masalah bagi Allah Ta'ala . Akan tetapi itu semua akan kembali pada dirinya sendiri ( jika kufur akibatnya kembali pada ririnya dan sebaliknya ) . Karena jauh jauh sebelumnya Allah telah memperingatkan kepada hamba hambanya akan sebab akibat dan telah Allah Ta'ala terangkan dalam kitabNya dengan sangadt jelas , tinggal manusianya sendiri dalam memilih , bagaimana dia melangkahkan kakinya di dalam menapaki hal itu ( manusia di karuniai akal dan nafsu ) .

3. Allah Rabbul 'Alamin telah berfirman dalam QS : Ibrahim 7

" Dan ( ingatlah juga ) , tatkala Tuhanmu mema'lumkan : Sesunguhnya jika kamu bersyukur , pasti kami akan menambah nikmat kepadamu , dan jika kamu mengingkari ( nikmatKu ) maka sesungguhnya adzab Ku sangat pedih " .

Bentuk syukur pada ayat tersebut adalah dengan menerima dakwah para Nabi dan Rosul dan melaksanakan seruan tersebut , maka Allah akan menambah nikmat yaitu dengan memberkan petunjuk kepada dirinya dan mengetahui al haq dan al batil . Hal itu sebagaimana di terangkan pada ayat sebelumnya ke 4 ( buka sendiri terjemahannya ) dari surat ibrahim .

Dan bentuk kesyukuran yang lain adalah di terangkan pada ayat sebelumnya pula ayat ke 5 dan ke 6 yaitu untuk ingat akan hari hari Allah ( peristiwa peristiwa yang terjadi pada umat terdahulu serta nikmat dan siksa yang dialami mereka ) .
Terselamatkanya Bani Israil dari kejaran Fir'aun di laut Merah . Nikmat Bani Israil dengan di berikannya Manna dan Salwa .Ingat akan kemenangan perang badar kubro , yang mana jika pada saat itu kaum muslimin yang hanya 300 orang sahabat itu kalah , maka kita pada saat ini tidak bisa mengecap manisnya iman dan Islam .
Terselamatkannya kita dari bencana ( pada akhir akhir ini ) dengan adanya gunung meletus , banjir lahar dingin , luberan lumpur , gempa bumi , sunami , dll yang mana hal itu juga harus dan wajib kita syukuri .

4. Allah Subhanahu Wata'ala telah berfirman dalam QS : Al Insan 3

" Dan Kami telah menunjuki jalan yang lurus : Ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir " .

Semenjak di turunkannya ayat : " Inna Dienna Indallahhil Islam " , maka pada saat itu Islam telah sempurna , syareat syareat Allah yang di bawa oleh Nabi nabi terdahulu telah di sempurnakan dan tidak perlu di tambah dan dikurangi lagi .
30 juz , 114 surat dan 6600 lebih ayat telah terkumpul sempurna di dalam satu muskhaf Usmani yang telah di terjemahkan ke dalam beberapa bahasa di dunia . Sirah Nabi Muhammad Saw juga telah terbukukan oleh pakar sejarah . Puluhan ribu hadits Nabi Saw juga telah terbukukan dengan rapi oleh ulama' ulama ' ahli hadits , yang mana hal itu akhir akhir ini ( karena kecanggihan alat ) dapat kita ketahui dengan mudah . Dan pola kehidupan para sahabat Rosul juga telah terekam sejarah dalam bentuk buku buku .
Dari itu semua tinggal kita sendiri kembalinya . Maukah kita untuk mempelajarinya dengan sungguh sungguh dan mengamalkannya apa tidak ? Janganlah hanya sebagai konsumsi otak saja , akan tetapi haruslah di realisasikan dalam kehidupan nyata , karena Islam adalah agama yang menuntut praktek tidak hanya teori saja .
Tidak ada kata terlambat untuk hal itu sebelum nyawa sampai kerongkongan . Tinggal kemauan dan keberanian kita untuk melangkahkan kaki .

5. Firman Allah Ta'ala dalam QS : Ali Imran 144
" Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rosul , sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rosul . Apakah jika dia wafat atau di bunuh kamu berbalik kebelakang ( murtad ) ? Barang siapa yang berbalik ke belakang , maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun ; dan Allah akan membalas kepada orang orang yang bersyukur " .

Pada ayat tersebut mengisyaratkan dengan jelas bahwa Islam itu tidak bergantung dengan ada tidaknya seorang pemimpin , yang mana dengan ketiadaan seorang pemimpin akan mempengaruhi ke esisan Islam . Bahwasanya keberadaan atau ketiadaannya satu pemimpin itu tidak berpengaruh pada amal sholeh , dalam artian dalam beramal karena keberadaannya seorang pemimpin dan jika seorang pemimpin itu tiada lantas amal itu juga tiada . Akan tetapi dalam beramal sholeh itu hanyalah karena mencari ridho Allah saja , sedangkan keberadaan seorang atau ketiadaannya seorang pemimpin itu sama sekali tidak mempengaruhi dalam beramal sholeh ( apapun bentuknya ) .

Seorang pemimpin dalam Islam hanyalah untuk menyatukan langkah para anggotanya dan dirinya ( ketua ) di dalam beribadah kepada Allah  ( bersama sama beribadah dalam amal jama'i ) . Yang mana jika seorang pemimpin itu tidak mengajak untuk beribadah kepada Allah dengan baik , maka seorang pemimpin itu wajib di ganti dan di cari yang lebih baik .
Sedangkan wujud kesyukuran seseorang dalam ayat tersebut adalah melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan , yang mana dengan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan tersebut akan menyebabkan dirinya itu tetap istiqamah di dalam dienul Islam . Sebab segala sesuatu itu kembali pada dirinya sendiri .
Jika seseorang di dalam ketiadaannya seorang pemimpin ( kharismatik ) itu dia malah melemah dalam beramal Islami , maka hal itu sedikitpun tidak berpengaruh kepada kekuasaan Allah , akan tetapi pengaruhnya kembali pada dirinya yaitu siap siap terjangkiti sifat FUTUR pada dirinya .

Saya cukupkan lima ayat saja dalam menjawab apa dan bagaimana syukur itu seharusnya dan gambaran sederhananya ,  serta kami cukupkan pembahasan syukur , karena keterbatasan ilmu.


Wallahu'alam Bisshowwab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar