>

Total Tayangan Halaman

Senin, 01 November 2010

KEHIDUPAN ...................

Jika kita mau merenungi sejenak kehidupan manusia hari ini , maka akan kita dapatkan bahwa kehidupan ini di penuhi dengan berbagai macam kesulitan demi kesulitan yang datang silih berganti . Yang dengannya di dalam melalui kehidupan ini seorang memerlukan satu usaha dengan penuh kesunguhan , dengan usaha keras . Hal itu berlaku pada semua manusia , baik itu laki lakinya , kaum wanitanya , yang tua maupun muda , seorang yang berbadan kuat dan besar maupun orang yang berbadan kecil lagi tidak begitu kuat , dan juga baik itu orang yang miskin maupun seorang yang serba berkecukupan sekalipun . Jika seorang yang menyantap suatu hidangan , baik hidangan itu sederhana ( hanya sepiring nasi dan sambal sekalipun ) maupun yang dihidangkan itu sangat mewah dan bergizi tinggi sekalipun , maka setelah 5 - 6 jam berlalu juga akan sama sama terasa lapar kembali dan akan menuju kamar kecil . Seseorang yang menginjak pedal gas mobilnya seharian penuh pasti akan terasa capai dan pegal pegal , baik itu menginjak pedal gas sebuah angkudes maupun sebuah mercedes keluaran terbaru sekalipun pastilah rasa yang ditimbulkanpun akan sama .

Diantara manusia ada yang dia dalam bekerja mencari nafkah , dia harus keluar rumah berpagi pagi , harus terjemur di bawah terik matahari seharian , keringat bercucuran , akan tetapi hasil yang di dapat tak lebih dari 50 ribu rupiah atau bahkan kurang , bahkan pulang dengan tangan hampa . Ada yang di dalam bekernya sudah berangkat siang mungkin hanya beberapa jam saja , datang dan pulangnya di jemput mobil mewah dan tidak perlu mengeluarkan keringat banyak , akan tetapi uang yang di hasilkanya puluhan juta dalam hari itu . Ada yang di dalam bekerja ( mencari harta dunia ) seseorang harus menjual aqidahnya , menjual agamanya demi secuil dunia , dan tak segan segan dia mengatas namakan agama ( demi mengelabuhi manusia untuk medukung usahanya itu ) , yang penting di pandang orang sebagai orang yang sukses dan hidupnya bekecukupan ( apapun bisa di raihnya dengan mudah ) . Itulah kehidupan manusia yang katanya modern . Ada yang bekerja itu seseorang mengandalkan kekuatan ototnya saja , ada yang mengandalkan kekuatan otaknya dan kecerdasannya , ada yang mengandalkan satu ketrampilan tertentu dan ada juga yang dia dalam mencari rizki itu harus mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya ( baik itu ototnya akalnya dan ketrampilan khususnya ) demi tercukupi kebutuhan sehari harinya .

Di tengah tengah kesibukan manusia , kerja kerasnya dan kesungguhan seorang manusia dalam mencari harta dunia ada diantara manusia yang Allah berikan sedikit kegembiraan yaitu dia bersukur atas usahanya walaupun uang yang di dapat hanya 50 ribu saja atau diapun tetap bersukur walaupun harus pulang dengan tangan hampa sekalipun , karena dia masih bisa pulang dengan selamat dan tidak jatuh sakit ( dia berfikir buat apa dapat uang ratusan ribu kalau setelah dapat dia jatuh sakit yang memerlukan satu biaya yang besar ) . Ada yang Allah berikan hasil akhir dengan sedikit kesedihan , uang yang di hasilkan seharian tadi harus berpindah tangan orang lain ( karena dia di rampok orang atau di tipu , atau harus di buat berobat kerumah sakit ) . Ada yang susupkan kedalam hati manusia sifat kufur , dia merasa kurang puas dengan apa yang telah diperolehnya ( karena kurang dari yang di targetkan ) dia merasa kurang dan kurang terus . Ada juga yang Allah berikan hasil akhirnya dengan di susupkan sifat kufur dan sombong , sudah merasa kurang dan kurang terus atas dunia yang berhasil di keruknya itu di tambah lagi dia pamerkan hasil kesuksesannya itu ( bahwa itu hasil dari jerih payah dan kecerdasannya semata ) di tengah tengah lingkungan hidupnya , dia merasa tidak ada orang lain yang mengunggulinya ( dengan memamerkan kesuksesannya itu di tengah tengah manusia yanghidup kekurangan hatinya terpuaskan atau ada kepuasan tersendiri ) . Itulah Qorun qorun abad 21 .

Itulah gambaran realita kehidupan manusia hari ini di dalam mencari secuil harta dunia dan seluruh perhiasannya , yang tiap tiap manusia satu sama lainnya telah Allah tentukan kadarnya sendiri sendiri . Tidakmungkin akan salah alamat , baik itu orang yang taat beribadah kepada Allah ataupun orang yang kafir kepada Allah itulah sifat RokhmanNya Allah ( semua makhluknya Allah beri rizki tanpa kecuali ) . Akan tetapi lain halnya sifat RokhimNya Allah ( penyayang ) , hanya di berikan kepada orang orang beriman saja . Artinya jika ada sesuatu yang tidak Allah berikan kepada orang beriman , mungkin itu satu hikmah tersendiri yang orang tersebut tidak mengetahui rahasia dibalik itu ( karena keterbatasan akal manusia ) atau mungkin jika keinginannya langsung terpenuhi dia akan kufur setelah itu sehingga apa yang dimintanya di tunda barang sesaat .

Jadi tidak ada hubungannya sama sekali antara taat beribadah dengan kaya dan miskin . Satu anggapan yang keliru agar dirinya kaya harta maka , dia jadi rajin beribadah , dan rajin berinfak . Atau orang yang berfikiran " Kenapa aku sudah rajin beribadah dengan tekun dan sudah sekuat tenaga mengikuti sunah kok ya tetap miskin di dunia ini ??". Jika ingin kaya harta ya jelas rajin bekerja tentunya ( bukankah demikian )
Sifat sifat orang yang mencari perhiasan dunia dari dulu hinga hari kiamat akan senantiasa ada , akan seperti itu adanya , cuman yang membedakan hanyalah orang orang yang memainkan peran senantiasa berganti dari waktu ke waktu . Itulah sunatullah yang meti berlaku pada seluruh manusia yang hidup di muka bumi ini . Tinggal bagaimana sikap kita dan bagaimana menempatkan diri kita atas semua itu .

Bagi orang orang beriman , dia telah yakin bahwa rizkinya itu telah di tentukan oleh Allah 50 ribu tahun sebelum bumi ini di ciptakan . Dia yakin bahwa rizkinya itu adalah sesuatu yang telah dia makan , apa yang telah dia pakai dan apa saja telah dia infakkan , adapun selain itu belum tentu harta miliknya , sekalipun makanan yang telah dia pegang tetapi belum dia makan ( bisa jadi hartanya atau uangnya itu dia kasihkan ke anaknya dan istrinya lewat tangannya atau jatuh ketangan orang lain karena dibelanjakan atau jadi harta warisan karena keburu dijemput maut sedangkan dia belum sempat menikmatinya , atau makanan yang telah dia pegang itu jatuh di atas lumpur sehingga tak jadi dia makan walaupun dia lapar pada saat itu ) .
Itu semua adalah sesuatu yang ghoib , tidak ada satu manusiapun yang mengetahuinya seberapa besar kadar rizki yang telah di tetapkan untuknya . Yang Allah tuntut dari manusia adalah berusaha dengan maksimal , dengan penuh kesungguhan , dengan melihat sebab sebab di setai dengan do'a ( do'a pun dia harus mengetahui syarat syarat terpenuhinya sebuah do'a ) , adapun hasil akhirnya dia serahkan sepenuhnya kepada Allah . Dia juga yakin bahwa habisnya jatah rizkinya itu bersamaan dengan habisnya jatah umurnya yaitu datangnya kematian .

Dia ( orang beriman ) meyakini bahwa kehidupan didunia ini dengan segala perhiasannya itu , dia ibaratkan sebagai jembatan penghubung ( dua buah desa , yang kedua desa itu di pisahkan dengan sungai besar sedangkan untuk menghubungkan kedua desa itu hanya ada satu jembatan , sehingga kedua penduduk desa itu melihat jembatan penghubung itu sebagai urat nadi yang sangat penting ) . Jembatan penghubung yang menghubungkannya dengan satu kehidupan yang abadi yaitu kehidupan akherat , yang mana seorang manusia tidak akan sampai ke kampung akherat kecuali harus melewati jembatan tersebut yaitu kehidupan dunia . Dia mencari kehidupan dunianya dengan sungguh sungguh , akan tetapi tidak menjadikannya sebagai satu satunya tujuan hidupnya , atau dengan kata lain dia mencari harta dunia guna merai satu kebahagiaan hidupnya yaitu akherat . Dia tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya , akan tetapi ada rambu rambu yang tidak boleh ia langgar yaitu syareat Islam . Dimana syareat membolehkan , dia berjalan , akan tetapi pada saat syareat melarang ,maka dia berhenti ( tidak banyak bantahan yang keluar dari bibirnya , karena dia tau bahwa dirinya itu lemah , tidak tau hikmah di balik larangan itu . Yang keluar dari bibirnya adalah kami mendengar dan kami taat . Akalnya dia peras agar bagaimana bisa menjalan syareat tersebut dengan sebaik mungkin , bukannya akalnya itu dia gunakan mengotak atik syareat yang telah baku demi memperturutkan syahwatnya itu ) .

Dia dalam mencari harta dunia itu dengan satu keyakinan , jika saya tidak mencari harta dunia ini dengan sungguh sungguh gimana saya bisa melaksanakan syareat zakat , gimana saya bisa tetap bersodaqoh dan berinfak , gimana saya bisa melaksanakan ibadah Haji dan gimana saya bisa melaksanakan puncak amal islam yaitu Jihad fie sabililah . Dalam fikirannya itu semua harus memerlukan biaya yang sangat besar sekali , sehingga memacu dirinya untuk terus bersungguh sungguh . Dia banting tulang , peras keringat dan memeras akal fikirannya untu meraih apa yang di cita citakannya itu dengan halal dan tayyib ( halal barangnya juga halal cara mendapatkannya ) . Dia ridho jika takdir Allah berkehendak lain atas dirinya ( tidak mudah putus asa ) , akan tetapi dia bersedih karena tidak bisa melakukan satu amalan dengan sempurna ( jika takdir Allah berkehendak lain atas dirinya itu ) .
Itulah kebutuhan seorang mukmin akan pentingnya harta dunia , dia tidak menafikan ( meniadakan ) akan harta dunia ( sebagaimana orang orang sufi yang kebanyakan menafikan harta dunia ) . Ia jadikan kehidupan dunia dengan seluruh perhiasannya sebagai wasilah untuk meraih kebahagiaan di akherat kelak . Dalam mencarinya tidak menghalalkan segala cara dan mengotak atik dalil dalil syar'i untuk kepentingan dunianya .

Orang beriman tentunya menginginkan satu kehidupan sebagaimana kehidupannya sahabat Usman bin Affan Ra . Satu kehidupan yang saat remajanya hidup dari keluarga kaya dan berkecukupan , setelah masuk Islam juga bergelimang harta dan orang yang sukses dunianya , setelah bosan bergelimang harta malah jadi khalifah dan akhir hidupnya mendapat karunia syahid ( satu kenikmatan yang tidak ada tandingannya ) .
Ada juga yang menapaki kehidupan ini sebagaimana kehidupannya sahabat Abu dzar Ra ,satu kehidupan yang sangat sederhana , jauh dari kemewahan sampai meninggalpun dalam keadaan sendiri di tengah gurun . Apakah kehidupan yang kita jalani ini akan berakhir seperti kehidupannya sahabat Usman binb Affan ( penuh dengan kenikmatan duniawi dan berakhir dengan kesyahidan ) ?? belum tentu . Juga apakah kehidupan yang kita jalani ini akan mengalami kemiskinan ( kesusahan demi kesusahan datang kepada kita silih berganti ) ?? juga belum tentu akan seperti itu . Akan tetapi apa yang bisa di perbuat seorang manusia jika takdir Allah telah menentukan lain . Apa yang bisa di perbuat manusia jika Allah telah mentakdirkan miskin dan hidup dalam kesusahan ( walaupun manusia itu telah berusaha sekuat tenaga berusaha keluar dari kemiskinan dan kesusahan itu dan seluruh manusia membantunya keluar dari itu semua ) . Dan apa yang bisa di perbuat manusia jika Allah telah mentakdirkan kaya , walaupun manusia tersebut tanpa satu usaha yang keras seakan akan harta tetap mengalir padanya ( walaupun seluruh manusia berusaha untuk menghalanginya ) . Jangan sampai kita berhujjah karena takdir lalu kita malas untuk bekerja dan berusaha serta memperbanyak amal sholeh ( buat apa saya bekerja sunguh sungguh jika takdirnya miskin atau kaya ) .
Karena bekerja dan berusaha adalah wajib bagi setiap manusia ( meninggalkan adalah dosa ) sedangkan hasil adalah bahasa iman , artinya bukan manusia yang menentukan . Yang terpenting , kita jalani saja kehidupan ini dengan penuh kesungguhan , kita perhatikan rambu rambu yang telah Allah dan RosulNya buat dan kita tapaki kehidupan ini setapak demi setapak . Jauh jauh sebelumnya Al Qur'an telah memperingatkan manusia bahwa jika seorang manusia yang menginginkan kehidupan dunia dengan segala perhiasannya akan tetapi mengesampingkan kehidupan akherat ( siang malam yang di pikir perniagaan saja walaupun cara mendapatkannya halal sekalipun ) , maka Allah akan memenuhi kehidupan dunia orang tersebut dan tidak dikurangi sedikitpun dunianya itu sedangkan di akherat adzab Allah telah menantinya . Oleh karena itu dalam mencari kehidupan dunia dan akherat minimal harus imbang , jika bisa kita perberat akherat kita , kita jual dunia kita demi meraih akherat yang abadi ( itulah orang orang yang sukses di mata Allah ) .

Oleh karena itu kita persiapkan diri kita untuk mengahadapi segala kemungkinan ujian di dunia ini yang Allah berikan kepada orang orang beriman . Hal itu Allah berikan sebagai bentuk ujian siapa yang benar imannya dan siapa yang dusta imannya ( hanya di bibir dan tidak meresap di hati ) . Jika diri kita tidak siap menghadapi akan kemungkinan yang akan terjadi atas konsekwensi dari dua kalimat yang telah kita ikrarkan ,maka kehidupan kita akan senantiasa resah dan berkeluh kesah pada setiap manusia serta kehidupannya akan membebani orang lain larena ketidak siapannya itu . Akan tetapi jika dirikita telah kita persiapkan sedini mungkin akan segala kemungkinan ujian yang bakal menimpa kita sebagai wujud konsekwensi dari dua kalimat syahadat yang telah kita ikrarkan , maka kita akan menjadi manusia yang mandiri, manusia yang tegar dan tidak membebani orang lain , kalaupun dia berkeluh kesah ( karena beratnya ujian yang menimpanya ) ia curahkan kepada Sang Pemilik Masalah yaitu Allah Rabbul Alamin .

Sesungguhnya kehidupan orang orang beriman tidak ada yang merugikan . Bahwa kehidupannya semuanya bermanfaat bagi dirinya , dan semuanya ada nilainya di sisi Allah . Apapun yang di perbuat orang beriman akan ada nilainya di sisi Allah , walaupun yang di kerjakannya itu sesuatu yang remeh dan kelihatan kecil dimata manusia . Akan tetapi apapun yang telah di kerjakan oleh orang orang kafir tidak ada manfaatnya sedikitpun bagi si pelaku , walaupun sesuatu yang telah di perbuatnya itu bermanfaat bagi seluruh manusia , hal itu karena faktor iman yang sangat mempengaruhi . Ketidak imanannya dan kekafirannya itu yang membuat seluruh amalnya bagai debu yang di terbangkan angin .
Sungguh benar apa yang di sabdakan Rosulullah Muhammad saw :" Sungguh ajaib kehidupan orang beriman . Jika di beri kesenangan dankelapangan hidup dia bersukur , maka itu baik baginya . Dan jika dia di beri kesempitan hidup dia bersabar , dan itu baik baginya " .

Jika Allah Azza Wajalla memberikan satu kesempitan hidup atau satu musibah atau musibah demi musibah menghampirinya , sedangkan dia menerimanya dengan rela dan ridho , maka hal itu dapat menjadi penghapus dosa dosanya yang telah lampau ( tentunya tidak dengan dosa syirik , karena dosa syirik harus di hapus dengan taubatan nasukha serta tidak mengulangi dosa yang sama ) , sehingga dia datang menghadap Allah besok di hari kiamat dengan tidak membawa dosa , karena kesabarannya itu di dalam menerima musibah demi musibah yang menimpanya di dunia dulu .
Jika Allah memberikan satu kelapangan rizki ( itu juga satu bentu ujian manusia ) , kesenangan dan berbagai kemudahan hidup sedangkan dia bersukur atas nikmat yang telah Allah berikan itu dengan semakin mendekatkan dirinya kepada Allah ( semakin taat dalam beribadah ) , maka Allah akan menambah nikmat yang telah di terimanya itu. Akan tetapi jika dia dalam menerima nikmat kemudahan , kelapangan rizki itu malah dia bermaksiat dan tidak mau bersukur ( anggapannya itu dia peroleh atas usahanya sendiri ) maka , Allah akan menimpakan adzabnya , di biarkannya dia dalam kesesatan dan kekufurannya itu lalu pada satu titik Allah akan mengambil hartanya itu tak tersisa ( sebagaimana Qorun ) itu sebagai balasannya di dunia , sedangkan adzab di akherat lebih dahsyat lagi sudah menantinya .

Untuk mengakhiri catatan ini saya wasiatkan bahwa kehidupan di dunia ini tidak ada apa apanya jika dibandingkan dengan kehidupan di akherat , baik itu seseorang yang mendapat kenikmatan dunia ataupun orang yang menghadapi berbagai permasalan yang rumit ( hampir hampir menyesakkan dadanya )
Dari Anas bin Malik Ra , bahwa Rosulullah bersabda : " Akan di datangkan seseorang yang paling nikmat hidupnya di dunia yang kelak menjadi penghuni neraka pada harikiamat . Lantas ia dicelupkan kedalam neraka dengan sekali celupan saja , lalu di tanya kepadanya : " Wahai anak Adam , pernahkah kamu melihat kebaikan selama ini ?? Pernahkah kamu merasakan kenikmatan ?? Iapun menjawab " Tidak wahai Rabbku " . Kemudian akan di datangkan orang yang paling sengsara di dunia yang akan menjadi penghuni jannah . Lantas ia di celupkan kedalam jannah dengan sekali celupan saja . Dan di tanya kepadanya : " Wahai anak Adam , pernahkah kamu melihat kesengsaraan ?? Pernahkah kamu tertimpa kesusahan ?? , maka ia menjawab :" Tidak wahai Rabbku sekalipun aku tidak pernah merasakan kesusahan , dan aku tidak pernah menemui kesulitan ".

Apa yang dapat kita banggakan di dunia ini , sedangkan hanya dengan sekali celupan di neraka saja dapat melupakan seluruh kenikmatan dunia yang pernah di kecapnya dulu . Lalu kesedihan demi kesedihan yang kita alami hari ini karena beratnya bara ujian , janganlah membuat kita lemah dan patah semangat , karena kita ada harapan besok di hari kiamat , jika hanya sekali celup di jannah saja dapat melupakan seluruh kesedihan kita di dunia .

Wallahu A'lam Bisshowab





Tidak ada komentar:

Posting Komentar