>

Total Tayangan Halaman

Kamis, 19 Agustus 2010

Sejoli Penghancur Islam

Kesembilan : mengikuti para ulama yang suu'. Lalu Allah SWT menerangkan kebathilan ini dalam firman-Nya, "hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah.." (At-Taubah:43).

Dalam matan ini Syaikh menerangkan karakter orang-orang jahiliyah -baik ahlu kitab atau ummiyin- selalu meniru para pemimpin mereka, ulama, pendeta atau rabi dalam bermaksiat kepada Allah SWT. Mereka menjadikan tindakan kemaksiatan yang dilakukan oleh para pemimpin dan ulamanya sebagai dalih untuk membenarkan tindakan mereka yang salah. Mereka bertaklid buta kepada para ulamanya, membebek kepada pemimpin yang sesat.

Mungkinkah ulama dapat tega meyesatkan umatnya? sebuah pertanyaan kontradiktif. Dimana seharusnya ulama memberikan pengarahan dan mengajak umat manusia menggapai hidayah Allah SWT. sejarah umat manusia telah membuktikan bahwa ulama terkadang menyesatkan umat dan menjadi calo dakwah.

Allah SWT berfirman'
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan bathil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka mereka akan mendapat siksa yang pedih." (At-Taubah:34)

Ada dua sifat buruk ahbar (ulama Yahudi) dan ruhban (ahli ibadah Nasrani) dalam ayat ini :
1. Mereka mengambil harta manusia dengan cara bathil.
2. Mereka senantiasa meghalang-halangi manusia dari jalan Allah SWT.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "dalam ayat ini, Allah SWT mewanti-wanti umat Islam untuk tidak mengikuti ulama' suu' (buruk) dan para ahli ibadah yang sesat. Syufan Ats-Tsauri rahimahullah berkata, "jika ada ulama kita yang rusak berarti ia menyerupai orang-orang Yahudi. Dan jika ada ahli ibadah kita rusak berarti dia menyerupai orang-orang Nasrani. 'walhasil, kita dituntut untuk tidak mengikuti mereka, baik dalam perbuatan ataupun perkataan karena mereka mencari dunia dengan menggadaikan agamanya." (Ibnu katsir, 1/134)

Banyak catatan sejarah membuktikan hal ini. Syamiri, misalnya, ia adalah seorang yang ditokohkan oleh masyarakat yang hidup pada zaman Nabi Musa as, ialah yang mengubah ajaran Nabi Musa as dengan membuat patung sapi sebagai sesembahan.

Ulama Suu' dan Pemimpin Dzolim, Sejoli Penghancur Islam

Ketika menafsirkan surat At-Taubah ayat 34 di atas, Ibnu Katsir menjelaskan, ada tiga jenis manusia yang senantiasa dicontohi dan selalu dijadikan pedoman oleh manusia, yaitu Ulama, Ahli ibadah dan orang kaya (raja).

Beliau berkata, "Firman Allah SWT, "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan tidak menafkahkannya di jalan Allah.." ..Sesungguhnya manusia sangat taat kepada ulama, ahli ibadah dan orang-orang kaya (para raja). Jika ketiga jenis manusia ini rusak." (Ibnu Katsir, 1/134)

Jadi, layaknya seorang ulama, seorang pemimpin selain berpotensi menciptakan kebaikan bagi masyarakat dan islam, juga merupakan sosok yang sangat berpotensi untuk merusak. Dua kelompok manusia ini menjadi sumber inspirasi kebaikan bagi umat sekaligus sumber kerusakan yang parah bagi kehidupan rakyatnya.

Karena perilaku masyarakat sangat bergantung kepada dua jenis manusia ini. Ibnu Hajar berkata, "Agama dan akhlaq rakyat tergantung agama dan akhlak rajanya."
Abdullah bin Mubarak rahimahullah berkata, "Dan adakah yang merusak Dien(agama) selain raja...ulama suu' dan ahli ibadah yang sesat?"

Dalam redaksi yang berbeda diriwayatkan dari Ziyad bin Hudhair, beliau berkata, "Suatu lali Umar bin Khattab bertanya kepadaku, "Tahukah engkau, apa yang dapat menghancurkan Islam?" Aku menjawab, "tidak tahu". Umar bin Khattab menjelaskan "yang menghancurkan Islam adalah ketergelinciran seorang 'alim, dan seorang munafik yang berdebat dengan menggunakan al-kitab. Dan hukum (yang dibuat oleh) para penguasa yang sesat." (Diriwayatkan oleh Ad-Darimi)

Kerusakan aklhak, aqidah dan hukum seorang pemimpin sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah SAW. Karena implikasi (akibat) terhadap umat sangatlah besar. Umat sangat dipengaruhi oleh siapa yang memimpinnya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Dan sungguh diantara yang paling aku khawatirkan menimpa umatku adalah penguasa-penguasa sesat. Akan ada beberapa kabilah dari umatku yang menyembah berhala-berhala. Dan akan ada beberapa kabilah dari umatku yang akan mengikuti orang-orang musyrik." (HR. Abu Dawud, Tirmidzi-shohih-)

Epilog

Kerusakan yang kita saksikan di berbagai belahan bumi ini, sungguh beragam sebabnya. Tetapi, mungkin sebab utama adalah rusalnya penguasa dan para ulama. Para penguasa yang serakah terhadap dunia, telah menjual rakyat, agama dan kekayaan buminya kepada orang-orang kafir.

Ulama yang gandrung terhadap dunia dan jabatan, telah menjilat penguasa. Tak heran jika tiba musim pilkada, kampanye dan sejenisnya, banyak ulama yang mencari pekerjaan "tambahan", yaitu nyambi menjadi jurkam. Di sana pula ada ulama yang berfungsi sebagai penghibur, berbicara sesuai pesan "sponsor". Ia telah kehilangan dua unsur pokok dakwah, memberikan kabar gembira (basyira) dan memberi peringatan atau ancaman (nadzira).
Sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertangungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka." (al-baqarah:119)

Ya, para rasul diutus tidak hanya untuk memberi kabar gembira, tapi juga untuk memberi ancaman bagi mereka yang lalai. Tidak hanya dikirim untuk menceritakan keindahan surga, tapi juga menggambarkan kengerian neraka. Tidak sekedar berdakwah dengan tutur kata yang sopan, lemah-lembut, dan senyum ramah, tapi juga diutus dengan pedang. Bginilah seharusnya seorang ulama dan da'i.
Rasulullah bersabda, "Aku diutus dengan pedang, hingga Allah SWT dijadikan satu-satunta dzat yang diibadahi, tidak ada sekutu lagi bagi-Nya. Dan rezekiku terdapat di bawah bayang-bayang tombakku. serta kehinaan akan menimpa siapa saja yang menyelisihi perintahku." (HR. Ahmad-dishohihkan oleh Syaikh al-albani-)

Kita sering mendengar para ulama dan para da'i yang menjadi kaki tangan pemerintah sekuler yang dzolim nan kafir. Tanpa digaji pun mereka bahu-membahu dengan penguasa sesat dalam memerangi para pengusung syari'at Islam dan pembela tauhid. Atas nama "perang terhadap kelompok khawarij, teroris dan fundamentalis" mereka menghalalkan darah dan kehormatan kaum muslimin berdiri di shof tentara Allah demi tegaknya Syari'at Islam secara kafah.

Merekalah penjelmaan ulama-ulama suu'. Sadar atau tidak mereka telah menjual agama mereka untuk dunia dan demi langgengnya sistem kufur dunia ini. Dan hari ini ulama suu' dan penguasa sesat sedang berkolaborasi menghancurkan Islam. Dan "Mereka dilaknat oleh Allah dan orang-orang yang melaknat." Wallahul musta'an.

Ulama Suu' Vs Ulama Rabbani

Ulama Rabbani

Mereka adalah manusia-manusia menggadaikan jiwa dan raganya demi tegaknya Islam.
Takut kepada Allah SWT, tidak menjual agama untuk dunia, '“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah Ulama.”

Orang yang antara amal dan ilmunya bersesuaian.
Ali bin Abi Tholib berkata,
“Sesungguhnya yang disebut orang 'alim adalah orang yang beramal dengan ilmunya dan yang ilmunya sesuai dengan 'amalannya.”
Ibnu Mas'ud berkata, “Ilmu itu bukan karena banyaknya perkataan tetapi karena khosyatulloh (takut kepada Allah).”

Menjauhi penguasa dan sangat tidak menyukai jabatan pemerintah.
Abu Hanafi misalnya, beliau pernah ditunjuk oleh Khalifah Abbasiyah, al-Mansur menjadi Qodhi (hakim agung) tapi beliau menolaknya. Karena khawatir agamanya tergadaikan. Akibat penolakan ini beliau dipenjara dan disiksa. Beliau meninggal di penjara



Ulama Suu'
Menjual ayat-ayat Allah SWT untuk mencari dunia.
Suatu kali Imam Ibnu Mubarak ditanya, “siapakah manusia yang sebenarnya?” “ulama” jawab Ibnu Mubarak. “Dan siapakah raja?” “Az-Zuhhad” (orang zuhud),” jelas Ibnu Mubarak. “lalu, siapakah orang rendahan?” Beliau ditanya lagi. “Orang yang mancari malan dengan agamanya,” tegas beliau

Pintar memberi nasehat, Tidak pernah memberikan teladan.
Rasulullah SAW bersabda, “Akan didatangkan seseoarng pada hari kiamat, kemudian ia di lemparkan ke dalam neraka, lalu keluarlah isi perutnya-usus-ususnya, terus berputarlah orang tadi pada isi perutnya sebagaimana seekor keledai mengelilingi gilingan. Para ahli neraka berkumpul di sekelilingnya lalu bertanya “kenapa engkau ini hai Fulan? Bukankah engkau dahulu suka memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?” Orang tersebut menjawab “Benar, saya dahhulu memerintahkan pada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya melarang dari kemungkaran, tetapi saya sendiri mengerjakannya.” (Bukhori dan Muslim)

Mendatangi dan Manjilat Penguasa.
Imam Sufyan ats-Tsauri berkata, “Jika kamu melihat Qori' (alim) mendatangi penguasa, maka dia adalah pencuri. Dan jika kamu melihatnya mendatangi orang-orang kaya, maka dia telah melakukan riya'. Jangan sampai kamu tertipu dengan alasan menolak kedzoliman dan menolong yang terdzolimi, lalu kamu datangi kedua jenis orang tersebut. Karena itu adalah tipu data syetan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar