>

Total Tayangan Halaman

Selasa, 28 Juni 2011

DZIKIR





Berdzikir adalah satu perintah Allah Azza Wajalla buat orang orang beriman . Perintah dzikir kepada Allah itu tidak hanya berupa amalan lisan saja , akan tetapi juga amalan hati dan amalan anggota badan yang lainnya selain lisan kita .



Lisan melafalkan Alhamdulilah , Subhanallah , Allahu Akbar , dan lain lain yang telah diajarkan oleh Rosulullah Muhammad Saw juga bentuk dari dzikir . Sedangkan bentuk dari dzikir yang paling utama di sisi Allah adalah berusaha dengan sungguh sungguh seluruh syareat Islam dalam kehidupan sehari hari kita . Akan tetapi yang menjadi pembahasan kali ini terfokus pada dzikir lisan . Banyak dari kalangan umat Islam sendiri yang berlebih lebihan dalam masalah dzikir lesan , sehingga yang terjadi sedikit demi sedikit menyimpang dari rel syareat , yang mana hal itu banyak yang tidak menyadarinya . Semoga lewat tulisan ini dapat sedikit meluruskan pemahaman , yang semakin hari semakin menyimpang berkenaan dengan dzikir lisan .


TAR`IF  DZIKIR 
            a.   Dzikir secara bahasa berasal dari kata : (-ذكر -يذكر-ذكرا )
artinya : menyebut,mengucapkan mengagungkan,mengingat-ingat.(Almunjid :236 )
     b.  Secara istilah :
Sayyid syabiq berkata:”Dzikir ialah apa yang dilakukan oleh hati dan lisan berupa tasbih atau mensucikan Allah Ta'ala ,memuji dan menyanjung Nya,menyebut-nyebut sifat- sifat dan kebesaran,keagunggan Nya,
serta sifa-t sifat indah yang dimilikinya”. (Fiqh Sunnah 4/213 ).


II.  Anjuran untuk berdzikir :

           a.   Dari Al-Qur’an : Allah Tabaroka Wa Ta'ala  berfirman :

فاذكروني أذكركم واشكروا لي ولا تكفرون

”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah pada-Ku dan jangan ingkar terhadap nikmat-nikmat-Ku”. ( Al Baqoroh :153 ).


وذكر ربك  في نفسك تضرعا وخفية ودون الجهر من القول بالغدو والاصال ولا تكن من الغافلين

”  Dan sebutlah nama Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (pada siksanya) tidak mengeraskan suara dipagi dan di sore hari, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
{. Al  A’raaf :205 }

 b.Dari sunnah :
مثل الذي يذكر ربه والذي لا يذكر ربه مثل الحي والميت

” Perumpamaan orang-orang yang menyebut nama Rabb nya dengan orang yang tidak menyebut nama-Nya ,laksana orang hidup dan orang mati.” {HR. Bukhori fathul bari:11/208 }

أن رجلا قال يا رسول الله ان الله شرائع الإسلام قدكثرت علي فأخبربشيء اتثبت به قال لايزل  لسانك رطبا من ذكر الله
sesungguhnya seorang laki-laki berkata :”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sesuatu buat pegangan ,” Beliau bersabda :”Tidak hentinya lidahmu basah dari dzikir kepada Allah . (HR  At Tirmudzi 5/458,
Ibnu majah 2/317 ).

Anjuran dzikir pada QS: Al Baqarah 153 , QS: Al A'raf 205 dan dua hadits tersebut adalah bertujuan untuk mengingatkan kita agar untuk apa kita hidup di dunia ini , mengingatkan kita kembali siapa diri kita dan bagaimana posisi kita di hadapan Allah Azza Wajalla . Tidak seperti para tareqat dan para pengikut tasawuf , yang mana mereka berdzikir untuk mencapai satu kedudukan makrifat , terus melafadkan satu lafad tertentu hingga berada di bawah alam sadarnya ( tidak mengetahui dengan pasti sudah berapa banyak lafadz yang di ucapkannya itu ) , sudah begitu di perparah lagi diiringi dengan nyanyian dan alat musik tertentu ( duf ) . Sehingga kerusakannya semakin menjadi jadi , parahnya hal itu dianggap sebagai satu sunah ( mereka menganggap hal itu berdzikir ) .



III . LARANGAN DZIKIR SECARA BERSAMA-SAMA


أََخْبَرَنَا اْلحَكَمُ بْنُ المُبَارَكِ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِيْ يُحَدِّثُ عن أبيه قال كنا نجلس علي باب عبد الله  بن مسعود قبل الصلاة الغداة فإذا خرج مشينا معه إلي المسجد فجاعنا أبو موسي الأشعري فقال أخرج إليكم أبو عبد الرحمن بعد قلنا لا فجلس معنا حتي خرج فلما  خرج قمنا إليه جميعا فقل له أبو موسي يا أبا عبد الرحمن إني رأيت في المسجد انفا أمرا أنكرته ولم أر والحمد لله إلا خيرا قال فما هو فقال إن عشت فستراه  قال رأيت في المسجد قوما حلقا جلوسا ينتظرون الصلاة في كل حلقة رجل وفي  أيديهم حصي فيقول كبروا مائة فيكبرون مائة فيقولوا هللوا مائة فيهللون مائة ويقول سبحوا مائة فيسبحون مائة قال  فماذا قلت لهم قال ما قلت لهم شيئا انتظار رأيك وانتنظر أمرك قال أفلا أمر تهم أن يعدوا سيئا تهم وضمنت لهم ألا يضيع من حسناتهم ثم مضي ومضينا معه حتي أتي حلقة من تلك الحلق فوقف عليهم فقال ما هذا الذي أراكم تصنعون قالوا يا أبا عبد الرحمن حصي نعد به التكبير والتهليل والتسبيح قال فعدوا سيئاتكم  فأنا ضامن أن لا يضيع من حسناتكم شيئ ويحكم يا أمة محمد ما أسرع هلكتهم هؤلاء صحابة نبيكم صلي الله عليه وسلم متافرون وهذه ثيابه تبل وانيته لم تكسر والذي نفسي بيده إنكم لعلي ملة هي أهدي من ملة محمد أو مفتتحو باب ضلالة قالو والله يا أبا عبد الرحمن ما أردنا إلا الخير قال وكم من مريد للخير لن يصيبه إن رسو ل الله صلي الله عليه وسلم حدثنا أن قوما يقرون القران  لايجاوز تراقيهم

  Telah mengkabarkan kepada kami Al-Hakam bin mubarrak,telah         mendengar: aku:” menceritakan   kepada kami Umar bin Yahya ia berkata “ayahku mengisahkan dari ayahnya ia berkata  :” kami duduk didepan pintu rumah Ibni Mas`ud sebelum shalat shubuh,apabila beliau keluar kami  berjalan bersamanya menuju masjid,(ketika kami sedang menanti beliau ) datanglah Abu Musa al asyar`I seraya bertanya “apakah Abu Abdurrahman telah keluar ? belum jawab kami,maka beliaupun duduk bersama kami menunggu sampai Ibnu Mas`ud keluar ketika beliau keluar kami semua berdiri ,lalu Abu Musa bertanya Hai Abu  Abdurrahman ! sungguh tadi dimasjid  aku melihat suaktu perkara yang aku ingkari,namun secara sekilas  nampaknya hal itu baik .apaitu ? tanya Ibnu mas`ud , ia Abu Musa menjawab  “sekiranya engkau dikarunia umur panjang engkau akan melihatnya .dimasjid aku melihat sekelompok orang duduk-duduk membentuk beberapa halaqah,mereka sedang menunggu shalat .setiap kelompok tersebut dipimpin oleh seorang  sedang tangan mereka memegang batu kerikil.pimpinan  jamaah tersebut berkata kepada jamaahnya :bertakbirlah seratus kali ! maka mereka bertakbir seratus kali.lalu ia berkata lagi : bertahlilah seratus kali! maka merekapun bertahlil seratus kali.maka ia berkata lagi : ”bertasbilah seratus kali! Maka mereka bertasbih seratus kali.Ibnu Masud bertanya kepada kepada Abu Musa :”lalu apa yang engkau katakan kepada mereka ?aku tidak berkomentar apa-apa menunggu pendapat dan perintah darimu ,”jawab Abu Musa “.tidakkah engkau perintahkan mereka untuk menghitung dosa-dosa dan engkau jamin bahwa perbuatan baik mereka tak akan sirna sedikitpun ?  ” kata Ibnu Masud.maka berangkatlah beliau Ibnu masud dan kamipun memgikutinya hingga beliau sampai kepada salah satu halaqah tersebut,lalu beliau memberhentikan mereka seraya berkata “Hitunglah dosa-dosa kalian maka aku menjamin bahwa amalan baik kalian tidak akan sia-sia.celakalah kalian wahai umat Muhammmad ,alangkah cepatnya kalian menuju kebinasaan ,padahal para  sahabat Nabi kalian    masih banyak,dan bejana-bejana mereka belum pecah.Demi jiwaku yang berada ditanganya ! kalian berada diatas Adien yang lebih baik dari adien Nabi Muhammad atau kalian pembuka pintu kesesatan ? mereka menjawab :”Demi Allah hai Abu Abdurrahman ! kami tidak menghendaki kecuali kebaikan :.maka beliau mengatakan “berapa banyak orang yang menghendaki kebaikan tetapi ia tidak mendapatkan (karena ia mengamalkan suatu amalan yang tidak dituntunkan oleh Allah dan Rasul-nya ).
 (HR Ad Darimi dalam sunanya,kitab al muqadimah ,hadist:204 ).

              Mahmud Salma  berkata :,Bukan termasuk perbuatan sunnah apabila seseorang duduk setelah shalat untuk membaca dzikir -dzikir ataupun doa doa yang matsur ( yang bersumber dari hadist shahih ) maupun yang tidak matsur dengan suara yang keras dan ada sebagian lagi yang menambahkan sholawat setelah selesai berdo'a dengan suara keras dan berjama'ah .apalagi kalau bacaan semacam ini dikerjakan secara kolektif  (bersama sama ),seperti yang telah terjadi dibeberapa daerah,namun sayangnya tradisi yang berlaku ini malah dianggap tidak benar jika tidak dikerjakan,bahkan orang yang melanggarnya malah dianggap sebagai orang yang melanggar syiar adin, padahal tradisi semacam ini harusnya ditinggalkan,karena tidak diajarkan oleh Rasullah Saw .     

        Muhammad Abdussalam Asy Syakiri berkata :”Membaca istighfar secara bersama-sama oleh para jama’ah setelah salam sholat merupakan perbuatan bid’ah, dan sunnahnya istighfar dilakukan sendiri-sendiri.begitu juga  dengan lafadz“yaa arhama rohimin” ,yang dibaca secara bersama sama juga termasuk bidah . (sunan walmubtadiat :60 )                                                                                      

Asy Syatibi berkata Rasulullah Saw   tidak pernah mengeraskan suaranya untuk membaca do’a maupun dzikir setelah selesai sholat kecuali untuk tujuan mengajari para sahabatnya sebab jika mengeraskan bacaannya atau suaranya terus menerus pasti akan dianggap sebagai sunnah dan ulama’pasti akan akan menganngap sunnah nabi dan selayaknya dicontoh”.
 (Al I`tisham 1/351 )

Imam Nawawi mengatakan :“…hendaklah imam dan ma’mum tidak mengeraskan suaranya kecuali bila tujuannya untuk mengajari orang lain .”
(Fathul bari”11/326 )

Ibnu Hajar berkata :”Disebut dalam  kitab “Al Atabiyah”sebuah riwayat dari Malik bahwa perbuatan tersebut (dzikir secara bersama-
sama ) dianggap bid’ah.” (Fathul Bari :11/326 ).

Asy Syatibi  mengatakan :”Telah disimpulkan bahwa selalu membaca do’a secara bersama-sama bukan termasuk perbuatan Rasulullah saw dan juga bukan termasuk perkataan dan taqrirnya”.
(Al I`tisham :1/352 )


III.KESIMPULAN

            Bahwa dzikir secara bersama-sama setelah melaksanakan sholat adalah perkara yang bid’ah, tetapi bila tujuannya untuk mengajari orang lain sesekali saja maka hal itu diperbolehkan tetapi tidak dilakukan setiap hari.


  • MASALAH MELAFADZKAN NIAT
            Penyebab penyakit was-was tidak lain adalah niat  yang berada didalam hati orang yang was was,namun dia meyakini bahwa niat belum ada adalah hatiya,dengan demikian  dia menghendaki niat itu ada dalam hati dengann cara mengucapkan dengan lisan ,hal ini sama sekali tidak ada gunanya.

  * Betulkah lafadz  niat (ushalli....) dalam shalat merupakan sunnah ?

            Al Imam An Nawawi mengataka“Abu Abdillah Al Zubairi yang termasuk ulama madzhab syafe`I ,beliau telah keliru ketika menyangka bahwa imam Syafe`itelah mewajibkan untuk melafadzkan niat.sebab kekeliruanya itu ialah kurang bisanya menangkap dan memahami perkataan  Imam Syafe`I dengan benar ,berikit ini adalah redaksi yang diutarakan imam Syafe`I “jika seorang berniat menunaikan ibadah haji atau umroh dianggap cukup sekalipun tidak dilafadzkan,tidak seperti shalat ,tidak dianggap sah kecuali dengan " النطق "an nuthqi. Az Zubairi mengartikanya dengan melafadzkan didalam shalat,sedangkan yang dimaksud dengan  an nuthqi disini adalah takbir. (Al Majmu  2/243 ).
             Imam Nawawi berkata “beberapa rekan kami berkata : “orang yang mengatakan  an nuthqi dengan melafadzkan niat dalam shalat, telah keliru,akan tetapi yang dikehendaki  oleh imam Syafe`I dengan An Nuthqi   adalah takbir.


  • PERKATAAN PARA ULAMA TENTANG MELAFADZKAN NIAT  DALAM  SHALAT

                Abu Abdillah  Muhammad  Ibnu Alqasim berkata “Niat itu termasuk perbuatan hati,mengerasakan lafadz niat termasuk bidah.selain itu juga menggangu konsentrasi orang lain”.

            As Syaikh Ala Aldin Al Atthar  berkata “ mengeraskan suara ketika ketika melafadzkan niat termasuk perbuatan yang bisa menggangu orang yang sedang shalat .hukumnya adalah haram selain itu juga perbuatan yang bidah yang buruk.jika hal itu dikerjakan karena pamer  (Riya )orang yang mengerjakanya mendapatkan keharaman dua kali  (keharaman melakukan bidah dan keharaman riya ).orang yang mengingkari pengerasan lafadz niat sebagai perbuatan yang termasuk sunnah adalah benar.sedangkan mereka yang meyakini perbuatan itu dalam adin adalah kufur .sedangkan jika tanpa meyakini nya ,maka termasuk maksiat,setiap orang wajib melarang perbuatan itu selagi dia mampu,sebab perbuatan semacam itu tidak pernah dinukil dari Rasullah e,tidak seorangpun dari shabat Nabi,maupun ulama-ulama yang istiqomah mengikuti ajaran Rasullah Saw . (Majmuah Al Rasail Alkubra 1/254-257 ).

            Ibnul Jauzi mengatakan “Diantara efek mengerasakan lafadz niat adalah mengganggu orang lain,diantara mereka ada yang membaca  “ushalli Shalataa kadzaa “ (aku niat mengerjakan Shalat ini atau itu  kemudian dia akan mengulangi niat itu karena mengira niatnya batal.padahal niat itu tidak batal meskipun tidak diucapkan “.
 (.Talbis Iblis :138 )

            Ibnu Abi Al`izz mengatakan “Tidak ada seorang ulamapun dari Imam Empat ,tidak As Syafe`I maupun yang lain mensyaratkan melafadkan niat ,menurut kesepakatan mereka ,niat tempatnya didalam hati.hanya saja ulama khalaf mewajibkan seorang  melafadzkan niatnya dalam shalat.dan pendapat ini digolongkan sebagai madzhab Syafe`I ,Imam an Nawawi mengatakan “hal itu tidak benar “.(Al Itiba “62  )

Ibnu Qoyyim berkata “Rasullah Saw  jika hendak mengerjakan shalat ,maka beliau mengucapkan Allahu Akbar,dan beliau tidak mengucapkan lafadz apapun sebelum itu dan tidak pernah melafadzkan niat sama sekali .beliau tidak mengucapkan “Usshali ....” semua itu adalah Bidah yang tidak ada sumbernya dari dari seorangpun  baik dengan sanad shahih ataupun Dhaif.bahkan tidak juga dinukil dari  sahabat Nabi,para Tabi`in dan Ulama yang empat “. (Zaadul Maad :1/201 ).


Kesimpulan


Dari keterangan diatas jelaslah sudah bahwa melafadzkan niat sebelum Shalat bukan termasuk tuntunan Rasullah Saw  ,maupun para Sahabat Rasullah Saw  ,dan tidak pula perkataan ulama  yang empat ( Abu Hanifah imam Malik, Syafe`I, Ahmad bin Hanbal ).namun hal tersebut bersumber dari pengikut Imam Syafe`I yang salah dalam memahami ucapan beliau yaitu An Nutqi yang makna sebenarnya yang dimaksud oleh Imam Syafe`I adalah Takbir  bukan melafadzkan niat,dan Walhasil bahwa melafadzkan niat  “Ushalii .....” merupakan perbuatan Bidah yang harus kita jauhi .
Memang segala sesuatu haruslah diawali dengan niat . Niat itu cukup di lakukan di dalam hati , karena niat adalah amalan hati bukan amalan lesan ( yang harus di ucapkan ) . Sedangkan melafalkan niat adalah tidak ada ketentuan baku mengenai hal itu artinya boleh berbahasa arab juga boleh berbahasa indonesia , yang penting kita tau betul apa yang akan kita kerjakan . Sedangkan orang yang melafalkan niat dengan mengucapkan " Usshalli " adalah salah dalam memahami dalil , sehingga salah pula dalam beramal .



Wallohu A`lam Bisshowab       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar